Hak cipta karya foto ada pada fotografer dan dilindungi oleh undang-undang.
JR Pahlano Daud (65237)
ga ada apa-apanya bagi yang ga tahu hehehe.. Upload foto ini terinspirasi dari ditemukannya 'Raja Laut' Coelecanth kemaren di pesisir pantai Manado menambah khasanah keanekaragaman laut di bumi Indonesia sekaligus menghebohkan ilmuwan Perikanan-Kelautan Dunia. Foto sebenarnya diambil di Bunaken dari kedalaman sekitar 30 meter ke arah atas, mencoba mengcapture... 'underwater sunset' dari kedalaman ini dari dalam gua 'celah-celah diving point... topografi seperti ini juga serupa dengan habitat 'Raja Laut' yang hidup di kedalaman lebih dari 150 meter.rnrnCamera Model Name Canon rnIXY DIGITAL 800 ISrnShooting Date/Time 11/2/2006 5:44:13 PMrnShooting Mode UnderwaterrnrnBrikut berita lokal Head Lines News 21 Mei 2007 juga dimuat hari ini disini www.hariankomentar.com (lengkap dengan foto2nya) di CNN juga ada dan di yahoo : http://news.yahoo.com/s/nm/20070521/od_uk_nm/oukoe_uk_indone sia_fish rnrnDitemukan di Pantai Manado, hanya bertahan hidup 17 jamrnIkan Purba CoelacanthENyaris Di-woku Belanga rnrnIni untuk kedua kalinya, ikan purba jenis Coelacanth ditemukan di perairan Sulut. Setelah penemuan pertama di Pantai Manado Tua tahun 1998 silam, ikan yang dianggap sudah punah 65 juta tahun lalu ini, ditemukan hidup-hidup di Pantai Manado oleh nelayan lokal, Yustinus Lahama dan anaknya Delfi Lahama, Sabtu (19/05) lalu, dan nyaris dipotong untuk dijadikan ikan woku belanga. rnrnMenurut Yustinus, tujuan dia dan anaknya ke laut se-benarnya hanya memancing ikan untuk dimakan sendiri. Begitu sampai di lepas pantai, pancing pun dilemparkan. Tiba-tiba, kata Yustinus, kail mereka seperti tersangkut pada sesuatu. Waktu ditarik, sangat berat. Namun senar pun ditarik terus.rnBegitu mata kail dekat, tam-pak seekor ikan dengan pan-jang kurang lebih 1 meter de-ngan berat berkisar 30 Kg di-sertai bintik-bintik putih, ter-sangkut pada mata kail. Ikan ini didapat di kedalam-an 70 depa atau 105 meter di Malalayang pada pukul 08.00 wita, panjangnya kurang lebih 1 meter dan berat ikan Coelacanth ini berkisar 20 sampai 30 KgEtutur Yustinus. rnMeski tergolong besar, na-mun ikan tersebut tampaknya tidak melakukan perlawanan lagi ketika diseret hingga ke dalam perahu. Tapi setelah berada di dalam perahu, ikan itu mulai berontak, sampai merusak beberapa bagian perahu. Sesampai di darat, ada dua orang yang ikut membantu mengangkat ikan tersebut karena saking be-ratnya. Waktu itu, saya dan anak saya tidak tahu, apa jenis ikan tersebut, yang saya tahu saya mendapatkan ikan untuk dimakan. Kebetulan saat itu yang saya dapat hanyalah ikan Coelacanth ini. Ikan ini sudah saya bawa ke samping parigi untuk dipo-tong, kata Lahama yang mengaku tinggal di Kelurahan Bahu ini.rnPada saat ikan hendak saya potong, ada yang datang yaitu Pak Darwin Papendeng. Dia meminta saya untuk tidak memotongnya karena ini adalah ikan purba. Mungkin kalau dia tidak datang, ikan itu pasti so di woku belanga,Etukasnya bangga atas pene-muan tersebut.rnSementara itu, Darwin Pa-pendang sendiri mengetahui ikan itu Coelacanth, karena mengenalinya dari gambar yang dipajang di Mapala UNSRAT. Setelah mengetahui bahwa ikan ini jenis langka, dirinya lang-sung menghubungi Dinas Per-ikanan Propinsi, Dinas Pari-wisata dan juga media massa. rnPenemuan ikan ini langsung menarik minat Gubernur SH Sarundajang dan Menteri Perikanan dan Kelautan Freddy Numberi untuk meli-hatnya secara langsung. rnGubernur sendiri malah sempat menunda keberang-katan ke Talaud demi Coela-canth atau Raja LautEtersebut.rnIkan yang awalnya berada di belakang Bahu Mall, akhirnya dipindahkan ke kolam yang ada di rumah makan City Extra Kalasey untuk mencoba mempertahankan kelangsu-ngan hidupnya. Bahkan Numberi dan Sarundajang turut menyertai perpindahan ikan ini. Sesampai di lokasi dengan bantuan beberapa orang, ikan yang diletakkan di tempat berbentuk peti ini akhirnya dipindahkan ke dalam karamba yang ada di kolam. Bahkan tabung oksi-gen juga diletakkan di dalam kolam untuk kelangsungan hidup ikan purba ini. Selesai melihat pemindahan ikan ini, Menteri Numberi langsung meninggalkan lokasi. Semen-tara Gubernur Sarundajang tetap bertahan untuk meman-tau perkembangan dari ikan Coelacanth ini.rn“Ikan yang ditemukan ini adalah ikan Coelacanth. Ke-unikannya ikan ini adalah ikan purba karena keturunan dari ikan yang berjuta-juta tahun lalu. Ternyata spesies ini masih hidup sehingga kita bisa melihat fosil berjalan, dan ikan ini lebih tua dari dinosaurus,Etutur Gubernur Sulawesi Utara Drs Sinyo H Sarundajang kepada sejum-lah wartawan sabtu (19/05). Sayangnya, pukul 01.00 wita Minggu (20/05) kemarin, Coelacanth tersebut telah mati atau hanya bertahan hi-dup selama 17 jam. Untuk itu, ikan ini kemungkinan akan diawetkan demi keperluan penelitian dan ikon Sulut. rnrnCOELACANTHrnMenurut informasi dari ber-bagai sumber, Coelacanth diartikan sebagai Duri yang beronggaEberdasarkan kata Yunani coelia, BeronggaEdan acanthos, DuriE Ini merujuk pada fisiknya yang berduri pada sirip yang berongga. rnCoelacanth adalah ikan yang berasal dari sebuah ca-bang evolusi tertua yang ma-sih hidup dari ikan berahang. Coelacanth diperkirakan sudah punah sejak akhir masa Cretaceous 65 juta ta-hun yang lalu, sampai sebuah spesimen ditemukan di Timur Afrika Selatan, di perairan Sungai Chalumna tahun 1938. Sejak itu Coelacanth telah ditemukan di Komoro, perairan Pulau Manado Tua di Sulawesi, Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar dan Taman Llaut St Lucia di Afrika Selatan. Di Indonesia, khu-susnya di sekitar Manado, Sulawesi Utara, spesies ini oleh masyarakat lokal dina-mai ikan raja laut. Coelacanth terdiri dari sekitar 120 spesies yang diketahui berdasarkan penemuan fosil.rnSampai saat ini, telah ada dua spesies hidup Coelacanth yang ditemukan yaitu Coelacanth Komoro, Latimeria chalumnae dan Coelacanth Sulawesi, Latimeria manadoensis. Hingga tahun 1938, ikan yang ber-kerabat dekat dengan ikan paru-paru ini dianggap telah punah semenjak akhir masa Cretaceous, sekitar 65 juta tahun yang silam. Sampai ketika seekor Coelacanth hidup tertangkap oleh jaring hiu di muka kuala Sungai Chalumna, Afrika Selatan pada bulan Desember tahun tersebut. Kapten kapal pukat yang tertarik melihat ikan aneh tersebut, mengirimkannya ke museum di Kota East London, yang ketika itu dipimpin oleh nona Marjorie Courtney-Latimer. Seorang iktiologis (ahli ikan) setempat, Dr JLB Smith kemudian mendeskripsi ikan tersebut dan menerbitkan artikelnya di jurnal Nature pada tahun 1939. Ia memberi nama Latimeria chalumnae kepada ikan jenis baru tersebut, untuk mengenang sang kurator mu-seum dan lokasi penemuan ikan itu.rnPencarian lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian mendapatkan perairan Kepulauan Komoro di Samudera Hindia sebelah barat sebagai habitatnya, di mana beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih dari 150 meter. Di luar kepulauan itu, sampai tahun 1990-an bebe-rapa individu juga tertangkap di perairan Mozambique, Ma-dagaskar dan juga Afrika Selatan. Namun semuanya masih dianggap sebagai ba-gian dari populasi yang ku-rang lebih sama.rnPada tahun 1998, enam-puluh tahun setelah ditemu-kannya fosil hidup Coelacanth Komoro, seekor ikan raja laut tertangkap jaring nelayan di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan ini su-dah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaan-nya di sana oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan raja laut secara fisik mirip Coelacanth Komoro, dengan perbedaan pada warnanya. Yakni raja laut berwarna coklat, semen-tara Coelacanth Komoro ber-warna biru baja.rnIkan raja laut tersebut ke-mudian dikirimkan kepada seorang peneliti Amerika yang tinggal di Manado, Mark Erd-mann, yang kemudian bersa-ma dua koleganya, RL Cald-well dan Mohammad Kasim Moosa dari LIPI, menerbitkan temuannya di Nature, 1998. Maka kini orang mengetahui bahwa ada populasi Coelacanth yang kedua, yang terpisah menyeberangi Samudera Hindia dan pulau-pulau di Indonesia barat sejauh + 10 ribu Km. Belakangan, berda-sarkan analisis DNA-mito-kondria dan isolasi populasi, beberapa peneliti Indonesia dan Prancis mengusulkan ikan raja laut sebagai spesies baru Latimeria manadoensis.rnDua tahun kemudian dite-mukan pula sekelompok Coelacanth yang hidup di perairan Kawasan Lindung Laut (Marine Protected Areas) St Lucia di Afrika Selatan. Orang kemudian menyadari bahwa kemungkinan masih terdapat populasi-populasi Coelacanth yang lain di dunia, termasuk pula di bagian lain nusantara, mengingat bahwa ikan ini hidup terisolir di kedalaman laut, terutama di sekitar pulau-pulau vulkanik. Hingga saat ini status tak-sonomi Coelacanth yang baru ini masih diperdebatkan.rnCoelacanth memiliki ciri khas ikan-ikan purba, ekor-nya berbentuk seperti sebuah kipas, matanya yang besar, dan sisiknya yang terlihat tidak sempurna (seperti batu). Di Bunaken pernah ditemu-kan seekor Coelacanth hidup berenang dengan bebasnya. Ukurannya kira-kira 2/3 tu-buh orang dewasa dan tubuh-nya berwarna ungu gelap.rnJenis betinanya dapat mem-berikan anak lima hingga 25 ekor, setiap ekor Coelacanth segera dapat meyesuaikan diri dengan lingkungannya. Coe-lacanth dikenal sebagai ikan Ovipaparous, yaitu membe-sarkan embrio yang terbentuk dari sel telur dan sperma di dalam perutnya hingga sang anak siap untuk berenang baru dilahirkan.rnMasa reproduktif Coela-canth tidak diketahui pasti, namun sejumlah ahli mem-perkirakan Coelacanth akan siap secara seksual setelah berusia 20 tahun, dengan masa reproduksi selama 13 bulan.(ipa/wik/bov) rnrnSpecial buat M.Alex yang imut, pinter, cantik tanpa bedak, dan juga ileran heheheh....
Fotografer sedang dalam suspend/verifikasi identitas/verifikasi e-mail. Foto tidak bisa dikomentari
15 tahun yang lalu
wow...thanks for sharing bos...informative and interesting...anglenya keren bgt...:) salam
salut deh,,,,
16 tahun yang lalu
mantab. Rd
17 tahun yang lalu
Indah sekali pemandangan bawah lautnya Kak, narasinya juga memberi pengetahuan tentang kekayaan bawah air. Salam .....
gila..keterangan-nya panjang amirrrrr...hehhehehe ini foto mengingatkan film tomb raider...keren2 ..bisa masuk majalah national geography neh..salam, ALfend ; )
Tone_nya underwater banget, jadi inget pilem2 bawah aer oom..... :-)
indah bener view UW nya
angle dan narasinya sangat menarik utk diikuti...salam..
tiada ada org lain yg sanggup foto begini selain pak pahlano..pak, tiap hari diving neh ?
wow.. keterangannya sip... Tapi fotonya lebih ok... keren banget framingnya... salam.. =D
moga-moga ada yang bisa temukan raja laut khususnya di pulau bunaken....he he he....salam
...jujur saya penasaran sama dirimu...siapa sebenarnya kamu ini...pengetahuanmu begitu mendalam dibidang kekayaan kedalaman laut...apa ada buku biografi dirimu yang bisa saya dapatkan ...???...
Memang pakar UW. Saya betul2 salut dengan mas. Bukan sekedar ahli foto UW tapi ternyata hal2 lain sekitar UW juga mas kuasai. SALUTE!!!
Satu kata: hebat...... komposisi, narasi dan tonalnya asyiikk....
sangat bisa dinikmati...keteranganya panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang ...
Soo deep and scarry. I don't think I will go diving. I'm too scarred with water hehe. Tapi aku suka dengan komposisi and warnanya. ^.^ Beautiful picture.
asik banget ya dunia yang berbeda ... :)
Deep blue sea... komposisi dan lighting yang mantap.
Bro' mantap komang de pe uraian... dapa rasa ada maso ulang kelas IPA, mulanya ta somo protes ta pikir tu ikan somo potong eh... thanks God ternyata nda jadi... ikan juga makhluk hidup, punya hati punya rasa... kalo dipotong sakit tauuuu... salam, J'
excellent underwater landscape shoot!
wah saya musti pelan2 nich baca critanya.... pemnadangan yg ga biasa nich....cakep om....
wah.. worm angle dari dasar laut! perfecto! .. narasinya... lengkap pisan.. tks for sharing
Bener2x Master nich...info nya berguna banget....foto nya cakep...seneng sama angle nya...salam
good view, cakep nih foto nya , good shoot , salam
asyik informasinya bos, nambah wawasan sekalian lihat foto2 yg asyik n unik nih. salam bos, moga2 ntar kl pas diving bisa bos yg dapet moto ikan ini. salam