Oleh: Nuryaman Chaniago (541) 18 tahun yang lalu
Halow, FNers, Photographers, semuanya. Kebetulan saya pribadi menyenangi keindahan lukisan/penggambaran fisik/fotografi dari kecil. Selalu saja, jika ada majalah/koran atau buletin yang saya lihat duluan pasti gambarnya duluan ketimbang beritanya. Untuk seni foto, awalnya saya menyukai framing. Maka itu saya mulai nyoba-nyoba ambil angle waktu kelas 5 SD. Pakai kamera poket mendiang ayah. Kalau ada acara foto-foto saya selalu kepingin motret dan ngga sabar menunggu hasil jeprat-jepret saat cuci cetak. Masuk SMA, saya diberi kamera SLR pertama oleh ibu, alias barang warisan yang mau dikasih ke orang tapi tidak saya izinkan dan akhirnya saya pakai. Sejak itulah saat menjadi anggota OSIS, aktif di kampus atau organisasi lain, saya selalu menjadi dokumentator. Setiap ada event/acara/kegiatan selalu saya jadi tukang fotonya. Orang-orang bilang hobi saya hobi adalah mahal dan membutuhkan nalar yang jitu untuk menghasilkan gambar cantik. Tapi sayang disayang, waktu kemarin memotret suasana sore menjelang takbiran di Bandung menggunakan SLR digital, teman-teman saya (tapi jangan diprotes ya) sudah berpendapat beda. Mereka menganggap sekarang semua orang sudah bisa memotret cantik, toh sudah pakai layar digital, yang bisa sembarang hapus dan simpan hasil foto bagus. Yang penting banyak uang, banyak modal, maka jadilah sang fotografer. Sehingga tak ada lagi istilah 'one shot one kill'. Tapi bagi saya tetap satu poin yang penting. 'Semua kamera memang sama fungsinya, cuma tidak semua pengguna kamera bisa sama menghasilkan karya indah'. Sehingga bagi para pencinta foto, janganlah surut karya foto karena banyak kesenangan disitu, bagi yang sangat mencintainya.
Oleh: Dendy Adhyatma Purnama (10503) 18 tahun yang lalu
klo prinsip saya mah cuma satu yang pegang kendali... " it's your BRAIN that takes control of everythin' " jaman secanggih apapun juga, tetep otak kita yang pegang peranan. coba yang nemuin teknologi digital, software2 dan tetek bngek laennya tuh kan manusia juga?? " it's how creative can we be? " klo gak pernah diasah ya tumpul, pada akhirnya bakal jadi budak teknologi. (rangkuman saya dari beberapa pendapat temen fn diatas) :) :D :p
Oleh: Pagar Alam, IPA (29522) 18 tahun yang lalu
Saya pengen hasil foto nya Indah, bermakna dan punya nilai seni nya.... Equipment only tool....yes tool.
Oleh: Budiarto Gondowijoyo (14643) 18 tahun yang lalu
kemajuan teknologi tak dapat dibendung,memang era digital dapat mempermudah kita membuat gambar,tetapi hal-hal yang dasar tetap harus dipelajari,misalnya ttg komposisi,sampai saat ini belum ada kamera yang dapat membuat komposisi gambar secara auto atau menunjukkan bila komposisinya salah,memang kamdig membuat kita sering asal jepret,bila nggak suka bisa dihapus tapi di sisi lain dapat mempermudah kita belajar fotografi dg biaya yg relatif murah. Digital darkroom membuat kita dapat mengedit gambar lebih mudah daripada masa lalu, mungkin di masa lalu hanya beberapa fotografer yg serius yg memiliki kamar gelap sendiri tapi saat ini banyak penggemar fotografi yg memiliki digital darkroom. Nikmati saja kemajuan teknologi fotografi saat ini.
Oleh: Agung Nugroho, patul (7348) 18 tahun yang lalu
Saya dari awal motret pake digital loh, tapi kok sampe sekarang blm ada hasil yg menurut saya layak dianggap bagus. Kalo cuma modal mencet shutter memang semua orang juga bisa, gak film gak digital...
Oleh: Hans T Winata (62931) 18 tahun yang lalu
Garbage In Garbage Out , Gold In Gold Out , jgn terlalu menganggap digital itu otomatis bagus mas ,kalo sampah walau diedit kayak apapun tetap aja gak bisa jadi emas , kalo yg emas tanpa diapa2kan pun tetap aja bagus , kalo sedih sama digitalnya (editingnya) ya jangan diedit mas , lsg foto aja dan lsg cetak , tuh sekarang ada digital cam yg full manual semua pengaturannya ; Leica M8 dan Digilux3 coba deh mungkin jenis tsb cocok utk selera anda
Oleh: Carlo Alexander Kawilarang (24098) 18 tahun yang lalu
yah, kalo emang semu8a bisa bikin foto bagus, bukannya malah bagus? sekarang tergantung fotografer beneran yang bisa membuat karya yang lebih bagus lagi.... ya ga seh?
Oleh: Harjono Djoyobisono, DJ (51218) 18 tahun yang lalu
Cameras do not take photos.... people do [-X
Oleh: Valens Riyadi (22589) 18 tahun yang lalu
mari kita nantikan apakah pembuat topik akan menanggapi komentar2 kita :)
Oleh: Adithya Zen (56733) 18 tahun yang lalu
alat cuman penunjang om..... yang penting adalah karya yang lahir dari hati kita, dikonsep dengan baik, sehingga bisa menggerakan tangan kita untuk menekan shutter pada saat yang pas, biarkan itu semua terekam dengan baik dibelakang retina mata kita.... jadi pada saat kita selesai motret, bibir kita bisa tersenyum, karena pada awalnya hanya kita yang tau, akan jadi seperti apa dan bagaimana hasil foto yang hendak kita bikin... ......gitu kali yaaaa?????? :D :D :D
Oleh: Armelo Wiryantomo (5164) 18 tahun yang lalu
I'm a happy shutter, and i'm happy :D
Oleh: Hadi Iswanto (439) 18 tahun yang lalu
Mumpung masih suasana berlebaran, lbh baik yg menganggap kamera digital itu "pembodohan tukang foto" sebaiknya dimaafkan saja. Masalahnya saya jg masih bodoh tentang fotografi digital gitu lho... salam,
Oleh: Andre Sulaiman (15608) 18 tahun yang lalu
ah sama aja deh nih....kalo mo pake digital atao analog sama aja.... kalo emang gak bisa motret...trus kalo pake digital apa jadi bagus ? yah gak juga tuh...heheheh :D
Oleh: Fachri S (74) 18 tahun yang lalu
di LN sepertinya dibedakan antara photographer dan photoshop artist. seorang photoshop artist belum tentu photographer begitu juga sebaliknya. Untuk senior photographer di Indonesia saya melihat ada beberapa yg bekerja dalam 1 team, ada photographer, photoshop artist, lighting specialist dan make-up artist-nya. Untuk beginner photographer kayaknya minimal harus punya basic knowledge untuk semuanya.
Oleh: Eddy Darmawan (70211) 18 tahun yang lalu
one shoot one kill memang adalah kepuasan dari seni fotografi. Pada jaman kamera analog biayanya akan sangat tinggi utk eksplorasi,belajar dan cuci cetaknya. Namun sekarang jamannya digital.. untuk melihat hasil bisa dilihat langsung di monitor komputer.. tanpa perlu cuci cetak yg berbiaya tinggi... yg diperlukan saat ini adalah eksplorasi dan asah terus ketajaman/feeling memotret dan belajar dari banyak kesalahan jepret akan lebih bagus daripada sedikit jepret.. semakin banyak orang bisa motret dgn baik sekarang karena perkembangan digital... kenapa anda harus bersedih?
Oleh: Nyoman Bayu Yudianala (306179) 18 tahun yang lalu
Saya mencoba mengikuti alur berpikir dari Bung Iwan... yang merasa sedih ketika memotret (dengan DSLR) suasana sore menjelang takbiran. Dia disindir oleh teman-temannya, karena seolah-olah dia digampangkan oleh teknologi digital itu. Padahal... (mungkin) saya meraba, rekan penanya ini gundah 'belum' bisa memotret dengan DSLR sesuai dengan harapan teman-teman yang 'mencemooh' itu. Maju terus Bung "Mantan Dokumentator OSIS"... Bila perlu kasih pinjem teman-teman-nya DSLR anda.. dan suruh mereka buat foto yang indah... :D Tapi... jangan-jangan teman Bung Penanya ini ... fotografer film kelas berat semua... Sekali mereka tahu 'enak'-nya pakai DSLR ... ampuuun.. mereka akan makin kaya (karena menghemat uang) dan fotonya jauh lebih cantik... Huaaaa.... :(( :((
Oleh: Togar Sitanggang (65921) 18 tahun yang lalu
aku sedih karena Bram salah tulis... mestinya K750i, bukan K700... :D aku juga sedih karena topik spt ini berulang kembali...
Oleh: Mhd. Luthfi, Upie (41313) 18 tahun yang lalu
Intinya sih ... dunia fotografi masih "awam" di masyarakat indonesia .. khususnya masyarakat indonesia yang beli digital camera yang menganggap klo semakin tinggi MegaPixel sebuah kamera, lantas itu kamera paling hebat :D. "Bang kameranya berapa megapixel ?? " siabang yang megang D70s menjawab : " ohh...6.1 MP " Wah tak patenn.. liat nih .. camera aku kecil, bisa rekam film, 8 MP " si abang yang megang DSLR itu pun garuk2 kepala ... Termasuk anda mungkin yang ikutan garuk2 kepala .. :-S
Oleh: dharma azil (324) 18 tahun yang lalu
sama aja bro.. sebelum digital udah ada polaroid kok.. hanya bedanya sekarang lebih simpel, murah dan luas.. tapi foto bagus atau tidak bagus ya tergantung skill dan mental si fotografer..
Oleh: Turida Wijaya (14068) 18 tahun yang lalu
Kok sedih toh... dunia terbentang luas..., teknologi diciptakan untuk mempermudah. Bayangkan, gak ada digital. Foto piala dunia kemarin gak bisa dikirim dalam hitungan detik. Teori dan pakem fotografi dasar tetap dipake di dunia digital. Dari dulu juga prinsip "The Man Behind The Gun" kepake. Setuju ama bung Arbain, Bung Valens dan dedengkot fotografi lainnya, apa yang mesti di sedih kan?
halo valens saya disini, eh kaya nya situ masih kesel deh ama tampang saya, hehe, gini lho mas valens, dulu memang saya bikin id di fn pakai nama angiola harry. tapi itu milik bersama karena tujuannya cuma untuk nyari barang saja sehingga id dan passwordnya milik bersama pula. nah waktu itu temen saya si adam dwiputra lah yang bikin situ kesel karena komentarnya dia ya kan? mana yang harus tanggung jawab kan jadi saya, soalnya pake email saya. udah gitu ketika baca email kiriman dari anda, si adam yang tempramental itu main reply aja, jadi saya lagi saya lagi yang kena. nah jadi sebenarnya si adam lah yang bikin situ kesel, ntar gw omelin deh si adam okey tapi sekarang ini adalah id asli saya karena gue orangnya asik loh ngga kaya si adam hehe, nanti saya kirim fotokopi id saya ke fn untuk lebih serius lagi. anyway maksud nya sedih itu, terciptanya kamdig malah menjadikan orang remehkan fotografi. ya, saya sependapat bahwa punya kamera digital bukan berarti jadi fotografer handal tapi sekedar orang punya kamera canggih.
hahah..! gw jadi gatel pengen ngomentarin lagi, mana namaku jadi iwan pula. betulll sekali mas nyoman yudhi saya adalah dokumentator handal untuk osis sma saya (ngebanggain diri nih biar terkenal), karena saat itu siapa yang berani motret selain saya, wah bisa gw omelin itu panitia acara sekolah. tapi yang jelas, karena komentar temen2 saya kaya gitu, mulai sekarang saya mau nyoba jadi 'photoshopers' kayanya asik juga ngotak-ngatik foto pake fotosop. walau hasilnya masih jauh dibawah standar (ketauan saat upload foto selalu ada td dari komentator), tapi ini merupakan new interest yang baru bagi saya. oke jadi gini, sepertinya antara fotografer dan photoshopers (atau apalah yang bagus istilahnya) kalau dilihat dari sudut pandang jurnalistik, ibarat penulis dan editor. untuk yang tulisannya presklar (istilah di ruang redaksi), maka si editor tidak repot memodifikasinya hingga tulisan itu presklar, dan begitu juga fotografer yang one shot one kill, mungkin bisa seperti foto presklar yang ga perlu banyak modif, bagaimana setuju ngga?
Yakin bisa /mampu ?
Hans T Winata : Yakin bisa /mampu? Bisa dong, kan sama-sama makan nasi, hehe, tapi bisa ngapain nih sori situ ngga jelas nih maksudnya jadi photoshopers bukan?
Maksudnya bisa motret dgn hasil2 lsg 'ready to publish' dan bikin photo editor lsg senyum dan kasih lampu hijau tanpa harus repot editing apapun . Saya sama Darwis Triadi sama2 makan nasi juga lho cuma hasil foto kami berdua beda he he he
ah mas darwis makan nasi pake pecel lele, kalo saya makan nasi pake rendang jadi pasti bisa ngalahin dong ya ngga, hehe lagian ini jadi salah persepsi lagi deh, maksudnya yang pengen bisa foto 'presklar' bukan saya kali, makanya saya beli dslr, tapi justru temen2 saya anggap kalo pake dslr ngga hebat lagi kaya foto 'presklar'. iya, ya ngapain saya terpengaruh mereka, hehe