Oleh: Hafied Rum (6690) 18 tahun yang lalu
Mendaki melintas bukit Berjalan letih menahan menahan berat beban Bertahan didalam dingin Berselimut kabut Ranu Kumbolo... Menatap jalan setapak Bertanya - tanya sampai kapankah berakhir Mereguk nikmat coklat susu Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda Bersama sahabat mencari damai Mengasah pribadi mengukir cinta Mahameru berikan damainya Didalam beku Arcapada Mahameru sebuah legenda tersisa Puncak abadi para dewa Masihkah terbersit asa Anak cucuku mencumbui pasirnya Disana nyalimu teruji Oleh ganas cengkraman hutan rimba Bersama sahabat mencari damai Mengasah pribadi mengukir cinta Mahameru berikan damainya Didalam beku Arcapada Mahameru sampaikan sejuk embun hati Mahameru basahi jiwaku yang kering Mahameru sadarkan angkuhnya manusia Puncak abadi para dewa... (Mahameru - Dewa 19) (foto diambil menjelang pos Kalimati)
Tanjakan Cinta Konon, jika seseorang dapat menempuh tanjakan sepanjang kurang lebih 200 m ini tanpa berhenti dan menoleh ke belakang, maka kelak dia tidak akan kesulitan dalam hal percintaan.
Selepas Tanjakan Cinta jalur sedikit menurun ke padang rumput indah bernama Oro-oro Ombo.
Kemudian melewati wilayah Cemoro Kandang dan Blok Jambangan. Sepanjang perjalanan kami banyak bertemu dengan sesama pendaki yang sedang turun.
Menjelang pos Kalimati puncak mulai terlihat. Kami sempat tertegun melihat erupsinya yang cukup besar.
Di Kalimati kami beristirahat sejenak, masak-masak untuk nanti malam karena di sinilah letak mata akhir terakhir itupun mesti berbelok kurang lebih setengah jam dari jalur pendakian. Mata air tersebut bernama Sumber Mani terletak di sebuah sungai kering yang penuh dengan bekas aliran material vulkanik.
Jalur berikutnya yang mesti ditempuh adalah Kalimati-Arcopodo sepanjang kurang lebih 2 jam. Jalur dengan tanjakan yg cukup terjal, tanah yg mudah longsor, dan jurang yang menganga di kiri dan kanan. Ditambah lagi dgn beban yg cukup berat karena di atas tidak ada sumber air. Waktu itu saya membawa (selain perlengkapan pribadi) tenda dan air 3 liter. Cukup berat bahkan frame carrier saya sampai melengkung. Di sepanjang jalur inilah hingga puncak yang banyak memakan korban. Entah karena jatuh ke jurang, terkena badai, kedinginan, maupun tersesat karena jalurnya memang berat. Menjelang maghrib kami tiba di Arcapada, basecamp terakhir. Kami segera mendirikan tenda karena udara yg cukup dingin dan angin yg bertiup cukup kencang. Malam itu perut saya hanya terisi STMJ saja karena saya sudah kehilangan nafsu makan akibat kerongkongan saya yg kemasukan debu sepanjang perjalanan. Kami segera tidur karena jam 1 malam nanti kami akan melakukan summit attack.
Jam 12 saya dan teman2 bangun untuk melakukan persiapan. Pada malam itu kebetulan bulan purnama, dan hanya ada 6 orang yg akan melakukan pendakian menuju puncak. Selain 3 orang dari tim saya ada 3 orang lagi teman pendaki dari bandung. Jam 1 kami mulai bergerak. Tenda dan berbagai barang2 lainnya yg tidak diperlukan ditinggal di sini. Perjalanan hingga batas vegetasi cukup lancar. Selepas batas vegetasi inilah medan yang terberat. Jalur berupa ganasnya pasir dan kerikil lepas yang mudah longsor; medan yg terbuka dengan hembusan angin cukup kencang; kalau tidak berhati-hati jurang menanti di kiri dan kanan. Di sinilah diperlukan fisik yang kuat dan mental yang tahan banting. Jalur yang bisa membuat frustasi karena setiap kali kaki kita jejakkan satu langkah akan turun 1/2 hingga 3/4 langkah. Kadangkala kaki tenggelam di dalam pasir. Jarak yang hanya dekat sekali harus ditempuh selama beberapa menit. Total dari batas vegetasi sampai puncak yang hanya berjarak 1 km mesti ditempuh selama 3-4 jam.
Akibat perut yang kosong saya berjalan tertatih, tertinggal cukup jauh di belakang. Sekitar jam 4 dini hari angin semakin kencang berhembus dan mulai turun kabut dengan jarak pandang hanya 5 m. Saya yang tertinggal sempat kehilangan orientasi dan salah jalur. Kemudian saya turun sedikit dan mencari jalur yang benar. Sekitar jam 5 lebih saya tiba sedikit di bawah puncak dan teman2 sudah menanti di sana berlindung di balik batu karena adanya badai. Setelah menunggu 30-60 menit badai tak kunjung reda, akhirnya kami menuju puncak untuk sekedar berfoto2. Di puncak sempat saya mengeluarkan isi perut (muntah).
in memoriam Soe Hok Gie
(narsis dikit ah) Berselimut Kabut di Puncak Mahameru
Di puncak udara sangat dingin dan angin berhembus kencang. Di sinilah tragedi itu terjadi. Kamera saya menjadi korban akibat lembabnya udara dalam badai di puncak dan sempat terjatuh juga ke dalam pasir. Dan foto-foto pun berakhir di sini. Sebenarnya bila cuaca cerah, (kata orang-orang yang sudah pernah ke puncak) akan kelihatan gunung-gunung di Jawa Timur dan sebagian gunung di jawa tengah, Pulau Madura, Samudera Hindia, dan tentu saja sunrise yang begitu mempesona untuk diabadikan dengan kamera.
Segera kami turun karena kami tidak mau membeku di puncak. Berbeda dengan perjalanan naik selama 3-4 jam, pada perjalanan turun ini hanya menempuh waktu 30-40 menit saja. Segera sampai di tenda kami packing untuk segera melakukan perjalanan turun. Dalam perjalanan kami tidak banyak berhenti lama, pun di Ranu Kumbolo hanya berhenti sebentar untuk mengambil air. Kami memutuskan untuk tidak bermalam di Ranu Kumbolo melainkan langsung turun ke Ranu Pane. Kami memilih jalur yang berbeda dari saat berangkat, yaitu jalur Ayak-ayak. Jalurnya cukup menanjak dan kemudian menurun landai jauh sekali. Dalam kondisi kelelahan dan perut kosong saya rasakan tanjakan ini berat sekali. Lagi-lagi saya tertinggal cukup jauh di belakang. Memasuki daerah perkebunan penduduk bad mood saya semakin bertambah. Saya menyesal sekali akibat kamera yang rusak saya tidak dapat mengabadikan view yang cukup indah di daerah ini. Jam 15.30 saya sebagai sweeper (orang terakhir) tiba kembali di Ranu Pane. Setelah tidak lama menunggu kebetulan ada jeep hardtop yg akan turun dan bersama beberapa rombongan lain kami menumpang dengan ongkos Rp 25.000,- hingga Tumpang. Dari Tumpang kami naik angkot hingga Malang dan kemudian melanjutkan dengan angkot lagi ke rumah teman kami di Malang untuk beristirahat. Jam 22.00 kami tiba dan setelah mandi saya segera terlelap dan terbang ke alam mimpi.
Demikian sedikit catatan perjalanan dari saya, yang mungkin agak terlambat saya tulis akibat kesibukan saya. Saya merencanakan akan kembali mendaki Mahameru pada bulan Agustus 2007. Bila ada di antara teman-teman sekalian yg ingin bergabung saya persilahkan. Forum ini forum terbuka dan jika teman-teman juga ingin berbagi foto atau cerita tentang pendakian ke Mahameru atau hanya ingin sekedar berkomentar saya persilahkan. Salam
Oleh: Asmin Safari (92454) 18 tahun yang lalu
wah.. selamat... kata temen sy yg dah kesana memang sangat indah dan berbagai binatang yg gak pernah terlihat juga ada... termasuk semacam gapura yg menuju gua katanya... ada keinginan kesana tuk bisa menyaksikan keindahan Nya... skalian liat Soe Hok Gie..salam
Oleh: Ign. Herri Prasetyanto (28332) 18 tahun yang lalu
Pembukaan lagu Dewa pas banget terlukiskan melalui foto-foto ini. Thanks for sharing. 3 derajat celcius plus angin sepoi brrrrrrrrrrrrr... baru membayangkan aja udah kedinginan... :)
Oleh: Rudo Wibowo (2300) 18 tahun yang lalu
Foto-fotonya bagus-bagus didukung dengan liputannya yang lengkap sekali. Kok nggak ada foto yang diambil dari Arcopodo menuju puncak Mas, medan berpasirnya, agar stidaknya bagi yang belum ke Semeru dapat membayangkan medan terakhir yang harus dihadapi, kalau nggak salah 3 in 1. Terima kasih banget telah mau berbagi foto-foto pengalamannya. Salam
Oleh: U Gumilar SNSSS, Ugie (21374) 18 tahun yang lalu
wahhhh jadi pingin kesono...lagi thanks for sharing
Oleh: Maherda Ekananda (5016) 18 tahun yang lalu
Yup…, pesona kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini memang luar biasa dengan landscape, sejarah2 beserta mitos2-nya. Terakhir saya kesini Juli 2006 lalu, khusus buat hunting Ranukumbolo dan Ranupane, memang tidak direncanakan untuk ke puncak karena waktu terbatas (sulit cari waktu kalo udah kerja begini) dan jiper juga kalo ingat treknya itu apalagi ini lagi bawa kamera yang “berat” dan udah pernah ngalami kamera rusak juga disini… Cerita “kemping” saya itu bisa dilihat di : http://www.indoflyer.net/indoforum/tm.asp?m=80565 Dan hasil foto2 terbaiknya ada di album FN saya ini, sedangkan album lengkapnya (dimana ada hasil jepretan Afan Sugiarto yang uapik apik tapi tidak ada di FN karena dia sangat jarang internet-an) ada di Friendster Blogs-ku atau bisa langsung ke : http://belalangtempur.blogs.friendster.com/photos/ranukumbolo_1517_july_200/a1.html Satu yang cukup menarik buat saya itu foto “prasasti” in memoriam Soe Hok Gie, waktu saya nyampai puncak April 2000 dan 2001 lalu saya belum tau kalo nama yang ada disitu punya nilai sejarah negeri yang apik dan lucunya juga kalo melihat acara Jejak Petualang TV7 edisi Semeru yang pertama kali (masih di era Riyanni Djangkaru) “prasasti” itu juga dishooting tapi sepertinya mereka juga pada belum tau siapa itu Soe Hok Gie. Terimakasih udah disharing fotonya Pak Hafied..., saya sendiri sebetulnya ingin memotretnya tapi untuk menuju ke lokasinya itu wuih..... Dari dua kali pernah di Mahameru, yang pertama juga kena badai seperi Pak Hafied tapi yang kedua dapet cerah dan betul sekali pemandangannya seru banget, saran kalo mau dapet cuaca yang cerah biasanya di bulan April-Agustus dimana Mei-Juni bisa dapet cuaca yang terbaik. Jika tepat setelah musim hujan (sekitar April) biasanya bunga2nya baru pada mekar dan kalo udah tengah kemarau (sekitar Juli) udah banyak yang gosong...
Oleh: hadehh (18314) 18 tahun yang lalu
thanks for sharing mas... congrats bisa sampe puncak n selamat balik ke rumah lagi. wah kapan ya gw bisa kesana, kayaknya asik banget,.... sayang kameranya jadi korban, tapi pengalamannya mesti gak terbayarkan, TOP!! salam salut untuk mountaineer, =)
Oleh: Sawaludin Lutfi (519) 18 tahun yang lalu
Mahameru memang menyimpan view yg sangat bagus....
Oleh: Ady Agustian (4516) 18 tahun yang lalu
pingiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin... jadi terkenang masa lalu nih....
Oleh: Nyoman Bayu Yudianala (306179) 18 tahun yang lalu
Trims atas sharing-nya kak... Jadi lebih mengerti dengan trek di G. Semeru ini. Agustus tahun depan, saya rencana mendaki G. Fuji lagi untuk ke-4 kali. Mudah-mudahan bisa share kembali... dan mas Rudo Wibowo bisa ikutan lagi.. fufufufu... ;)) Salam para sahabat alam.
Oleh: Jaka Fahrial (74787) 18 tahun yang lalu
terima kasih atas sharingnya
Oleh: Kristianto Gunawan T (145148) 18 tahun yang lalu
Cakep liputannya, thank's for share :)
Oleh: Nufransa Wira Sakti , Frans (19637) 18 tahun yang lalu
Lulus gak mas di "Tanjakan Cinta"nya ?? :D