Oleh: Hafied Rum (6690) 18 tahun yang lalu
Mendaki melintas bukit Berjalan letih menahan menahan berat beban Bertahan didalam dingin Berselimut kabut Ranu Kumbolo... Menatap jalan setapak Bertanya - tanya sampai kapankah berakhir Mereguk nikmat coklat susu Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda Bersama sahabat mencari damai Mengasah pribadi mengukir cinta Mahameru berikan damainya Didalam beku Arcapada Mahameru sebuah legenda tersisa Puncak abadi para dewa Masihkah terbersit asa Anak cucuku mencumbui pasirnya Disana nyalimu teruji Oleh ganas cengkraman hutan rimba Bersama sahabat mencari damai Mengasah pribadi mengukir cinta Mahameru berikan damainya Didalam beku Arcapada Mahameru sampaikan sejuk embun hati Mahameru basahi jiwaku yang kering Mahameru sadarkan angkuhnya manusia Puncak abadi para dewa... (Mahameru - Dewa 19) (foto diambil menjelang pos Kalimati)
Mahameru atau lazimnya disebut Semeru berketinggian 3676 mdpl merupakan puncak tertinggi di jawa sehingga acapkali disebut atapnya jawa. Terletak di Jawa Timur dalam area TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru), memiliki view landscape yg menakjubkan yg mengundang para fotografer untuk tak henti memencet shutter kamera. Pendakian ke gunung ini memang sangat beresiko. Tidak hanya karena letusan vulkanik (erupsi) dan gas beracun dari kawahnya, tapi juga cuaca ekstrem dan medan berat yang sering menyesatkan para pendaki. Mahameru hampir setiap tahun memakan korban, termasuk salah satunya adalah Soe Hok Gie yg prasasti in memoriamnya ada di puncak.
Pendakian menuju Mahameru sudah saya rencanakan sejak tahun lalu. Saya sempat khawatir rencana ini gagal karena sepanjang tahun 2006 sudah beberapa kali Mahameru ditutup karena cuaca dan aktivitas vulkaniknya yg meningkat. Pada awal bulan agustus saya bahkan sudah memutuskan menunda pendakian hingga 2007 mengingat kondisi keuangan yg mepet dan juga kondisi fisik saya yg meragukan. Pada pertengahan agustus saya memutuskan untuk mendaki pada awal september saja mengingat bulan september musim baik untuk pendakian. Cuaca cukup bersahabat meskipun resiko bermandikan sepanjang jalur pendakian yg kering kerontang karena kemarau.
Dari Jogja saya ditemani sobat saya si Ning dari PHOPALA. Kemudian nanti di Malang akan bergabung juga sobat saya Arief dan juga Fauzi dan Danti yg mengantar hingga Ranu Kumbolo. Senin pagi tgl 4 September saya dan Ning berangkat dari Jogja menuju Surabaya dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Malang. Selasa pagi kami berbelanja logistik untuk pendakian dan Selasa sore kami menuju ke kota Tumpang, sebuah kota kecil yg dingin di kaki Mahameru. Kami menginap semalam di Tumpang dan Rabu dini hari tanggal 6 September dengan membayar Rp 20.000,- kami menumpang truk sayur menuju Ranu Pane. (foto : Selamat Pagi Ranu Pane)
Ranu Pane adalah basecamp pendakian dengan ketinggian 22000 mdpl. Ternyata kami datang terlalu pagi dan kantor perijinan belum buka. Untuk mengurangi rasa dingin saya berjalan2 di sekitar perkebunan dan mengambil beberapa jepretan. (foto : Morning at Ranu Pane)
Udara cukup dingin sehingga Ning dan Danti memanfaatkan sinar matahari untuk berjemur menghangatkan badan.
Jalur pendakian yg ditempuh kurang lebih sebagai berikut Ranu Pane - Ranu Kumbolo : 4 jam Ranu Kumbolo - Kali Mati : 3 jam Kali Mati -Arcopodo : 1 jam Arcopodo - puncak : 4 jam (foto : jadilah pengunjung yg baik)
Foto2 dulu sebelum berangkat.
Sepanjang jalur Ranu Pane Ranu Kumbolo medan tidak begitu berat karena banyak landainya. Namun saya harus beberapa kali berjalan menunduk karena carrier (ransel) saya yg cukup tinggi. (foto : mejeng di jembatan)
Puncak Mahameru dari kejauhan.
Setelah 3 jam lebih perjalanan akhirnya danau Ranu Kumbolo kelihatan juga. Wah senangnya.
Danau Ranu Kumbolo dengan ketinggian 2400 mdpl merupakan danau tertinggi di Pulau Jawa.
Oleh: Gede A. Setiawan, GAS (33721) 18 tahun yang lalu
ah memang gaya tenan si abang hafied ini, gak ngajak2 saya kesono. yg diajak cuman ciwi2 doang.... :((
Kami berhenti di pinggir danau dan camping semalam di sini. Esok paginya 3 orang (saya, Ning, Arief) melanjutkan perjalanan ke puncak, sementara Fauzi dan Danti kembali ke Ranu Pane kemudian pulang ke Malang.
Masak-masak (jatahnya cewe).
Makan-makan (dgn gaya masing2) Gaya Fauzi dan Arief
Gaya Ning dan Danti
Mencuci piring (jatah cewe lagi).
Cuaca siang itu cukup hangat untuk tidur siang. Sebagian di antara kami memilih untuk tidur di dalam tenda, sementara Ning ternyata menemukan tempatnya sendiri.
Ranu Kumbolo Sore Hari
Ranu Kumbolo Malam hari
Malam hari di Ranu Kumbolo udara cukup dingin. Jam 3 pagi saya terbangun dan mengecek termometer dalam tenda. Gila!! Di dalam tenda saja 3 derajat celcius. Di luar berapa ya!?
Ranu Kumbolo Pagi Hari
Erupsi (letusan vulkanik) pagi itu cukup besar dengan interval yg lebih lama dari biasanya. Sempat waswas juga, jangan-jangan pendakian ke puncak ditutup.
Foto-foto lagi, sebelum berpisah.