Oleh: Sanny N H (514) 19 tahun yang lalu
Oleh: Muhammad Fajri Ramadhana S (1659) 19 tahun yang lalu
enaknya jd warga forum merk lain, damai, sentosa, sejahtera, aman, tentram, adil &makmur ! :-" :-" :-"
Oleh: Gunantyo Suci (1656) 19 tahun yang lalu
daripada WAR disini mending nonton star WARs :D -may the force be with you-
Oleh: FNU Brawijaya (4664) 19 tahun yang lalu
enaknya jd warga forum merk lain, damai, sentosa, sejahtera, aman, tentram, adil &makmur ! Saya rasa emang gitu, daripada pingin bandingin apa yg kurang dan apa yg lebih terhadap the closest competitor tapi direcokin melulu.... Lha yg nulis pengguna Nikon, di tempat Nikon, jadi audience-nya mestinya juga pengguna Nikon. Pengguna merk lain boleh komentar asal dalam rangka meluruskan pendapat yg salah (tentu secara teknis), dan ya sudah itu aja haknya kan... Kalau memang secara teknis dirasa nggak betul, tinggal tulis gue bikin review, dan sekarang saya taruh di forum gue. Silakan lihat saja biar punya pandangan dari sudut lain. Rak gitu tho mestinya.... Lha forum peralatan, tapi pas bahas peralatan lalu dibilang semua peralatan sama saja. Tinggal orangnya yg pakai. Walaupun nggak salah, lho lalu apa fungsinya forum peralatan.... Kalau buat cari tahu guna feature ini itu kan tinggal lihat di manual. Apa buat janjian kencan? Hihihi..... uaneh tenan...
Oleh: Mustakim Irsan, ICHAN (55541) 19 tahun yang lalu
Gue di rumah punya dua kamera Canon 1DsMarkII, yg satu dipasangin lensa tele dan satunya lagi lensa wide, biar nggak gonta-ganti lensa Adik gue pake dua kamera Nikon D2X , sama...masing-masing dipasangin lensa tele dan wide yg high endAda juga Hasselblad dgn digital back-nya, tapi ini hanya sesekali dipakeSemua kamera pake CF Extreme dan Lexar ukuran 2GBGue juga pake CPU dgn spesifikasi bener-bener high grade terbaru, dgn monitor 21" yang sudah dikalibrasiFilter-filter bejibun dah, flash aja ada 5 buah, 2xSB800 sama 3x 580EX, akesoris lain berserakan tauk udah kemanaTapi herannya, kenapa sampe sekarang gue blum pinter motret dan bikin foto bagus yaaaa...??Dreaming mode = ON
Oleh: Ahmad Syafiq, Syafiq (39799) 19 tahun yang lalu
Om Ichan itu namanya nightmare hehehe...
Oleh: Dhian Raharjo (11690) 19 tahun yang lalu
kak Ichan... itu kan impian tiap orang. kalo sudah ada di dunia mimpi, ngapain masih pusing hehehe...
Oleh: Igor F Firdauzi (185236) 19 tahun yang lalu
ichan mimpi buruk gara-gara kebanyakan IR dari ruangan B301 dimarahin cak Di, kapok kowe
Bang Igor, punya kenangan manis disana ya.... ;;)
Oleh: Rangga Harkaffi (1430) 19 tahun yang lalu
gw setuju ma lo jri!emang enak kalo agamanya "merk lain" :D :D :D ...damai dan tentram.gw rasa kamera itu sama aja pada umumnya,yg penting the man behind the gun...saya liat ada yg cuma pake cyber shoot fotonya tajem,bahkan jdi FPE :O ,tp ada temen saya yg udh pake 20 D dgn segudang lensa seri L tapi foto2nya biasa aja..(IMHO). jadi kalo menurut saya tergantung orangnya juga .... :D
kak Rangga, tapi tetep aja yang paling bahagia adalah yang punya wandies maktu... :D
Oleh: Faisal Arief Loebis (15370) 19 tahun yang lalu
Koq saya mendengar gema...pinging echo..yah :)) Hehehe...berhubung saya adalah pengguna kamera multi platform (termasuk medium format dgn digital-back) dimana baik 1DsMkII dan D2x saya miliki ke-dua2nya, saya agak kecewa dgn tampilan D2x yg warnanya memang vivid tapi -dull. Kalah warm dibanding 1DsmkII. Disamping itu shadow gradasi D2x dan shadow detail masih kalah jauh dgn Canon 20D yang harganya -body only- sepertiganya harga D2x. Malah saya anggap agak janggal cara pengukuran WB pada D2x adalah melalui prisma yg terletak diatas lensa, dan tidak melalui lensa seperti halnya 1DsMkII atau 20D. Artinya bila saya memakai topi pet (baseball cap), saya harus membalikkan topi saya kebelakang kepala agar penangkal sinar pada topi pet (visor) tidak menutupi prisma D2x yg bisa membuat pengukuran WB jadi ngaco. Anak buah saya setiap kali selalu mengingatkan saya utk membalikkan topi setiap kali saya shoot dgn D2x. Tentu hal semacam ini tidak akan disebut oleh Dpreview. Namun bila saya membandingkan pixel density antara 1DsMkII dan D2x..disinilah kelebihan D2x karena adanya cropping factor 1.5x membuat pixel density menjadi lebih rapat dibanding kamera Full Frame. Tapi Full Frame punya sisi enaknya bila saya harus meng-crop seperti halnya saya crop saat gunakan kamera film. Namun apalah gunanya bila pada iso tinggi sistim noise reduction D2x membuatnya kehilangan detail, halmana tidak terjadi pada 1DsMkII. Intinya atau bottom-line, masing2 kamera2 punya kelebihan dan kekurangan. Tinggal kita saja sebagai pemakai bisa tidak mengatasi kekurangan pada masing2 kamera, serta memanfaatkan kelebihan2 yg dimiliki oleh keduanya. Bukan saya tidak appreciate hasil test yg dilakukan oleh Dpreview. Kalo mau tertarik dgn segala tetek bengek technical specs yg dibahas Dpreview ato Bjorn Korslet, ya silahkan saja. Saya hanya bicara tentang apa yg saya alami dilapangan dan melihat hasilnya dilayar monitor Eizo CG220 dan FA-2090 saya yg memang utk diagnostic imaging. Itu saya rasa lebih punya makna buat saya. Jadi bilamana kita merasa diri kita adalah sebagai die-hard Nikonians atau sebagai die-hard Canonians, itu hanya buang2 energi dgn berdebat kusir. But some people just love to argue for arguments sake. Or is it the strive for some sort of recognition? ;) Buat saya pribadi....ke-dua2 kamera D2x dan 1DsMkII adalah sebuah alat saja, dan sama2 handal dan layak dimiliki. Apalagi buat saya yg telah bermain-main dgn Nikon dan Canon sejak era tahun 70an tidak ada argumentasi yg layak diperdebatkan. Seperti kata seorang photographer pro yg tidak berpandangan biased pada sebuah forum luar: "To argue which one is better is a futile argument, as both brands Nikon and Canon actually support each other". Saya setuju dgn pandangan ini, dan sdh seharusnya demikian karena setiap kamera ada kegunaannya tergantung jenis fotografi yg kita lakukan. Ini terlepas dri hasil TIPA Awards 2004-2005 yg memilih 1DsMkII karena memang kenyataannya lebih banyak 1DsMkII dipakai oleh press association. Kalo disini misalnya pada kelompok Gramedia yg sedang phase-out Nikon karena alasan2 saya diatas. Eniwei both D2x dan 1DsMkII menurut saya adalah good tools. Since I use them both. In the end, the choices we make, and the results obtained thereafter, tergantung kemampuan dan daya khayal kita sendiri. (pinjem istilah mas Ichan) Semoga berkenan dan ma'apin aye kalo ada saleh-saleh kata. Salam,
Oom... uraian anda kan sebetulnya mini review. Sama dengan uraian dari DPreview atau reviewer lain. Mereka dan juga anda hanya bicara tentang apa yg dialami. Untuk banyak orang, kita harus baca baik-baik apa spec kamera itu dan kemampuan yg bagaimana yg dapat kita dapatkan dari kamera itu. Di sinilah review-review itu sangat berguna. Kebanyakan dari kami kan kantongnya cekak, jadi nggak bisa langsung beli tanpa informasi lengkap. Kita dapat mengambil manfaat untuk mengevaluasi saat mempertimbangkan mau beli. Kalau di-abuse buat bertengkar, ya itu salah yg tengkar. Warna vivid tapi dull itu yg kayak gimana pak? Saya jadi bingung membayangkannya. Kalau bisa di-upload dong. Bukannya vivid <> flat (dull)? Warm yang <> cold bukannya untuk yg kekuningan vs. kebiruan? Dan bukannya juga dipengaruhi oleh karakteristik lensa? Tidak ada argumentasi yg perlu dikemukakan dari merk ke merk. Kalau dari kamera ke kamera baru berguna. Kalau lalu ada yg menarik-narik menjadi masalah merk, ya itu salah orang itu. Untuk dibahas, itu perlu walaupun kita sekarang ini hanya pakai D70, misalnya. Dengan mengetahui kemampuan kamera high end, kita dapat mengetahui apa yg bakal kita peroleh dari kamera consumer-grade di masa datang. Misalnya F100 memberikan 95% technology kepada N80.... lalu 95% technology N80 dipakai di N75. Jadi kita bisa kira-kira gimana features dari D75 atau D200 (kalau nanti ada). Jadi review-review itu bukannya useless. Yang useless adalah pendapat bahwa the man behind the camera menentukan segalanya. Bukan pada kebenarannya, tetapi pada penempatannya. Bila kita bicara fotografi secara umum, maka itu hal yg harus ditekankan kepada fotografer. Tetapi kalau kita bahas peralatan, lalu kita bicara seperti itu, maka ya agak lucu aja....
Sama itu maksud mereka2 itu khan kalau : 1. Cuman buat dipajang diweb alias 3R 2. Atawa dilihat dari jauh, makin jelek lensanya dan makin lowres makin jauh lihatnya he he Begitulah maksud mereka rupanya pak FNU, beli godam 10 kilo buat maku paku 2 cm.
Oleh: masbaz (39152) 19 tahun yang lalu
Sebenernya saya juga harus mengaku bahwa saya juga pemakai Canon dan puas. Canon BJC-3000 saya dari saya beli sampai sekarang belum pernah mengecewakan saya, tetap menghasilkan gambar2 yang vivid -dan tidak dull-
Soal pemakaian produk Canon, saya juga pakai.... Nggak percaya, nih fotonya...:) Nanti dibilang Nikonian Diehard kan repot. Tuh A70 dipakaiin adapter filter 52mm + step-up 52-58mm, Printer Canon Pixma, dan juga kertas-kertas Canon.... ganti dengan Ilford hanya karena dapat tempat yg harganya cuma 1/4 harga kertas Canon. Untuk hobi kantong cekak sudah saya rasakan cukup. Tentu kalau kantong tebal pakai minimal Canon i990. Untuk itu bicara review-nya DPReview harus disikapi dengan sewajarnya. Kalau tiap kali ada yg upload soal review lalu bikin ribut, ya jangan menyalahkan yg upload, tapi salahkan yg bikin ribut.
Hehehe Kak FNU yang bilang Nikonian diehard juga paling merk lain diehard... Saya pribadi berpendapat, review2 itu penting banget. Bahwa nanti pengalaman kita beda dengan hasil review, itu soal lain yang justru menarik untuk dielaborasi apakah yang salah reviewnya atau malah jangan2 kitanya...
Oleh: Feri Latief (10508) 19 tahun yang lalu
PAdahal kan nggak nyambung ya antara hal yang berbau teknis sama yang berbau perasaan gitu loooo...teknis ya teknis...
Oleh: Ronaldy Suhendra (3149) 19 tahun yang lalu
Hidup Minolta!!! :p (Puyeng baca postingnya 8-} )
pasti dagang kamera itu mah :))