Oleh: FNU Brawijaya (4664) 19 tahun yang lalu
FYI, dari Popular Photography edisi Juni 2005. Saya ambil 2 paragraf terakhir saja. Kalau nggak malas, nanti saya scan sisanya (Update, sudah saya lengkapi). Kesimpulan.... nggak perlu buru-buru naikin pixel, kita tunggu sampai teknologi mampu membuat kamera 25MP dengan harga Rp 10 juta...:D Strategi Nikon memang mooy.... marketingnya aja kurang. Setelah dipikir-pikir, bener juga mereka nggak mengeluarkan D200, nanti mengkanibal D70s. --------------------------------------------------------------- Resolution Roulette When does an 8.2MP SLR rival the image quality of a 16.6MP SLR? ONE OF THE BIGGEST complaints I hear about digital SLRs involves their 35mm behavior. After all, most sub $3,000 DSLRs use CCD or CMOS image sensors that are smaller than a 35mrn film frame. This results in a narrower field of view (FOV) for a given focal-length lens on a DSLR than on a 35mm film SLR. We call this the 35mm ranges from 1.3X to 2X, depending on the brand and model of the SLR. It's set for the life of the camera. But is the 35mm les factor a negative or a positive? It depends on how you look at it. If you’ve switched from a film SLR to a DSLR, you can't he happy that your 24 or 28mm f/2.8 lenses no longer capture a wide-angle FOV on DSLRs with a 1.5X to 1.7X lens factor. Instead, you’ve now got the equivalent of a 36- to 48mm lens. To get back to a true wide-angle FOV, you'll have to buy a 16-18mm ultrawide lens— an expensive proposition. But if you’re new to SLRs, the 35mm lens factor on a DSLR could strike you as a positive, or it may not concern you at all. Why? The second lens that most new photographers buy is a telephone zoom, not a wide-angle. That's because a telephoto zoom, such as a 70-200mm, lets you get closer to your subjects without intruding; choose a more flattering focal length for portraits; or crop out distracting background elements without repositioning the camera. With this in mind, a DSLR’s 35mm lens factor improves your telephoto lens by giving you the narrower field of view of a more powerful and expensive lens- without adding weight, (For example, a l00-300mm f/3.5-4.5 lens on a DSLR with a 1.5X 35mm lens factor now captures the same field of view as a much heavier and more expensive 130-400mm f/3.5-4.5 lens on a 35mm film SLR.) Then there's a surprise benefit. Under some circumstances, a DSLR with a 35mm lens factor can give you over an image quality advantage over an expensive, full-frame DSLR that has twice as many pixels. This is true because images taken with a full-frame frame sensor, such as those on the Canon EOS-IDs Mark II, Kodak DCS Pro SLR/n and SLR/c, or by a 35mm film camera, must be cropped to get the same FOV as the DSLR with a factor. Cropping an image lowers the number of megapixels and affects its maximum photo-quality print size (based on our 200 ppi rule of thumb). For example, an image from Canon's 16.6MF EOS-IDs Mark II ($8.000) that is cropped to get the same FOV as Canon's —8.2MP EOS 20D ($1370, 1.6X 35mm lens factor) will only contain 6.5MP (3120x2080 pixels) in the cropped area. That's just slightly more pixel information than you'll get from a photo taken with Canon's 6.3MP EOS Digital Rebel, but notably less than photos from the 8.2MP EOS 20D. If you enlarged all images to 13x19 inches, the print from the EOS 20D would show more detail than a print from the EOS-IDs Mark II. It would actually take a full-frame sensor with 21MP to match the resolution of the EOS 200 after cropping, assuming both sensors were of similar quality and pixel design, I arrived at this figure by using the following formula to estimate the Full-Frame Equivalent (FFE) of any DSLR with a 35mm lens factor: Full-Frame Equivalent = (lens factor x horizontal pixel count) x (lens factor x vertical pixel count) In most cases, the horizontal and vertical pixel counts are taken from the largest uninterpolated file size created by the DSLR. However, the formula doesn't work with some Fuji-film Super CCD SLRs (including the new FinePix S3Pro) and Foveon X3-equipped Sigma DSLRs. For these, I used pixel counts from normal CCDs that deliver similar resolution scores. Essentially this formula expands the megapixel density found in a smaller-than-film sensor to the size of a full frame sensor. I've used it to estimate the FFE for several popular DSLRs (and a variety of 35mm lens factors) in the accompanying chart. For anyone shooting with a DSLR that has a 35mm lens factor, the FFE gives you an idea of the advantage you have when it comes to shooting with a telephoto lens. When are you better off with a full-frame sensor in a DSLR? It depends. If the majority your shooting involves the use of wide-angle or ultrawide-angle lenses, then a full frame DSLR keeps the lens status quo and gives you superb image quality. Currently, full frame SLR bodies with with 11MP - 16.6MP sensors cost $4,000-$8,000. That's a bit much if wide angle shooting isn't your priority. Most photographers (and even some pros) might be better off with an affordable 6MP-8MP SLR costing from $700-$2,300, even saddled with 1.5X-2X 35mm lens factor. With your savings, you could buy a great telezoom lens, or a decent superwide angle lens like Canon's EF 16-35mm f/2.8L USM ($1,400) or Nikon's 12-24mm f/4G ED-IF DX ($940) to cover most wide-angle moments.
Mas Heru, jangan bingung. Memang temen-temen Canonian ini suka ada yg jahil, ada yg emang die-hard Canon, ada juga yg super jahil and iseng. Untuk mengetahui apakah opininya nggak jahil, maka kita harus jadi detektif. Kita teliti kecenderungan mereka atau interest mereka lewat karya-karyanya:
Oleh: masbaz (39152) 19 tahun yang lalu
Sebenernya kalau saya punya pilihan, semakin banyak detil yang bisa saya dapatkan dari suatu foto akan semakin baik. Karena memang tidak berencana membeli kamera2 seperti yang disebutkan di atas, maka saya akali dengan memotret panorama kemudian di-stitch (kegemaran yang sama dengan bung Sanny). Dengan cara itu, saya mendapat foto dengan ukuran lebih besar dan detil lebih baik, tanpa harus keluar biaya yang fantastis.Bagi orang yang suka motret landscape detil adalah segalanya...Kalo ada Mas Haryanto pasti komentarnya, "makanya... pake film dong.." ;))
Oleh: D. Setiadi (81319) 19 tahun yang lalu
Andreas wrote : "Your own baby is never ugly..."Nope! I do not a baby yet, but I still enjoy making baby...so your baby is ugly? ;))
Oleh: Radix R (2382) 19 tahun yang lalu
kayanya ada yg nyebut2 Merk Lain nih ;)) btw, yg merk lain itu full frame loh, tapi FOV-nya perlu dikali 2 untuk yg pengen tau ekifalensinya dg 35mm film SLR hehe nah, kalo bahas FF atau tidak, ini link yg sebelumnya pernah di posting, dari Luminous Landscape, diskusinya om Reichmann dan om Johnston Thoughts About "Full Frame" It's the DOF – Among Other Things DOF Response oh iya, emangnya lensa2 film wide itu kepake di kamera dslr FF? bukannya kalo di forum2 tetangga pada ribut nyari lensa wide-nya Leica buat dapet hasil yg bagus...
Oleh: Erwin Ferdiana (20896) 19 tahun yang lalu
wah asik juga yah FF.. tapi saya sendiri lebih prefer beli yg not FF tapi dapet 2 biji bodynya... kalo ada duit sisa baru beli yg FF nya... :D
Oleh: Sanny N H (514) 19 tahun yang lalu
Mas Baz, Panoramic nya jadi luuebih besar lagi lho mega pixelnya kalau pakai D2X Sisi verticalnya aja sudah 3000 pixel, cukup untuk 75 cm tuh kalau 100 dpi
o iya, jadi inget beberapa waktu lalu juga sempat posting artikel dari BJoP "Canon and Nikon make the most DSLR models and they are clearly intent on taking very different approaches. Canon has four models using three chip sizes, while Nikon has four models, all using the DX format. Nikon has no intention of building a full-frame camera in the foreseeable future. 'There are no plans for a full frame camera,' says Jeremy Gilbert, imaging division group marketing manager with Nikon UK. 'We'd never say never to the idea, but it's not in the plans. We believe the DX format offers the best combination of value and performance.' " selengkapnya ada di thread No "Full Frame" untuk Nikon
Mas Baz dan Maz Sanny, makanya ini tergantung karakteristik fotografernya ya..... Kalau yg seneng stitching foto artinya dia senang super wide-angle tapi lensanya nggak nutut. Kalau ada yg nawarin kamera DSLR full-frame merk "Kijang" yg terima mount Nikon seharga $1000, maka fotografer ini detik berikutnya loncat ke Kijang. Kalau saya nggak pernah stitching, malah cropping abis melulu. Artinya orang seperti saya senang tele....dan terus akan beli lensa tele yg lebih panjang. Kalau ada body keren habis merek Kijang yg full-frame dan merk Harimau yg punya crop factor 2X... semua harga dan spec sama dan semua terima Nikon mount, maka saya akan beli yg punya crop factor. Itu aja....
Oleh: Gunantyo Suci (1656) 19 tahun yang lalu
klo saya lbh percaya ama crop..soalnya bikin lensa ultrawide untuk sensor kecil itu udh ada..contohnya lensa wide pada canon xl 1 yg crop factornya klo pake lensa EF 7x.......tinggal masalah masuk k jalur produksi bwt DSLR ajah.........
Oleh: Briano Kawenang (7277) 19 tahun yang lalu
Benar kata mas FNU.... saya juga seneng pake yang bisa 2x crop factor....
Oleh: iing Gunawan, sidoel (27236) 19 tahun yang lalu
gua sih kalo full frame harganya $1000 an kayanya ambil full frame deh. tapi gara2 harganya gila gilaan aja jadi gua nga mao ;)) sekarnang gini deh, kalo camera 1 type tapi ada 2 version ( D70s sama D70F): 1.5 crop sama Full frame . semua features sama and resolution sama and harganya juga sama cuman $1000. pada ambil yang mana? djaya: Enjoy making baby? emaknya siapa djay ?:O
Oleh: Ahmad Syafiq, Syafiq (39799) 19 tahun yang lalu
Bang Iing, kalo saya dalam kasus hipotetikal gitu, saya ambil dua2nya ;))
Oleh: Ronaldy Suhendra (3149) 19 tahun yang lalu
Kayanya sih paling enak kasus kaya D2X, mungkin nanti kalo D4X atau D5X uda bisa diswitch 1.0/1.5/2.0 FOVnya, kalau perlu malah 0.5, he3x, jadi kalo mau wide atau tele kaga pusing. Malah gak usa beli lensa lagi, wakakakakaka :D
Iing: kalo camera 1 type tapi ada 2 version ( D70s sama D70F) D70F dengan 6.1MP? Lahhh... sama aja beli 4MP dong, mending beli Coolpix deh....:)) Djaja: Nope! I do not a baby yet, but I still enjoy making baby...so your baby is ugly? Gadis Netherland? Hmmm.... Where is the baby...where is the baby?? Briano: ...lumayan juga D2x,25 megapixel full frame,ngalahin 1Ds MkII dong Emmmmm itu TST aja... ssttt katanya nggak boleh brand name war lho... Digembok moderator baru tahu rasa lho.:D
Oleh: Irwansyah S (52460) 19 tahun yang lalu
Tulisan Mc Namara yang dikutip pada awal thread ini, banyak SESAT nya. Sesat penelikungan kroping untuk memaksakan justifikasi non-FF mempunyai detail lebih baik daripada FF. Sesat dalam cara menghitung pixel count dalam istilah FFE. Menyuruh pembaca dalam kesesatan dengan menggiring kita ke ide kroping untuk melakukan perbandingan detail.
Baik om Irwans maupun kak First Name Unknown ada benarnya. Full frame memang masih lebih menguntungkan karena beberapa alasan, antara lain DoF. (Bukan lebih baik ya, "baik" itu perceived quality).Saya pernah membaca di salah satu artikel bahwa karena ukuran sesor yang lebih kecil, maka lensa dituntut untuk bekerja lebih keras. Atau dengan kata lain, untuk lensa yang sama akan performing lebih baik di kamera FF daripada kamera APS-C. Perkara FOV yang sama bisa diperoleh dengan men-crop hasil foto kamera FF menurutku tidak relevan. Ekstrimnya, perdebatan ini rasanya sama seperti membandingkan Kamera SLR dengan Kamera Medium Format yang menggunakan lensa SLR.Tapi benar juga bahwa untuk non-discerning users, mungkin hasil gambar kamera sensor APS-C sudah mencukupi. yang sering dilupakan orang adalah dengan adanya perubahan FOV gara2 ukuran sensor, peruntukan lensa jadi berubah pula. Kita harus memasukkan faktor tersebut sebelum berdiskusi mengenai kualitas gambar yang dihasilkan :)
Wah.... ada golongan sesat, nanti ada golongan putih. Waaaa.... kurindu Kho Ping Hoo. Ada yg mau bilangin Detik.com untuk menggratiskan kembali cersil kesayanganku. It's been a month without KPH!! Mas Irwans bisa jelaskan kesesatannya? Mas Baz, katanya DOF nggak berubah, kok ceritanya ganti lagi. Mas Baz, semua ini (naikin MP, FF or APS-C) kan dalam rangka mencari the highest resolution you can get. Jangan lupa ini tujuan utamanya. Jadi membandingkan dengan cropping itu untuk mencari kesamaan fundasi untuk mengukur resolusi akhir. Kok nggak relevan gimana sih? Bisa dielaboret gitu...? Saya setuju dengan perubahan peruntukan lensa, tetapi soal hasil gambar (yg mestinya kita bicara resolusi), maka referensi kita ya hasil akhir foto itu, yaitu gambar print. Untuk itu, daripada sibuk mempertanyakan metode, maka kita serahkan saja bukti hitam di atas putih saja (eh... color juga ding). Kita kembali pakai loupe aja deh daripada bingung dengan variabel yg bermain. Hanya saja, hasil print mendukung hasil teoritis oleh Popphoto kok. Mereka sudah pernah lakukan itu.
Oleh: Herlambang, BN (8204) 19 tahun yang lalu
Om Braw ... mungkin perlu di inget kemarin fwd saya di ID-dslr dimana tulisan McNamara di POP Photo April kemarin . . bahwa 1Ds Mk II sudah mengalahkan film [diatas print ?] n film yang dipakai .. Kodak Gold 100 :P http://www.popphoto.com/article.asp?section_id=4&article_id=1342&page_number=2&preview= > I'd say it's settled. ISO 100 color negative film may capture a bit more > detail than the 1Ds Mark II under ideal lighting conditions, with a great > lens, and on a supersteady tripod. But for its better color and lower > noise, the "Color Image Quality" award goes to Canon's $8,000 digital SLR. > Seeing is believing.or is it vice-versa?
Itu yang pernah saya scan di sini... bukan? Yaaah... membandingkan kok dengan Gold 100. Se-ripis dapat selusin. Eh, jangan salah sih... saya pake kok, tapi karena murmer bukan karena kualitas film. Mas Bobby, maksud saya hasil dari kamera DSLR yang beragam format dan beragam teknik image processingnya dibandingkan lewat hasil print masing-masing kamera ini. Tentu dengan RAW atau JPG dan printernya mesti sama. Habis itu dibandingkan. Jadi jelas gitu lho yang mana yang menghasilkan resolusi terbaik. Kalau mau membandingkan color accuracy, dlsb juga boleh. Kalau dibandingkan begini kan nggak ada yang bisa protes lagi. Foto kan hasil akhirnya print (ada juga yg cuma buat upload sih....:) ). Gitu maksud saya.....
ZEZAT... jadi inget geng pas masih SD dulu ;))Itung2an bodon-ku gini mas FNU, jika kita membandingkan hasil -misalnya- 20D dengan lensa 17mm, maka harus dibandingkan dengan kamera full-frame dengan lensa dengan FOV yang sama, -misal- 28mm, dan bukan hasil foto dengan lensa yang sama di-crop seukuran FOV kamera reduced sensor tadi...Apakah sensor yang lebih besar itu layak dari segi biaya itu bisa masuk chapter yang lain lagi, tapi kalo dari segi hasil rasanya tentu lebih baik.
Lho Mas Baz, kalau gini DOF bakal berubah dong. Fotonya berubah, lalu gimana membandingkannya? Saya lihat ini argumen klasik proponen FF ya. Makanya menurut saya kemarin kan tergantung karakteristik si fotografer. Kalau suka tele biasanya pasti nge-crop. Soalnya batasannya adalah jarak. Kalau APS-C sudah nge-crop untuk si fotografer tanpa mengurangi resolusi spasial (mungkin istilah density lebih enak ya), maka si fotog tinggal nge-crop dikit lagi. Jadi nggak rugi banyak. Ambil contoh si Mas Briano pakai Bigmanya moto Camar di langit. Saya yakin 100% masih perlu nge-crop mas. Sebaliknya yg suka wide angle juga lebih bagus pakai FF karena batasannya adalah ruang. Mas Baz nggak perlu mundar-mundur untuk mendapatkan semua bagian gunung yg mau diambil (takutnya masuk jurang rak repot). Makanya Mas Baz pindah ke Canon aja dan beli Mk2. Saya sumbang sedollar....:D Dengan demikian, kesimpulan McNamara masih valid, IMO.
Maksud saya bukan omongin soal end resultnya .. tapi tulisan McNamara itu emang rada kontroversial :P kalo anda baca di rec.photo.digital .. rame tuh pas tgl 13 April maren. buat Baz , kita jangan pake beda lens .. pake same lens aja. trus di crop hasil yang dari filmnya. Anggap aja kita lagi di dark room trus pake easel komposisiin gambar nah kalo yang ini . .crop jadiin .66x :D FF or 1.5x .. for me sih the same. yang penting sensor qualitynya. 20D + 10-22 lens .. lebih murah kan dari 1Ds Mk II with 16-35 /2.8 L lens ^^. note : saya bukan landscape shooter , jadi mungkin ga sadar aspek2 yang dikeluhkan fotografer landscape gara2 cropping factor ini. =bob=
Oleh: Rendra Kartadinata (19382) 19 tahun yang lalu
Kang Bob, Teorinya, seharusnya quality sensor 20D lebih bagus karena density pixelnya lebih tinggi dari 1Ds Mk2. Pada kenyataannya, kualitas foto tidak melulu dari resolusi yang lebih tinggi. Banyak faktor lain yang memegang peranan seperti dynamic range dari sensor, kualitas image processor. Pengalaman saya sendiri memakai 1Ds Mk2, direct output kamera sangat perfect dan lebih baik dari 20D. Tabel resolusi Mc Namara di artikel ini betul koq. Cuma bukan segalanya dalam menentukan hasil akhir foto. Mengutip apa yang sempat didiskusikan oleh beberapa rekan fotografer dan dibandingkan kenyataan yang ada, hukum area berlaku di sini. (i.e: Medium vs 135, FF vs APS-C Size, atau D-SLR vs prosumer)
Om Rendra, hmmm emang kan yang saya bilang sensor quality matters and mpx count tok tu ga ada artinya. FF or 1.5x .. for me sih the same. yang penting sensor qualitynya. Kalo ada .. dari dulu saya udah ganti ke Kodak DCS760 n ga muter2 pake kamera tua saya :) + imho itu alasan kenapa Kodak digital back yang 16mpx masih lebih mahal dari 1Ds Mk II.
Kalimat pertama benar, kalimat kedua agak berbahaya....:) Kalimat pertama, tepatnya kata "TOK" mesti ditulis tebal. Makanya asumsi dasar dari artikel harus dibaca berkali-kali, sehingga kita bisa appreciate artikel ini. Kalau tidak bisa berabe......