Oleh: K Wijaya (9411) 20 tahun yang lalu
"Nothing is ever the same as they said it was. It's what I've never seen before that I recognise." "It's important to take bad pictures. It's the bad ones that have to do with what you've never done before. They can make you recognize something you hadn't seen in a way that will make you recognize it when you see it again." Diane Arbus
Oleh: Rochim Hadisantosa (104553) 20 tahun yang lalu
Saya setuju poin pada paragraf pertama dan terakhir dr Yoni Tan. Saya pikir ketika Arbus merilis foto2 di atas dia tidak berpikir dalam kerangka mencapai maksud tertentu yg lebih spesifik, fotonya menyajikan fakta suatu eksistensi ke hadapan umum, suatu yang jarang diperhatikan begitu dekat. Secara simpel topeng menjadi suatu lambang, tidak diperumit prosesnya atau didramatisir menampilkan kondisi buruk atau bagus. Belum diketahui apakah Arbus memberi catatan-catatan pada fotonya untuk memperjelas maksudnya, saya pikir ini ide naif untuk saya berharap demikian, itu nggak penting karena sebagai fotografer ia cukup bila bercerita hanya dng fotonya. Ketika foto2 itu sampai ke galeri atau media massa, maka merekalah para audiens, juga entah kurator, redaktur, pengamat yang menafsirkan kerjanya. Dari halaman ini foto2 diketahui dibuat dalam kurun 1970-71, berarti masa di penghujung hidup Arbus.
Oleh: Alva F.P. Sondakh (9358) 20 tahun yang lalu
well... like i said...dalam foto jurnalistik ada 2 macam Realisme yang bisa dialami.... dan mungkin disinilah letak perbedaan pengalaman kita, anda mengalaminya sebagai Realisme Relatif, sedangkan saya mengalami Realisme Absolut.... bagaimanapun cara saya menjelaskannya, atau anda menjelaskannya, saya kira kita tidak akan pernah ketemu....dan i guess, kita sudah kembali pada tataran KONSEP (rasa), yang, well....susah.... i have made my points....thank you all....
"karena ini foto jurnalistik (and just in case u are questioning my methods of reading photography) i'm reading these series using Semiotika Negativa (Roland Barthes) " jurnalistik=dokumentasi??
Oleh: Widarto Adi, darto (13411) 20 tahun yang lalu
guys2x... gue pikir diane arbus BERHASIL BANGET.. WHY ? dalam kaidah AIDA -awareness-interest-desire-action-, kalian2 yg pada ribut udah mengalami tahapan itu, bahwa kalian bilang bagus jelek or whatever, terserah. yg pasti diane arbus dgn foto2 itu sudah menggelitik kalian untuk berdebat panjang, so saya kasi applause buat diane arbus, bahwa karya dia memang "something worth to look, and think", sampe kalian semua pada ngebahas ngalor-ngidul-wetan-ngulon :D...IMHO
Entah itu relatif atau absolut, saya merasa keduanya gak bersebrang, atau mengapa nampaknya keduanya dipandang bersebranganan hingga dianggap tidak mempunyai titik temu? saya rasa saya mendapati realisme absolutnya juga. dan hehe bener juga mas Widarto.. tp diskusi atau debat seperti ini justru yang mengasah pikiran lho, karena biasanya kita kan pada gak suka berdebat, wis apik-apikan wae, sepakat saja, akur-akur saja, kali krn terlalu takut untuk menyinggung perasaan, atau bahkan takut omong salah, atau mungkin takut karena bila nanti merasa keliru memahami karena kurang teliti akan nggak sanggup mengekspresikan bhw orang lain lebih tepat memahami realita dan idea subyek yg dibicarakan.
"Belum diketahui apakah Arbus memberi catatan-catatan pada fotonya untuk memperjelas maksudnya, saya pikir ini ide naif untuk saya berharap demikian, itu nggak penting karena sebagai fotografer ia cukup bila bercerita hanya dng fotonya" sebenarnya ada .... tapi masalahnya untuk memahami perlu salin seluruh isi buku.... "these photos, saya pikir, sudah dikonsumsi begitu saja, tanpa ada rasa "percaya" (istilah Barthesian)....kita terlebih dulu dipengaruhi oleh subjektifitas fotografer yang mengambil foto - foto ini...ketika fotografer mengatakan orang - orang ini tidak diterima oleh society, maka kita begitu saja menganggapnya demikian....kita sebagai pengamat tidak ada keberanian untuk bertanya lebih dalam.... " "rasa percaya " kalau rasa percaya ini saya ambil dari definisi orang lain bukan berarti kita ngak percaya juga?? "perhatian kita hanya tertuju pada wajah - wajah yang tidak normal ini, tapi kita kurang memperhatikan the "surrounding"....do they live badly?? do they live in hunger?? do they live in poverty?? do they live in rejection?? i don't think so " wah , pertanyaan ini terdapat di fotonya di buku yng sama , (tidak discan) "saya sudah mengerti apa yang dimaksudkan oleh Diane Arbus, tapi saya kira dia kurang bisa menerjemahkannya dalam bahasa fotografi....(sekali lagi ini pengamatan saya terhadap foto - foto ini, saya belum pernah melihat karya - karya lain darinya)....mungkin, ini pendapat saya, kalau dia bisa menampilkan surrounding yang lebih mendukung subjektifitasnya, saya kira foto orang - orang ini akan lebih kena pada maksud awal.... maksudnya, kalau saja orang - orang ini difoto beserta surrounding yang "kumuh", etc.....or the least, no background at all...just plain black.... " ini cara pandang anda kalau "apa yng anda lakukan bila motret kayak gini " atau ??
wah....yang upload foto - foto ini akhirnya angkat bicara juga ya...finally... which makes me want to add some more comments...bisa aja kan... jurnalistik = dokumentasi...mungkin secara tepatnya nda demikian, but i see some similarity....foto jurnalistik (berita) dibuat tanpa adanya dualitas pesan, dan kayaknya itu juga sama halnya dengan foto dokumentasi....tidak ada hidden codes di dalamnya... realisme dan absolut...yes, memang berseberangan, tapi bukan berarti bertentangan...seperti pada pinggiran Aliran Sungai, anda di sebelah kiri, saya di sebelah kanan...dan hal seperti itu memang tidak akan bertemu kan??? walaupun berangkat dari satu titik yang sama (mata airnya, hehehe).... mas rochim : anda pernah baca mengenai Realisme Absolut dan Relatif atau tidak sih??? (i'm smiling right now, ok....not mocking, but in friendly way....hehehe) kalau anda pernah membacanya, anda pasti tidak akan "entah itu relatif atau absolut"....harus dipahami bahwa relatif atau absolut ini bukan dalam konteks harafiahnya, tapi ada pemahaman filosofis di balik arti Relatif atau Absolut ini....dan kata - kata ini jangan dipahami berdiri sendiri, tapi ini menyangkut sebuah Realisme...Realisme Absolut dan Realisme Relatif.... rasa "percaya"..dalam tulisan Barthes "percaya" ini disamakan dengan pengalaman akan "belief" atau punctum (termasuk, katanya, belief akan hidup dan subjektifitas kita)....jadi bukan "percaya" dalam "rasa percaya ini saya ambil dari definisi orang lain bukan berarti kita ngak percaya juga??"....ada pemahaman filosofis dalam "percaya" menurut Barthes ini.... saya pasti akan motret kayak foto - foto di atas, jika masalah atau Myth/Mitos (Istilah Barthesian) yang saya angkat adalah mis. "Form of happiness that we've never seen before"...kalau masalahnya mis. "Rejected people of our time", yes, saya akan cari surrounding yang pas, seperti "kumuh", etc...or at least no background at all..... another PS : I thank ST. Sunardi (ketua prog. Magister Ilmu religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta) atas buku "Semiotika Negativa" yang berisi tentang pandangan - pandangan Roland Barthes mengenai foto media dan iklan......THANK U, SIR...even though i don't know u in person.... Anda - anda harus baca ini, supaya bisa menambah wawasan anda in reading photography....(This is not an advertorial...hehehehe)
o ya...mas Widarto, saya kira we are NOT talking about bagus jelek or whatever....kita hanya ingin look deeper into this photographs...to get the meaning....Pengalaman Belief atau Punctum dari foto - foto ini iya kan, Mas Rochim ???
Yang lebih tepat didiskusikan pd topik ini saya kira adalah idea2 Arbus sendiri, saya sudah mencoba menulis agak panjang di atas itu. Tapi kemudian yang terjadi saya lihat adalah diskusi diisi gugatan kesesuaian/ketidaksesuaian antara foto2 dan idea si fotografer berdasar anggapan sendiri, sementara idea Arbusnya sendiri nggak digali terlebih dulu :)
oh, i see...is this her ideas "ruang perhatian utama seorang Arbus dalam foto-fotonya, manusia dan penerimaan masyarakat terhadapnya."???? kalau begitu kayaknya diskusi kita akan melebar ke masalah sosial, and even politics....hmmmm, i don't think this the right forum.... we're talking photography, dude....something that has a form, not just ideas....if u wanna talk about social ideas, kenapa harus upload foto - foto ini....kenapa tidak hanya kutipan - kutipan idenya saja... kalau memang mo diskusi soal ide - idenya tentang masyarakat dan penolakan terhadap elemen - elemennya sendiri...ok, boleh.... what kind of society?? what kind of elements?? What kind of bad elements?? Elemen - elemen yang tidak sama dengan "dirinya/the society"??? Kenapa disebut bad elements??? Just because they're different?? and the government / the system??? bukankah mereka yang menciptakan ruang - ruang terpisah buat mereka yang berbeda?? bukankah the system yang menciptakan ruang - ruang terpisah tersebut?? maksud saya, coba kalau anda punya adik yang berbeda (like those people in the pictures), apakah anda akan mengirim dia ke "proyek" tersebut???saya rasa tidak.... atau mungkin kita ingin mereka sama dengan kita, sehingga kita membuat sekolah buat mereka atau berusaha membuat lapangan kerja buat mereka (i'm talking the "retarded" people)....why don't we let them be?? saya rasa, apa yang mereka perlukan hanyalah kasih sayang....bukan harus sekolah, atau harus kerja...iya kan??? kenapa kita harus memaksa mereka sama dengan kita.... kalau anda mengatakan....ah itu kan juga hak mereka??? yeah, according to who?? hak - hak mereka menurut kita kan??? proyek yang digambarkan di atas, saya kira merupakan suatu kondisi yang diciptakan oleh pandangan - pandangan "communist", yang menganggap hanya orang - orang yang berguna bagi negara (who can work, or healthy) yang bisa disebut masyarakat... sehingga orang - orang "retarded"(useless) dikumpulkan, diberi shelter dalam sebuah perkampungan....diberi pelajaran, supaya mungkin nantinya bisa berguna buat masyarakat... ide - ide ini kan yang coba diangkat Diane Arbus ??? am i right, atau salah lagi nih??? haha, u see...we're talking politics now.... PS : dalam tulisan saya mengenai foto - foto di atas (sebelum yang terakhir ini), saya memang hanya menggunakan "anggapan - anggapan" sendiri (bukan anggapan kosong, ok)....based on the photos yang di upload....bukankah itu hak pengamat...hak saya..iya kan???
hehehe, alva, kan aku udah bilang "bagus jelek, or whatever" mas rochim : sip! mengasah pikiran banget sih :D sekarang saya applause buat kalian berdua, membuka satu wawasan baru, dalam pengetahuan komunikasi visual saya. really2 a topic that worth to read gentleman! keep it going. but would u 2 create somekind of summary, atau nanti bisa ditulis dalam article buat FN, supaya kita enak bacanya :)
Alva wrote: "kayaknya diskusi kita akan melebar ke masalah sosial, and even politics....hmmmm, i don't think this the right forum.... we're talking photography, dude....something that has a form, not just ideas....if u wanna talk about social ideas, kenapa harus upload foto - foto ini....kenapa tidak hanya kutipan - kutipan idenya saja..." Alva, jangan salah kaprah, soal sosial yang dibicarakan adalah apa yang dikandung foto2 di atas, bukan tanpa konteks. Mengapa khawatir ini akan melebar ke politik segala hehe.. Bagaimana pula membicarakan foto Arbus tanpa mau meninjau aspek muatan foto itu sendiri, yaitu kaitannya dng aspek sosial saat itu? Bukankah idea Arbus saat itu karena pengamatannya thd ruang sosial? Bagaimana mengerti seorang Arbus tanpa mencoba mengerti sisi sosialnya, dan hanya melihat fotonya? Inikah kenapa anda nggak mencoba mencari info ttg idea Arbus? Diatas Alva wrote: "memang saya belum melakukan research terhadap Diane Arbus. Kalau bukan idea itu yg dibicarakan, maka foto itu menjadi mati, dan kita hanya bicara soal teknis, komposisi, lighting, dan blablabla. Dan kalau sudah begitu, apa artinya lagi fotografi. Atau anda melihatnya terbalik ya, fotografi dibatasi hanya soal teknis seni 2 dimensi? tanpa suatu ruang perhatian, makna, dan pesan? Sementara saya melihat fotografi nggak cuma fotografi saja, art bukan hanya untuk art saja. Foto bukan suatu hal yang mati yang hanya bicara untuk dirinya sendiri. Padahal di atas sudah saya singgung tentang fotografi dalam bidang jurnalistik lho. Moga paham maksudnya. Kalau bukan itu yang dibicarakan, lalu apa maknanya foto itu sendiri? (retorik) Bagaimana pula membicarakan foto2 itu tanpa mau tahu idea sang Arbus, yang anda belum menggalinya.. padahal di internet saja banyak lho tulisan ttg Arbus, itu pun kalau anda mau mencarinya, dalam arti anda memang mau mendiskusikannya.
oh...so now we're talking Diane Arbus in general...hmmm, ok...but u must give time to do some research.... and i think we should ask mr. Wij...is it ok to discuss Diane Arbus in general, outside the pictures you were uploading?? well, mr Wij??? Or maybe, you would be kind enough to share some more of Diane Arbus Series or more quotes from her??? i always think we're discussing these photographs only....Untitled, by Diane Arbus... atau mungkin kita bikin thread baru aja...yang khusus bicara Diane Arbus in general...like "Diane Arbus, Ideas and Photographs" maybe??? well....would you like to give a start, Mas Rochim??
Oleh: Grace Utomo (10175) 20 tahun yang lalu
hmmmm...terima kasih telah berbagi...
Oleh: Muhammad Revaldi (172) 19 tahun yang lalu
kiranya kita melihat karya diane arbus masih pada tataran estetika, teknis dan hal-hal yang sangat jauh konteksnya dari pemikiran diane arbus, mungkin sebaiknnya teman2 baca dulu buku karya susan sontag tentang diane arbus, jika ingin memahami karya DA, pahami dari sudut yang sangat berbeda, perlu diketahui DA adalah penderita schizopherenia, DA mati dengan menembakan kepalanya sendiri, susan sontag menceritakan bagaimana DA mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan orang gila kemudian mengambil foto orang tersebut, foto2 DA sebenarnya lebih mudah dibaca dengan kacamata psychoanalistik ketimbang bahasan fotografis...dan saya rasa barthes juga nggak paham tuh liat foto DA, kalo dia paham berarti dia agak sedikit...hehehe