Oleh: Rieska Wulandari (10745) 20 tahun yang lalu
Teman2.. sebuah berita duka kembali menguak. Teman kita Budiyanto, FN022 yang berprofesi sebagai pewarta foto untuk Tempo mengalami musibah, dia dianiaya .. oleh aparat. Setelah Kang Dudi dari PR yang dipukuli saat memotret demo mahasiswa di Bandung, Rivansyah Dunda wartawan Tempo yang dipukuli mahasiswa STPDN di Jatinangor, kini giliran Budiyanto.. Duh.. mohon doa dan solidaritas dari kawan2 semua.. Salam NB : Berikut Keterangan diambil dari berita yang dibuat oleh Teman FN Bandung, Bobby Gunawan. Fotografer Tempo Dipukuli Tentara Pertandingan antara Persib Bandung lawan Deltras, diwarnai pemukulan terhadap wartawan. Fotografer TEMPO, Budi Yanto, dihajar tentara beberapa menit sebelum pertandingan dimulai, pukul 15.15, hari minggu (25/01). Peristiwa pemukulan terjadi di luar stadion. Tepatnya di pintu selatan stadion Siliwangi Bandung. Menurut Budi, dia tidak berada didalam lapangan. "Saya hendak mengambil gambar bobotoh yang menonton Persib via layar raksasa (big screen)," katanya. Tak lama berselang, terjadi kerusuhan sekitar 20 meter dari arah Budi. Fotografer yang berusia 30 tahun ini, spontan mendekat ke titik rusuh. Lalu ada satu orang aparat PHH berpakian loreng melewati Budi. Oleh Budi, aparat tadi di potret dengan kamera Nikon coolpix 3500. Melihat Budi, aparat berpangkat 3 strip merah di sebelah tangan kanan, langsung naik pitam. Budi segera mengamankan kamera, di tangan kiri. Sejurus kemudian, pentungan karet mendarat di tangan kiri. Walhasil kamera ruksak ringan. Aparat terus mengincar kamera. Tapi Budi menghindar. Lalu pukulan dilancarkan lagi ke tubuh Budi. Kali ini yang jadi sasaran adalah dada sebelah kanan. Lalu ketika Budi berusaha lari, aparat malah mengejar dan memukul kepala belakang bagian kiri. Akhirnya kepala bejol, dada kanan nyeri, juga jempol kiri terasa nyeri. Lalu Dengan rasa sakit, Budi melanjutkan liputan di luar stadion. Hingga pukul, 17.00 wib, Budi pulang ke kantor TEMPO Jl.Aceh No.56, Bandung. ====
Oleh: Ucok P. Harahap (40158) 20 tahun yang lalu
Turut berduka cita. Semoga Mas Budi diberikan ketabahan dan kekuatan.
Besok wartawan di Bandung mau mengadakan aksi solidaritas.. mohon doa..dan dukungan semangatnya. Terima Kasih Salam
Oleh: Adi Ganda Wijaya (5025) 20 tahun yang lalu
Budi, seseorang sosok yang cukup gagah dan bertanggung jawab terhadap tempat di mana dia bekerja. dia rela di pukuli demi mengamankan camera nya. setelah di pukuli masih saja motret lagi. aduh aparattt lagi, mau nya apa sih mereka. mau camera aja kok nggak beli malah mau nyolong aparat punya!!! lalu apa beda nya aparat yang mukuli tubuh budi dengan jambret? makalah kita berdoa, berdoa untuk membangun mental semua warna negara indonesia. majukan negara indonesia!!!
Oleh: Andi Lubis (14072) 20 tahun yang lalu
lapor ke provost polisi dulu....
Oleh: Eka Alam Sari (9096) 20 tahun yang lalu
Mbak Rieska juga hati2 ya. Saya turut mendoakan buat mas Budi dan semua yg besok mau aksi solidaritas.
Oleh: Cessy Karina (42569) 20 tahun yang lalu
sedih sekali mendengar berita ini, semoga Budiyanto tidak mengalami luka-luka yang serius, hebat masih terus melanjutkan liputannya... hal ini masih terjadi ya ? - padahal Budiyanto wartawan bener ... bagaimana kalau rekan FN yang memang hoby juga ngambil foto jurnalistik seperti wiwin ya ? yang dibahas disini ...
Oleh: iing Gunawan, sidoel (27236) 20 tahun yang lalu
:(( kok gitu ye
Oleh: susilo w. (50869) 20 tahun yang lalu
Turut berdoa......
Oleh: A. Raditya Pratistha D,Ndoro Tuan (44548) 20 tahun yang lalu
8-x8-x8-x8-x....semoga aparat yang memukul kawan Budi segera mampus ketabrak KA
Oleh: david hermandy (3403) 20 tahun yang lalu
Repot memang berurusan dengan mereka yang lebih mengandalkan otot daripada otak .
Oleh: Nina Marzoeki (27061) 20 tahun yang lalu
:( kok?!
Oleh: Rochim Hadisantosa (104553) 20 tahun yang lalu
:( lagi-lagi.. Alex, kamu nulis jangan pake emosi.. emosinya dilampiaskan ke kerjaan saja dulu.. Moga pola pendidikan bagi aparat kita baik intelegensia dan ketrampilan lebih benar dan baik lagi, agar pola pikir dan tindakannya di lapangan nggak memalukan. Rekan wartawan yg jadi korban moga cepat sembuh.. motret lagi yuk..
Oleh: Akhmad Sutrisno (80477) 20 tahun yang lalu
Prihatin........semoga tidak melunturkan semangat para juru warta foto untuk tetap berkarya...........:((:((:((
Oleh: Bernardus Arianto, arrie (25255) 20 tahun yang lalu
ikut berduka cita, jangan cepat menyerah deh...
Oleh: Wiratno (11293) 20 tahun yang lalu
Aparatnya beraninya sama wartawan,.... coba kalo brani lawan Alex.. :))
Oleh: Indra D. Prasetya, Depe (1101) 20 tahun yang lalu
Aku sangat prihatin dengan pemukulan tersebut ... Sekaligus juga prihatin dengan ungkapan emosional sdr. Alex. Aku coba membayangkan peristiwa itu dari kacamata lain, ini bukan mencari pembenaran, cuma coba dari sudut lain: Si strip merah tiga dengan gaji pas-pasan dan ceperan sebagai centeng rumah Ding Dong mendapat tugas pengamanan. Bobotoh yang mulai beringas meningkatkan emosi si strip merah tiga (yang cuma lulusan SMU pinggir kali kumuh dengan nilai merah 3 biji di ijazah) dan memendekkan nalarnya yang memang sudah cepak. Tiba-tiba ada wartawan (si strip merah tiga nggak ngerti istilah Pewarta Foto) jepret dia dalam posisi dan kondisi yang sangat tidak enak dilihat. Dia jadi teringat rekannya yang fotonya pernah masuk koran karena mentung buruh demo, dia di sel, dimarahi, ditempeleng oleh komendan tanpa ada yang membela. Memalukan korps kata si Komendan, yang juga masih merah strip-nya, cuma bengkok-bengkok. Dan hilang kesempatan jaga rumah Ding Dong sampai tiga malem, terpaksa hutang di koperasi nambah untuk beli buku anaknya yang baru kelas 1 SD. Dia teringat itu, dan dia teringat istrinya yang hamil tua anak pertama. Saya tidak boleh masuk sel. Saya tidak boleh masuk koran. Saya tidak boleh difoto! Hanya itu yang terlintas diotaknya yang memang pas-pasan. Mereka semua korban. Si strip merah tiga dan juga rekan kita Budiyanto. Mereka semua korban dari para Pejabat dan Jenderal yang pintar membela diri sebagai "Pembunuhan Karakter" waktu konangan korupsi atau melanggar HAM. Mungkin mereka korban dari kita semua, yang cuma bisa manggut-manggut kalau sedang ngupi bareng caleg atau Jenderal meski kita tahu "busuk"nya minta ampun. Sekali lagi saya prihatin dan berdo'a bagi kesembuhan rekan Budyanto, dan juga berdo'a agar si strip merah tidak sampai ketabrak KA. Amin.
Oleh: Alexander H. Marshall (2260) 20 tahun yang lalu
Saya idem dengan mas Indra Depe. Peace!
Oleh: Retnawan DJ (1646) 20 tahun yang lalu
Pokoknya motret trussss and jangan kapok yeee..."Bejo"
Oleh: Kupluk Merah (10549) 20 tahun yang lalu
jangan3 aparatnya hanya mau lihat digital kameranya, karena dia mau beli satu... tapi salah pahammm :D
Oleh: regie fauzan ismail (5898) 20 tahun yang lalu
potret mentalitas bangsa kita yg emang udah ancur...masa iya sih sama2 melakukan tugas masih juga ada saling hantam...mungkin saya sarankan bagi pewarta kalo ada aparat SIKAT DULUAN AJA PAKE KAMERA ATAU TRIPOD...at least dah duluan ngehantem...drpd dihantem duluan kan sakit hatinya gak kan pernah ilang...percaya deh! :)
Oleh: Muhammad Ridzal (831) 20 tahun yang lalu
Buat Mas Budi turut prihatin ya ... keep on hunting ... keep on uploading ... semua tugas dan pekerjaan punya resiko masing2 ... Kaget juga gini hari masih ada aja TNI yg seharusnya melayani dan melindungi (ups ..itu polisi ya) ... eh malah sebaliknya ... miris emang ... ngelihat "warga yg dibawah" pada ribut melulu tapi "warga yg diatas" malah lagi sibuk berebutan jatah caleg utk kesempatan korup lagi ... Semoga Mas Budi diberi ketabahan dan kekuatan oleh ALLAH SWT amiiinn... Salam kompak
Oleh: Yosi Matsu (9304) 20 tahun yang lalu
ah berita lama yang takkan habis karena ulah bar bar manusia...lain kali pikirin aja strategi gimana menghindari bentrokan...kalopun harus menghadapi bentrokan itu resiko...setiap langkah hidup ada resikonya...rekan kita dipukulin yah itulah mungkin salah satu resiko pewarta...jangan dibesar besarkan...semoga cepet sembuh buat yg dipukulin...en jadi makin kuat mental...
Oleh: Damai Pascarino, denmas Dano (6257) 20 tahun yang lalu
dasar aparat.......
Oleh: M.N. Kartadinata, Nugi (2259) 20 tahun yang lalu
Ya itulah kalau pangkat rendahan, diindoktrinasi untuk melakukan kekerasan, berani cuma sama wartawan atau rakyat sipil biasa, coba dikirim ke Aceh pasti nangis dulu. Buat teman-teman wartawan maju terus jangan sampai kasusnya berhenti hanya dengan menerima permintaan maaf. Kalau dimaafkan terus tanpa dibawa ke pengadilan kejadian ini akan terus terulang lagi.
Oleh: Agus Herdian (2945) 20 tahun yang lalu
turut prihatin.