nt 


Hak cipta karya foto ada pada fotografer dan dilindungi oleh undang-undang.

Info

 Salim Dawila (33624)

paused

Kategori
Perkotaan
Shooting Data
  • Aperture: n/a
  • Speed: n/a
  • ISO: 0
  • Kamera: Canon canon EOS 350D *
  • Lensa: Canon EF-S 10-22mm/3.5-4.5 USM *
  • Filter: UV
  • * Masih menggunakan daftar alat lama yang mungkin tidak akurat.
Kritik dan Komentar

Fotografer sedang dalam suspend/verifikasi identitas/verifikasi e-mail. Foto tidak bisa dikomentari

 Emil Fahrinandi Sjahreza (30166)

16 tahun yang lalu

ganteng om...

 Fransisca Ria Susanti (23145)

16 tahun yang lalu

semua serba cepat, tp ada yg tinggal dan selalu berulang, meski dalam kualitas tak sama persis: circle of life....

 M.Haekal.Nahdi (22588)

16 tahun yang lalu

tetep suka bgt ma komponya ...salam m hK

 Wibowo Wibisono, Wibi (18031)

16 tahun yang lalu

glek! energi menulis gw udah keserap ama komen di atas ini.... nice shot lim!

 Igor F Firdauzi (185236)

16 tahun yang lalu

Ada yang sakral di dalam penderitaan—bukan dalam arti bahwa penderitaan itu berasal dari yang ilahi ataupun kutukan dari dunia transendental, melainkan bahwa dalam penderitaan manusia bersentuhan dengan misteri kehidupan yang tak tersentuh akal dan membuatnya bungkam. Misteri tidaklah dilihat dengan sorot mata, melainkan dilibati dengan hati. Itulah sebabnya "melihat" penderitaan orang lain akan tampak sebagai keangkuhan, bila tidak disertai keterlibatan. Bukanlah "aku berpikir" atau "aku melihat" yang dibutuhkan untuk terlibat dalam penderitaan orang lain, melainkan "di sinilah aku". Di dalam penderitaan, ada yang mudah terluka oleh sorot mata orang lain. Melihat memiliki momen kekerasannya sendiri, tatkala sorot mata itu berjarak, mengabaikan ketunggalan dan menghunjam dengan sudut pandang egosentrisnya sendiri. Itulah tatapan yang melakukan inspeksi, melihat sekilas, menelanjangi sesuatu sebagai obyek hasrat, menghakimi, dan seterusnya. Cara melihat yang dapat kita sebut the violence of vision ini berbeda dari "mata yang mendengarkan" sebagaimana dikemukakan oleh Emmanuel Levinas dalam hubungannya dengan melihat wajah l’autre (orang lain).5 Dalam perjumpaan dengan wajah orang yang menderita, mata harus berhenti mengawasi atau menikmati, dan harus mulai "mendengarkan" ketunggalan dalam peristiwa negatif itu, sebab wajah l’autre adalah suatu trauma yang tidak dapat dihadirkan oleh yang melihat (Textures of Light, 89). Wajah itu, juga dalam segala pasivitasnya, "berbicara" dan hanya memaknai dirinya sendiri. Mata yang mengawasi dan menikmati tidak mampu mendengarkannya; hanya "mata yang mendengarkan", yakni penglihatan yang merawat, membiarkan wajah itu berbicara.

 Maria Alexandra (79115)

16 tahun yang lalu

berkelebat.. cakep nih lim!

 Hulaesuddin (58550)

16 tahun yang lalu

hmm..soundtracknya adalah life in technicolor - coldplay..Selamet ah...

Liliana Yogarini (1760)

16 tahun yang lalu

baguus... nice shoot salam

 Sanityasa (102733)

16 tahun yang lalu

kangen karo sampeyan ...haha....kompo yang bagus

 Mourits Tulenan (11244)

16 tahun yang lalu

nice shot....salam