• Home
• Galeri
• Mengenangkan Sebuah Kenangan

Info

Foto ini adalah foto BW Nudes untuk merealisasi sebuah ilustrasi puisi dengan judul yang sama seperti judul fotonya. rn

rn

rnFoto kemudian diproses dengan Kodak T-Max Developer dan di print diatas kertas Ilford Multigrade Fibre-Base dgn tingkat kekontrasan grade 4. Kemudian cetakan di scan di flatbed scanner dgn alasan tone akan lebih kaya di scan dgn flatbed dibandingkan dgn di scan dgn slide-scanner.rn

rn

rnFoto kemudian di retouch dgn PS dari spot2 dan flek dari negatif. Bibir sedikit diwarnai dengan warna merah dengan cara memberi layer warna merah dengan blending mode color. Kemudian diberi efek soft dengan gaussian-blur di PS dgn layer terpisah. Opacity layer kemudian diturunkan. Pemberian efek soft ini cuma hanya untuk menghaluskan kulit. Warna white creamy disekeliling border adalah warna asli kertas Ilford Multigrade FB. Warna segitiga dua di kiri adalah tanda aktualisasi spt halnya tanda tangan. rn

rn

rn-Mengenangkan Sebuah Kenangan-rn

rn

rnIa menyeru cinta dengan degupan di dada. Meneriakkan kenangan rndengan hati hampa. Mata yang menatap nanar dan membisu. Terdiam rnseribu tangisan tanpa air mata. Air matanya mengalir lima puluh kilometer kemudian. Menangis dalam heningnya daun-daun pohon pinus rnyang membisu. Memeluk rumput dan menyapa embun disana. Menyatukan rntetes air mata dan butiran embun adalah mengenangkan sebuah rnkenangan. Mengingat kembali cinta yang tenggelam dalam riaknya rnmasa. Mengkhianati, membuang, membakar, menetes dan berputar-putar rndalam waktu. Dalam beningnya cermin air embun itu. Air mata ini terasa asin rndi mulutnya yang menganga. Menyeru kenangan dengan degupan di rndada. Asinnya tetes air mata bersatu dengan dinginnya butiran embun di tengah kabut ini. Melihat ia menguap menuju langit di angkasa sana. Arjuna rnitu harus menunduk dan kalah. Bersemayam menuju angkasa rntempat ia diasingkan dari cinta. Dan kenangan itu tak mau pergi rnjuga. Bersikeras tinggal dalam dadanya yang hampa. Kosong. Tik tik tik, rnhujan turun di tengah kabut ini. Entah ini air mataku, embun di rumput-rumput yang tertunduk atau kenangan yang datang kembali? Muka sang Arjuna basah oleh air hujan dan air mata. Apakah kenangan ini layak untuk diingat? Rasa rnini diseru dengan seribu nama? Mencintai sebuah cinta atau mengenangkan sebutir tetes air kenangan? Atau ia harus kembali mengenangkan,rn

rn

rntik tik tik, sebuah wajah gadis yang kekal di ingatannya? Bersikeras tinggal rndi dalam matanya yang basah. Diam disana, kekal, abadi, dingin rndan kesepian yang teramat menusuk. Menghujam dadanya yang rnkosong. Kenangan apa lagi yang bisa ia ingat? Sang Arjuna memeluk dadanya sendiri dan mengusap air yang tertinggal di pelupuk matanya. Kabut rnini terlalu tebal untuk ia halau. Bersikeras tinggal disini, menemani kenangan yang terus hadir di hutan ini. Mengenangkan sebuah kenangan, air mata, hujan rnyang turun dan rumput-rumput yang melihat angkasa yang menangis. Tetesan air mata rumput-rumput itu adalah embun kenangan. Mengingat jelas rnsebuah kenangan. Langit meneteskan air mata, pagi hari hari embun menitikkan tetes air di ruas-ruas daun yang dingin. Sementara sang Arjuna menyerukan rnseribu kenangan dengan satu tetes air mata di tengahrn

rn

rnsejuta tetesan hujan dan kesendirian yang tercipta dari sebuah kenangan.rnTik tik tik.rnIa teringat sebuah wajah pagi itu…rn

rn

rnDenpasar, 28 Februari 2004 16.17

• Nilai foto: 94
• Dilihat: 157
• Waktu upload: Selasa, 11 Mei 2004
• Lokasi: Studio, Jawa Barat, Indonesia

Kategori

ModelStock Photo

Shooting Data

• Aperture: f/8.0
• Speed: 1/60
• ISO: 0
• Kamera: Minolta Dynax 9 Ti *
• Lensa: Tamron SP AF Di 90mm 1:2.8 Macro 1:1 *
• * Masih menggunakan daftar alat lama yang mungkin tidak akurat.