Hak cipta karya foto ada pada fotografer dan dilindungi oleh undang-undang.
munady widjaja (4907)
Seorang kakek yang memilki pengalaman membaca puisirnmaaf fotonya kurang dikroping maklum
20 tahun yang lalu
gimana kalo dibikin BW? pleaseee... tolong upload lagi, udah dicropping dan diBW, lalu kilau2 akibat flash dihilangkan. saya yakin akan jadi sebuah potret yg berkarakter. bukankah anda sekarang sudah tahu siapa bpk sutardji? coba dong tampilkan beliau dengan lebih berkualitas. (lebih dari sekedar "Seorang kakek yang memilki pengalaman membaca puisi")
21 tahun yang lalu
kokoh sayang ada BG orang lain
nice potrait...
Kasihan Bapak Sutarji, yang motret nggak mengerti tentang Bapak.
Ketika saya mengklik foto ini, lalu melihat-lihat komentar-komentarnya, saya banyak belajar. Portrait yang asik nih Mas... Presiden Penyair Indonesia (itu kata Kaka Slank waktu beliau membacakan puisi di perayaan ulang tahun Slank)... dan kayaknya saya setuju. Cuma masalah di teknik lighting dan komposisi kurang ketat. Subjeknya kuat banget Mas!
Portrait yang menarik Akan lebih bagus, jika pencahayaan tidak flat dan frontal karena hanya berasal dari flash Karakter wajah sangat gampang dimunculkan dengan memanfaatkan side lighting
T.O.P Bangget
Idem Andreas.
oke, sayang agak terganggu dengan wajah di background...
Ini yg dulu kalo baca puisi minum bir dulu sebotol bukan???
cahayanya kurang merata mas...terus ada orang di BGnya gambar jadi terkesan biasa aja kayak pake kamera poket...
Lampu di atas kepala?
lightingnya masih sangat keras....danposisi objek nanggung..
wajahnya sebenarnya menarik. bisa dieksploitasi lebih banyak. bg wajah cewek dan cahaya kuning di atas kepala mengganggu sekali.
Dicropp abis aja mukanya sisain dikit topi dan beberapa bagian wajah laennya. Keterangan tambahan dari M taufiq OK's bangeet =) salam
inikah sutarji c.b.? wah baru liat jelas raut wajahnya sekarang..
bagus ... ada sejarahnya
Nih, keterangan tambahan... weekkk... Jangan malas nulis keterangan, mas... Dan yg penting mencari dan mengenali obyek foto... SUTARDJI CALZOUM BACHRI Sutardji Calzoum-Bachri : Born in Rengar, Indonesia, 1941. Poetry books : O (1973), Amuk (1979) and O Amuk Kapak (1981). Awards : South-East Asia Write Award (1979) and Republic of Indonesia Art Award (1993). Editor of the literary magazine Horizon. Kredo Puisi Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukan seperti pipa yang menyalurkan air. Kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas. Kalau diumpamakan dengan kursi, kata adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk. Kalau diumpamakan dengan pisau, dia adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam. Dalam kesehari-harian kata cenderung dipergunakan sebagai alat untuk menyampaikan pengertian. Dianggap sebagai pesuruh untuk menyampaikan pengertian. Dan dilupakan kedudukannya yang merdeka sebagai pengertian. Dalam puisi saya, saya bebaskan kata-kata dari tradisi lapuk yang membelenggunya seperti kamus dan penjajahan-penjajahan lain seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata tertentu dengan dianggap kotor(obscene) serta penjajahan gramatika. Bila kata dibebaskan, kreatifitaspun dimungkinkan. Karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri, bermain dengan dirinya sendiri, dan menentukan kemauan dirinya sendiri. Pendadakan yang kreatif bisa timbul, karena kata yang biasanya dianggap berfungsi sebagai penyalur pengertian, tiba-tiba, karena kebebasannya bisa menyungsang terhadap fungsinya. Maka timbullah hal-hal yang tak terduga sebelumnya, yang kreatif. Dalam (penciptaan) puisi saya, kata-kata saya biarkan bebas. dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan, kata-kata meloncat-loncat dan menari diatas kertas, mabuk dan menelanjangi dirinya sendiri, mundar-mandir dan berkali-kali menunjukkan muka dan belakangnya yang mungkin sama atau tak sama, membelah dirinya dengan bebas, menyatukan dirinya sendiri dengan yang lain untuk memperkuat dirinya, membalik atau menyungsangkan sendiri dirinya dengan bebas, saling bertentangan sendiri satu sama lainnya karena mereka bebas berbuat semaunya atau bila perlu membunuh dirinya sebdiri untuk menunjukkan dirinya bisa menolak dan berontak terhadap pengertian yang ingin dibebankan kepadanya. Sebagai penyair saya hanya menjaga--sepanjang tidak mengganggu kebebasannya-- agar kehadirannya yang bebas sebagai pembentuk pengertiannya sendiri, bisa mendapatkan aksentuasi yang maksimal. Menulis puisi bagi saya adalah membebaskan kata-kata, yang berarti mengembalikan kata pada awal mulanya. Pada mulanya adalah Kata. Dan kata pertama adalah mantera. Maka menulis puisi bagi saya adalah mengembalikan kata kepada mantera. Sutardji Calzoum Bachri Bandung, 30 Maret 1973.
foto pribadi yg bagus,setuju dng mas rochim direkt flashnya
Sutardji Calzoum Bachri maksudnya? Keterangan kurang spesifik. Keterangan tambahan di sini http://amuk.noneto.com/tardji.html Foto dng direkt flash membuat wajah berkilat.
Buagus....Banget...
Hmmmm.... Kesannya kok seperti dokumentasi pribadi yah ? Mungkin kurang keterangannya juga ? Ataupun kalau waktu Kakek ini beraksi baru lebih bercerita ?
Guratan wajah yang penuh ekspresi..