Hak cipta karya foto ada pada fotografer dan dilindungi oleh undang-undang.
Ibrahim Soukani (2103)
Sesaat sesudah bunyi ledakan, aku cepat2 ambil kamera yang ada ternyata kamera digital poket sedrhana. Jadilah gambar yg apa adanya.
21 tahun yang lalu
Moment OK, sayang goyang
tragedy...
Saat yang tepat...!!!
A great moment shot! Asapnya masih mengepul. Barangkali sempat capture bbrp momen lain? (Sambil merenungi kata Mas Chandra)
.............pictures means a thousand words guys............
biar foto yang bicara..
Sayang terlalu terburu buru. Kesan chaos nya udah bagus. Semoga Tuhan mengampuni mereka yang tidak menyadari apa yg telah mereka lakukan.
Keamanan, kenyamanan dalam hidup semakin " MAHAL " harganya.
turut berduka cita sedalam2nya,nice shot
Turut Berduka Cita. Terkutuk bagi pelaku dan pemikirnya.
Salut atas reaksi Anda yang cepat dan tanggap. Ekspresi orang di FG juga menarik, menunjukkan kebingungan dan kecemasan. Walau kurang tajam ya.
foto jurnalistik yang akurat... cepat dan lugas..
Moment...
Ketepatan ngambil mometum emang diperlukan, terburu-buru mesti dihindari.
2 TU saya berikan buat kesigapan anda mengabadikan moment nya ....sayang pengambilan terlalu tergesa-gesa
di jurnalistik ketepatan mengabadikan momen adalah yang utama..kesan dramatis dan terburu-buru tampak di sini..Tuhan kapan damai negeri ini..
Mungkin kalo diperlihatkan gedungnya secara keseluruhan akan lebih dramatis...... imho
Karena terlalu gerakan cepat, sehingga gambar tidak fokus.
I like the tremor and expression on the man - sayang, sedikit "white" gambarnya.
"Seberaqpa jauhkah kematian dari kita ?", tanya seorang anak muda ditengah reruntuhan. Sebuah bom baru saja meledak. Yang ditanya terkesiap: seorang tua, yang renta, yang tak tau apa-apa tentang kematian. Sampai bom itu. "Seberapa ?", tanya anak muda tadi lagi. Sebentar kemudian orang tua yang renta itu mendekat padanya, membuka tangannya, dan ia memeluk anak muda itu, erat. Sampai lama. Sampai ia kemudian berbisik pada anak muda itu "takkan pernah lebih jauh dari ini ...", lirih suaranya namun tajam. Hari jatuh malam. Tapi seorang anak muda kini mengerti, betapa telah bersalahnya ia selama ini. Pada hari-harinya. Pada hidupnya. Pada siang tadi dan yang kemarin. Pada setiap kepedihan di sepanjang hidupnya, dulu, kemarin, besok. Betapa setiap saat dalam hidupnya, ternyata hanyalah anugerah, semata-mata, tak boleh lebih dan biarkan begitu. Dan sejak itu, ia selalu ingin membagi pelukannya pada setiap orang yang ia kenal sambil berbisik, "takkan pernah lebih jauh dari ini ...". Hanya sebuah pelukan, seperti yang ia dapat dulu, dari seorang tua. Yang memeluknya dengan erat, dalam. Seperti kematian itu sendiri. Terlalu dekat ! Turut berduka. Makin dalam.
right man right place