Oleh: Kristupa W Saragih (176444) 8 tahun yang lalu
Fujifilm X-Pro2 pada sesi Touch & Try di kantor pusat FujiFilm Corp, Tokyo, Jepang sesuai peluncuran resmi 5 produk baru X-Series di Fujikina 2016 (15/01). Foto: Kristupa Saragih
Sederet kamera X-Series dirilis FujiFilm menyusul X-Pro1 pada Maret 2012. BerbagI rumor beredar sejak FujiFilm menyita perhatian publik setelah kehadiran X-T1 yang disusul oleh X-T10, sebagai dua kamera handal lini baru selain lini X-Pro.
Sebagai penerus X-Pro1, keping sensor CMOS III X-Pro2 beresolusi 24.3 MP didukung prosesor baru X Processor Pro, yang 4 kali lebih cepat dari pendahulunya. Fitur yang cocok untuk profesional dan belum dijumpai di mirrorless lain, ada slot ganda untuk kartu memori.
“Kehadiran berbagai fitur baru di X-Pro2 dan kamera-kamera terbaru FujiFilm adalah jawaban kami atas permintaan para X-Photographer dari seluruh dunia,” ungkap Senior Sales & Marketing Manager FujiFilm Mr Toshihisa Iida, yang didampingi X-Photographer David Alan Harvey, fotografer kondang yang bekerja untuk agensi foto Magnum dan National Geographic.
Selain itu, bodi kamera yang anti-debu dan anti-cipratan air, sebagai fitur2 penciri kamera profesional, sekarang punya kecepatan rana mekanis tertinggi 1/8000 detik dan sinkron flash di kecepatan 1/250 detik.
Selain memenuhi kebutuhan untuk memotret aksi-aksi subyek bergerak, kecepatan rana tinggi amat disukai fotografer pemakai lensa berbukaan rana lebar. Kecepatan sinkron flash tinggi dibutuhkan para praktisi fotografi strobis di luar ruangan.
Perangkat lunak X-Pro2 berfitur modus Grain Effect untuk kesan foto tua. Fitur ini sengaja dihadirkan FujiFilm untuk memenuhi kebutuhan visualisasi artistik. Bukan seperti lawan untuk fitur Noise Reduction, justru FujiFilm mengerti bahwa ada kebutuhan khusus sebagai jawaban permintaan para fotografer pengguna X-Series.
Modus Film Simulation pun bertambah satu lagi dengan kehadiran modus Acros, film hitam putih modern di era fotografi analog. Acros melengkapi Film Simulation lain yang sudah ada terlebih dahulu, seperti Velvia dan Astia.
Bukti bahwa FujiFilm memperhatikan permintaan fotografer juga terlihat di penyediaan gelang Exposure Compensation hingga +/- 5 stop. Kamera selain FujiFilm kebanyakan hingga +/- 2 stop, bahkan sedikit yang menyediakan hingga +/- 3 stop. Peletakan gelang Exposure Compensation di eksterior bodi kamera mempermudah koreksi exposure tanpa memindahkan pandangan mata dari viewfinder. Selain itu, ketika membidik melalui layar LCD, fotografer tak perlu mengganti modus di layar. Memotret pun jadi lekas tanpa kehilangan momen, karena kesibukan utak-atik exposure.
Penyuka time-lapse dimanjakan FujiFilm dengan penyediaan modus Interval Timer Shooting hingga 24 jam dan 999 frame. Non-flipped LCD tetap ada di Xpro2, tak berubah dari Xpro1, meski para fans FujiFilm sempat dimanjakan Flipped LCD di X-T1 dan X-T10. Belum ada penjelasan resmi FujiFilm perihal absensi fitur ini.
Kecepatan dan akurasi sistem autofokus, alias AF, lebih handal dengan kehadiran 77 titik fokus, ketimbang 49 titik fokus di pendahulunya.
Sayang, saya sendiri belum pernah menjajal kehandalan Xpro2. Sejauh ini cukup puas dengan memegang Xpro2 atas undangan FujiFilm Corp di Jepang, bergantian dengan para pedagang dealer FujiFilm dan X-Photographer lain. Memegang dalam arti literal, karena belum menjajal motret. Dan kegiatan, yang bertitel Touch & Try, ini digelar di dalam ruang rapat kantor pusat FujiFilm Corp.
Cukup puas juga dengan menyimak brosur Xpro2 hingga bisa baca spesifikasi teknis. Jadi, sebagai fotografer profesional, bukan hobiis, saya belum bisa memberikan komentar secara profesional perihal Xpro2 ini.
Namun ada quote menarik dari X-Photographer David Alan Harvey, fotografer Amerika Serikat yang memotret untuk Magnum dan National Geographic, pada peluncuran FujiFilm X-Pro2 di Fujikina 2016, Tokyo, Jepang, 15 Januari 2016. “Jika ada sudah mempelajari teknik fotografi, langkah selanjutnya adalah enlight the world with photograhy,” ungkap fotografer senior kelahiran tahun 1944 ini.
Senior Sales & Marketing Manager FujiFilm Mr Toshihisa Iida (kiri) mendampingi X-Photographer David Alan Harvey, yang bekerja untuk agensi foto Magnum dan majalah National Geographic, memaparkan karya-karyanya bukti kehandalan FujiFilm X-Pro2 di Fujikina 2016, Tokyo, Jepang (15/01). Foto: Kristupa Saragih
- Kristupa Saragih melaporkan dari Tokyo, Jepang