Tips Memilih Flash untuk Strobist

Oleh:  Salim Dawila (33624)    11 tahun yang lalu

  0 

Salam Strobist !

Saya suka bermain strobist, mulai dari penugasan pekerjaan foto sampai dengan sesi foto pribadi. Alasan utama menyukai teknik strobist adalah simpel dan dari segi ukuran serta kekuatan cahaya untuk digunakan di lokasi pemotretan outdoor yang jauh dari colokan listrik sebagai tenaga utamanya.

 

Teknik Strobist bisa tergantikan dengan penggunaan flash monobloc yang ukurannya jauh lebih besar dengan serentetan aksesori yang ukurannya relative besar pula serta kebutuhan batterypack/powerpack sebagai pengganti colokan listrik yang berat dan super ribet untuk mobilisasi.

 

Dalam Strobist, banyak fotografer beranggapan bahwa teknik ini adalah teknik murah meriah yang bisa menjadikan eksposur sebuah foto terlihat jauh lebih menarik dengan pengaplikasian teknik strobist yang benar. Menurut saya hal ini tidak sepenuhnya benar.

 

Pada tulisan ini saya akan membahas sedikit tips untuk memilih flash yang akan digunakan untuk teknik strobist. Sekarang ini terdapat banyak flash 3rd party yang bisa dibeli dengan harga yang relatif murah dengan banyak menawarkan fitur fitur canggih seperti Through The Lens (e-TTL/i-TTL), Commander, dan Slave yang teknologinya diadopsi dari flash buatan pabrikan Canon, Nikon, Sony, dan lain lain.

 

Sebelum bermain strobist, hendaknya kita menentukan mode apa yang akan digunakan pada saat strobist. Mode Manual-kah ? atau Mode TTL ?. Jika pilihan jatuh pada Mode TTL berarti sudah tentu kita akan menyisihkan anggaran belanja yang lebih banyak untuk membeli flash flash yang ber-TTL (Through The Lens). Terdapat banyak dipasaran flash TTL yang mudah untuk dibeli dengan harga yang relatif mahal, seperti Nikon SB910 Canon 600 EX RT. Tidak hanya fitur TTL saja yang ditawarkan oleh flash flash mahal tersebut, contohnya Zoom, dan banyak fitur fitur canggih lain yang tertanam di dalamnya seperti built in Slave Unit hingga bahkan built in Radio Transcievers.

 

Flash 3rd party seperti Yong Nuo, Nissin, dan beberapa merk yang lain juga menawarkan flash dengan fitur yang hampir sama dan tentunya dengan harga yang jauh lebih terjangkau.

 

Tidak ada salahnya jika kita menentukan penggunaan Mode Manual ketika bermain  strobist. Dengan menentukan penggunaan Mode Manual secara langsung memberikan banyak pilihan kepada si fotografer dalam pemilihan pembelian/penggunaan flash. Contohnya jika kita menggunakan flash non TTL yang memiliki fitur built-in slave unit (mata kucing yang tertanam). Ketika menggunakan flash ini maka kita tidak lagi memerlukan radio transciever untuk mentrigger/receive pada flash flash yang digunakan. Secara langsung anggaran belanja strobist akan terpotong/berkurang dengan sendirinya.

 

Ya, memang strobist tidak murah murah amat, tanpa terasa jika diakumulasikan nota/bill belanja pernak pernik strobist ini akan membuat kita kaget.

 

Flash 3rd party seperti merk Vivitar 285Hv yang sempat booming di tahun 90an seakan akan kembali dari kematian, banyak bermunculan thread WTB (Want To Buy) di berbagai forum jual-beli fotografi seluruh dunia dan bahkan juga di eBay. User interface yang cukup simpel dan flash ini dibalut oleh bodi flash yang sangat kokoh dengan Guide Number yang lebih dari cukup untuk digunakan strobist membuat flash ini mendadak jadi flash idola diantara pelaku strobist seluruh dunia. Pada tahun 90an juga sempat beredar dipasaran flash merk Sunpak 120J dengan GN (m/ISO 100) 45.

 

Sunpak 120J sangat berbeda dengan Vivitar 285Hv dari segi bentuk, penggunaan, sumber tenaga dan lain lain. Jika dibandingkan ke dua flash ini, maka perbedaannya cukup signifikan. Sunpak 120J jauh lebih sulit ditemukan dipasaran. Sunpak 120J tidak bisa digunakan secara on-shoe karena bentuk dan ukurannya yang relative lebih besar daripada mayoritas flash yang ada dipasaran.

 

Contoh lain adalah Nikon SB26 yang melegenda itu, SB26 sudah lama discontinued produksinya dan (sepertinya) satu satunya cara untuk membelinya adalah flash second hand dengan harga seperti membeli flash merk Yong Nuo baru. Flash Nikon SB26 yang tadinya ditinggalkan oleh penggunanya yang meng-up grade ke flash yang lebih baru dan canggih mendadak menjadi flash idola di blog-blog strobist seluruh dunia. Secara tiba tiba Nikon SB26 menjadi most wanted item di antara pelaku strobist karena fitur yang dimilikinya. Bodi flash yang kokoh dan durabilitas yang cukup tinggi jika terjatuh dari tripod/light-stand, fitur Sync Port colokan untuk radio transmitter, Zoom-able head, built-in Slave Unit serta leher flash yang sangat kuat untuk menopang stress point yang lumayan berat jika aksesoris strobist dipasang. Faktor durabilitas flash juga menjadi salah satu hal terpenting yang masuk dalam check list pembelian flash untuk strobist. Flash jatuh kena terpaan angin adalah hal yang lumrah diantara pelaku strobist.

 

Beberapa fitur wajib yang dimiliki oleh flash untuk strobist adalah sebagai berikut :

  1. GN/tenaga besar
  2. Through The Lens
  3. Sync Port (colokan kabel syncro)
  4. Built-in Slave Unit (mata kucing)
  5. Durabilitas tinggi
  6. Waktu recycle cepat
  7. Flash head bisa zoom in/out
  8. Flash head bisa menoleh/berputar kanan-kiri, atas-bawah

 

GN/Tenaga Besar

Strobist kebanyakan diaplikasikan di luar ruangan (outdoor) dan dalam kondisi sinar matahari yang berlimpah. Untuk mendapatkan efek dimensi pada sebuah eksposur maka akan diperlukan flash dengan GN besar yang gunanya untuk mengalahkan cahaya sekitar/matahari (over power the light ambient) pada eksposur yang dihasilkan. Jika flash ber GN kecil yang digunakan untuk over power the light ambient maka usaha yang dilakukan akan sia-sia, kilatan flash tetap akan menyala tetapi tidak akan terasa/terlihat pada hasil jepretan, terlebih jika fotografer menggunakan diafragma tertentu.

 

Through The Lens

Teknologi TTL yang tertanam pada flash akan lebih memudahkan fotografer dalam bermain strobist. Jika memilih menggunakan flash yang memiliki fitur ini sudah tentu sistem yang digunakan harusnya sama, artinya jika anda pengguna kamera Canon, maka pilihlah/gunakanlah flash merk Canon supaya sistem pengukuran dan kompensasi TTL berfungsi 100%. Memang strobist akan terasa lebih mudah jika kita menggunakan full TTL akan tetapi untuk advance strobist saya menyarankan untuk menggunakan mode Manual untuk pencahayaan yang lebih menarik.

 

Sync Port (Colokan Kabel Syncro)

Tidak semua flash mahal memiliki fitur ini, contohnya Nikon SB 700. Jika anda dalam berstrobist ria memilih metode wireless strobist maka anda akan menggunakan radio receiver yang akan dipasang pada SB 700, contohnya jika anda menggunakan Pocket Wizard Plus II sebagai radio receiver maka anda akan mengalami kendala pemasangan kabel syncro dari receiver ke bodi flash karena Nikon SB 700 tidak memiliki Sync Port untuk disambungkan ke radio receiver. Beda dengan Pocket Wizard FlexTT5 jika digunakan sebagai receiver maka anda dengan mudah memasang SB 700 ke hot shoe yang ada pada Pocket Wizard FlexTT5.

 

Built-in Slave Unit (mata kucing)

Metode wireless strobist yang lebih murah adalah dengan menggunakan built-in Slave Unit pada flash seperti SB 900, SB 800, SB 700, SB 600, SB 80DX, SB 26 dst. Fitur ini akan memangkas anggaran belanja strobist untuk radio transmitter. Jika fitur ini diaktifkan, maka flash akan menjadi flash bodoh (dumb flash) yang akan mengkilatkan cahaya flash jika ada pemicu kilatan cahaya flash pada jarak dan kondisi tertentu.

 

Durabilitas Tinggi

Sebelum membeli flash, lakukanlah pencarian review pada barang yang anda incar. Karena mengingat strobist banyak dilakukan diluar ruangan, artinya pelaku strobist akan mengalami kejadian seperti lightstand beserta flash nya jatuh ke tanah/kongkrit karena terpaan angin yang cukup kuat, jika kita menggunakan flash 3rd party maka jika hal tersebut terjadi maka sedikit sekali kemungkinan flash masih bisa dipergunakan 100%. Sering juga mekanisme flash masih hidup tetapi bodi flash pecah, tidak ada spare part yang menyediakan bodi flash yang bisa dibeli jika hal ini terjadi. Menurut pengalaman pribadi dan teman teman yang menggunakan flash 3rd party yang mengalami hal serupa selalu berujung dengan membeli flash baru. Setelah itu coba bandingkan (pros & cons) hasil review temuan beberapa flash incaran anda. Sebagai contoh, temuan-nya adalah flash X, flash Y dan flash Z, lakukan perbandingan user review dengan cara side by side. Dari sana anda akan menemukan flash terbaik yang sesuai dengan kebutuhan strobist anda dengan menyesuaikan anggaran belanja.

 

Tiga Point terakhir (Waktu recycle cepat, Flash head bisa zoom in/out, Flash head bisa menoleh/berputar kanan-kiri, atas-bawah) sudah terdapat pada flash yang memiliki 5 fitur wajib diatas.

 

Jika ada masukan dari rekan rekan seputar tips memilih flash untuk strobist, jangan ragu ragu untuk menambahkan. Semoga berguna bagi rekan rekan yang masih bingung memilih flash untuk strobist dan Have a strobeful day !

Belum ada komentar