Oleh: Yulianus Firmansyah Ladung (13041) 12 tahun yang lalu
Rekans, sekedar ingin berbagi kisah saja.
Pada hari Minggu yang lalu saya berkesempatan mengikuti sebuah diskusi fotografi yang digagas oleh komunitas fotografi POROS dan didukung oleh beberapa pihak, termasuk salah satu-nya adalah KOMNAS HAM. Bagi banyak diantara kita, mungkin diskusi semacam itu tidak menarik, karena tema diskusi yang (mungkin) terbilang berat, yaitu mengenai fotografi dalam kaitan-nya dengan Hak Asasi Manusia. HAM memang bagi banyak orang adalah hal yang klise kalau tidak mau dikatakan tidak penting. Namun dari sisi fotografi ternyata kita sebagai pelaku fotografi dapat berbuat banyak dalam kaitan-nya dengan penegakan HAM dinegeri ini.
Dalam diskusi yang dikemas juga dengan pameran foto, dihadiri oleh banyak pelaku fotografi dan aktifis HAM. Mulai dari jurnalis, penggemar fotografi/camera user (meminjam istilah Mbah Uyo), wakil ketua KOMNAS HAM, ELSAM, dll. Terungkap bahwa dinegeri ini banyak terjadi pelanggaran dalam hal HAM yang terekam dalam bentuk hasil karya fotografi namun kemudian tidak dapat menjadi barang bukti dipengadilan karena memang tata hukum dinegara kita yang diatur dalam KUHAP tidak mengakui foto, rekaman suara, video sebagai alat bukti yang sah. Terkecuali bila foto, video atau rekaman suara tersebut dijadikan barang bukti dipegadilan TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi). Saya benar-benar baru paham mengenai hal ini.
Diskusi tersebut tidak dihadiri banyak peserta sih, karena mungkin selain tema yang terlampau berat bagi sebagian orang, juga tidak menarik karena tidak ada model yang cantik-cantik .. hehehe. Namun diera sekarang, dimana hampir perangkat yang kita miliki dapat digunakan sebagai sarana fotografi, tema diskusi tersebut sangat menarik.
Foto-foto yang dipajang pada ajang diskusi dan pameran tersebut, dikemas dalam bentuk esai. Esai yang berkisah mengenai cerita-cerita disekitar kita. Mulai dari bagaimana saudara-saudara kita penyandang cacat berusaha mendapatkan SIM D (khusus untuk penyandang cacat), perjuangan Ibu Sumirah yang merupakan orang tua dari Wawan (mahasiwa Atma Jaya) yang menjadi korban 1998, sindrom Sidowayah, dll.
Yang membuat saya kagum adalah bahwa karya-karya foto esai tersebut merupakan hasil karya dari para fotografer muda. Muda dalam artian umur. Para fotografer yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan dalam buku katalog foto dari foto-foto yang dipajang pada pameran, tercantum tanggal lahir dari setiap fotografer yang berperan serta pada kegiatan tersbeut. Walaupun muda, mereka sudah memliki kejelian, dan empati yang sedemikian peka terhadap lingkungan disekitar mereka.
Saya jadi ingat hal yang disampaikan oleh Pak Arbain Rambey di MetroTV beberapa waktu yang lalu, bahwa beliau mendapati saat ini semakin banyak kaum muda yang melirik profesi jurnalis foto sebagai tujuan mereka. Dan berikut adalah 3 seri video dari Chris Weeks yang membahas serta menjelaskan bagaimana Street Photography itu.
Demikian. Semoga bermanfaat dan berkenan.