Oleh: Bambang Irwanto, Beng2 (5883) 13 tahun yang lalu
Beberapa bulan lalu saya sempet sebel juga lihat forum isinya nggak jauh dari thread tabrak lari atau thread para alay yang kesannya malas cari topik dan nulis serba singkatan. Karena rasa sebel itu akhirnya saya menghentikan sejenak membaca isi forum. Saat itu saya teringat bahwa masih ada proyek pribadi yang belum selesai, yaitu mendokumentasikan foto-2 yang sempat saya buat dan dikumpulkan dalam semacam photoblog. Saat jarang memonitor isi forum itu maka saya sempatkan untuk mengeksplor software pengolah gambar selain Photoshop, yaitu Gimp dan Photoscape. Namun keterbatasan waktu membuat saya nggak maksimal melakukannya. Sampai akhirnya muncul lagi thread mengenai Photoscape dan itu mengingatkan saya lagi bahwa masih ada proyek pribadi yang belum juga rampung. Akhirnya saya putuskan mengeksplor Photoscape lagi dan Alhamdulillah saya mulai dapat mengolah foto sesuai yang saya inginkan, yaitu memberi sentuhan menjadi foto hitam putih. Dan tentunya proses ini berlanjut dengan proses mengolah foto-2 lainnya untuk kemudian saya dokumentasikan ke dalam photoblog saya. Selesai dengan urusan foto barulah saya memulai untuk menulis lagi untuk melengkapi koleksi photo saya tersebut. Saya sengaja menggunakan Photoscape karena saat ini Photoscape lah yang relatif mudah saya mengerti untuk mengolah foto saya menjadi hitam putih. Keterbatasan waktu serta skill saya dalam menangani software pengolah foto membuat saya mencari software yang relatif mudah buat saya. Dengan demikian foto yang ada bisa cepat saya proses secara bertahap dan cerita bisa saya susun sedikit demi sedikit. Ada beberapa Teman FN yang karya foto hitam putihnya sangat saya suka. Mulai dari Oom Henry C Wijaya, Sam Ang, Antonius Yuniarko, Maria Alexandra, Wibowo Wibisono (Wibi), Budi Afrianto dari KFT serta Pak Imam 'Wyatt Earp' Hartoyo yang juga dari KFT. Foto hitam putih yang mereka hasilkan selalu membuat saya berdecak kagum. Bahkan gaya bertutur Wibi dalam sharing fotonya selalu menginspirasi. Belajar dari melihat karya-2 mereka lah pada akhirnya saya berusaha untuk belajar mengolah foto saya. Tapi tentu saja hasilnya belum bisa disamakan karena sekali lagi hukum garbage in garbage out tetap berlaku. Foto awal yang saya punya tidak sesempurna foto mereka. Terlepas dari itu semua... meski nggak bagus tetap saja foto saya harus saya dokumentasikan, tidak dihapus semua karena nanti saya tidak punya rekam jejaknya. Karena itulah foto-2 saya tersebut saya kumpulkan dalam sebuah photoblog. Selain lebih rapi maka hardisk saya pun jadi lebih lega lagi. Perlahan-2 proses pendokumentasian itu mulai menunjukkan hasil dan hardisk saya mulai terasa sedikit lebih lega. Dan inilah sepenggal cerita dari proses pendokumentasion foto-2 saya tersebut. Street Hunting di HKG Sejak pertama kali ke Hong Kong saya tidak tertarik untuk mengabadikan atau membuat foto mengenai objek wisata disana. Bahkan saya lebih tertarik atau terobsesi untuk melakukan street hunting dibandingkan membuat foto-2 saya dengan latar belakang lokasi wisata di Hong Kong. Sepertinya keterbatasan skill untuk membuat foto dengan genre seperti itulah yang membuat saya jadi malas untuk membuat foto lokasi wisata. Foto mengenai lokasi wisata sudah ada orang lain yang membuatnya dan pasti hasilnya jauh lebih bagus bila dibandingkan dengan hasil foto lokasi wisata yang saya buat. Begitu kira-2 pembenaran dari saya atas ketidakmampuan saya membuat foto lokasi wisata yang bagus. Sebagai kota yang mengandalkan sektor pariwisata untuk menopang perekonomiannya, Hong Kong sepertinya memang memiliki komitmen yang kuat untuk memanjakan para wisatawan yang berkunjung kesana. Meski saya belum pernah melihat ada slogan sejenis Visit Indonesian Year (atau mungkin saya yang kurang/tidak memperhatikan), saya dapat rasakan bahwa Hong Kong benar-2 berusaha untuk memanjakan para wisatawan. Mulai dari antrian imigrasi di airport yang begitu tertib, pengelolaan airport yang tertib dan rapih (tidak semrawut seperti airport di negeri kita), jaringan transportasi yang dikelola dengan baik dan memudahkan kita untuk mencapai lokasi tujuan wisata, banyaknya hotel mulai dari kelas budget sampai kelas bintang 5 serta shopping center yang bertebaran dimana-2 dan relatif mudah untuk berpindah dari satu shopping center ke yang lainnya. Lokasi wisata juga dikelola dengan baik, mulai dari Disneyland, Ngong Ping 360, Ocean Park bahkan museum pun bisa jadi tempat yang juga menarik serta nyaman untuk dikunjungi. Ada 1 hal yang membuat saya terkesan selama saya melakukan street hunting di Hong Kong, hal tersebut adalah perilaku petugas polisi atau security yang tidak alergi dengan aktifitas kita yang sedang memotret. Saya terkesan dengan perilaku tersebut karena bila dibandingkan dengan di Jakarta, meski di ruang publik macam Bundaran Hotel Indonesia, Taman Monas atau Taman Menteng, saat kita sedang mengabadikan lokasi tersebut maka janganlah kaget apabila kita didatangi petugas yang menanyakan apakah kita memiliki izin untuk motret atau tidak. Hal seperti itu yang tidak pernah saya alami selama saya hunting di Hong Kong. Mungkin karena itu saya jadi lebih suka melakukan street hunting tiap kali saya berkunjung ke Hong Kong. Ada banyak hal yang bisa kita abadikan saat kita melakukan street hunting. Manusia, transportasi, arsitektur, elemen-2 bidang (dan mungkin masih banyak lagi hal lainnya) bisa jadi hal yang menarik untuk diabadikan. Saat saya melakukan street hunting biasanya saya akan memperhatikan lingkungan sekitar agar saya bisa mendapatkan gambaran apa yang akan saya abadikan. Bila tidak sempat mengamati maka saya akan langsung terjun dan berusaha menyatu dengan lingkungan agar saya mendapatkan mood nya. Sebisanya saya akan membawa 1 kamera dengan lensa wide saja. Kalo ada kamera saku boleh juga untuk dibawa sebagai back up atau sebagai kamera utama agar keberadaan kita tidak terlalu menarik perhatian. Saat terbaik untuk melakukan street hunting di Hong Kong menurut saya adalah sekitar bulan Oktober atau Maret karena saat itu suhu sedang tidak panas tapi juga tidak terlalu dingin (mungkin sekitar 18-21 derajat Celcius). Hal-2 yang perlu dipersiapkan selain kamera dan diri kita sendiri adalah hal yang tidak ada hubungannya dengan perlengkapan fotografi, misalnya kalo masih ada tempat di dalam tas, payung kecil dan botol minum sebaiknya dibawa agar kita tidak dehidrasi dan tidak kehujanan saat hunting. Jaket bisa juga dipakai kalo kita malas membawa payung. Tissue basah (kemasan kecil atau sedang) boleh juga untuk dibawa agar kita tidak repot apabila harus pergi ke kamar kecil untuk ‘memenuhi panggilan alam’. Berikut ini saya lampirkan beberapa foto yang saya ambil selama saya melakukan street hunting di HKG. Selamat menikmati... Salam, Bambang Irwanto http://beng2irt.wordpress.com