Oleh: Hilarius Quivedo (10648) 14 tahun yang lalu
pak moderator saya numpang share yaa.... potret sebuah kampung yang sempat ramai dibicarakan di televisi karena hendak digusur Kampung Sewan Gili, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Wilayah yang terletak di bantaran Sungai Cisadane dan dihuni sekitar 100 kepala keluarga (saya tidak tahu pastinya berapa), ini menjadi satu pemukiman komunitas warga Cina Benteng dengan tradisi dan agama leluhur yang relatif masih terjaga. Generasi pertama etnis Tionghoa di Tangerang datang melalui pelabuhan rakyat Tanjung Pasir, Teluk Naga, sekitar abad ke-15. Saat itu mereka menyebut wilayah Tangerang dengan nama "Boen-Teng". Berawal dari sebutan itulah mereka kemudian dijuluki Cina Boen Teng. Julukan itu lama-kelamaan berubah menjadi Cina Benteng yang mayoritas warganya menjalani kehidupan sebagai pedagang kecil, buruh informal atau pencari ikan di pinggir kali. Awalnya para pendatang Tionghoa generasi pertama di Tangerang hanya tinggal di kawasan Teluk Naga. Karena jumlahnya terus bertambah, mereka kemudian menyebar di beberapa wilayah. Antara lain Tanjung Kait, Cikupa, Rajeg, dan Kampung Sewan. Namun komunitas yang relatif masih asli hanya terdapat di Kampung Sewan. Sayangnya, masyarakat Cina Benteng tak seberuntung warga etnis Tionghoa lainnya. Mereka kebanyakan hidup miskin. Diperkirakan mereka kalah bersaing dengan pendatang etnis Tionghoa generasi berikutnya yang lebih mahir berdagang. Ini bisa dilihat di daerah Pasar Lama, sebuah kawasan yang kini menjadi pusat Kota Tangerang. Di sebuah sudut kawasan ini juga terdapat Klenteng "Boen Tek Bio", klenteng tua yang dibangun sekitar tahun 1750. Klenteng ini adalah bangunan rumah ibadah yang menjadi satu peninggalan bersejarah warga Cina Benteng.