Oleh: Wisnu Purwanto (1980) 14 tahun yang lalu
Sesungguhnya kami merencanakan diving ke Lembeh pada bulan Oktober 2009, tapi karena semua preferable resort di Lembeh fully book, rencana kami pindah ke Tulamben Bali, dan baru pada bulan Desember ini kami sekeluarga berkesempatan berkunjung ke Lembeh. December tahun lalu kami juga berkunjung ke Lembeh, namun hanya mengalokasikan 3 hari disana serta 4 hari di Bunaken. Muck diving di Lembeh ternyata begitu addicted, sehingga kali ini Bunaken kami lewatkan, dan kami berencana 5 hari di Lembeh + 2 hari di Tomohon. Kami berlima – saya, istri, 2 anak serta ibu saya yang kebetulan sedang berkunjung ke sini menegok cucunya, saya ajak serta. Apalagi, beliau baru sembuh dari sakit dan dr. menyarankan untuk banyak menghirup udara pantai. Senjata Tempur Selain membawa peralatan diving, kami membawa dua set senjata tempur ringan yang akan kami gunakan untuk hunting the most stranger critters in the muck diving capital of the world. Senjata utama yang dipegang oleh anak saya Mayang adalah Canon G9 yang dilengkapi dengan UW housing WPDC-21, FIT 67 mm lens adapter, Inon UCL165 M67 macro lens, Inon D2000 strobe, Fantasea B/J arm & stay, 10 bar fibre optic cable, serta Fantasea 360 LED focus light. Senjata pendukung adalah Oly SP-350 yang sudah cukup berumur, dilengkapi UW housing PT-030, Epoque ES-230DS strobe, Epoque Sync. Cable, 10 bar flexible arm & stay serta Bigblue focus light. Sebagai pengamanan tambahan, kami memasang leak detector made in Tulamben yang telah terbukti kehandalanya 2 x melindungi kamera G9 kami saat diving di Tulamben. Sedangkan untuk dokumentasi pendukung atas air, senjata yang kami gunakan sedikit lebih berat, yakni Olympus E-620, Flash Metz 58AF-1 , lensa 14 – 42 mm, 40 – 150 mm, 25 mm macro lens serta tele 70 – 300 mm (setara 140 – 600 mm).