(Share) Hunting Supersingkat: 2 Hari di Banyumas, Cilacap, Purbalingga

Oleh: Ari Saputra (2059)    15 tahun yang lalu

  0 

Trip 2 Hari Di Banyumas

Perjalanan ke kota kecil Purwokerto, Purbalingga dan Cilacap selama 2 hari cukup melelahkan. Tetapi akan sirna oleh suguhan pemandangan yang menawan baik secara mata ataupun lensa kamera.

Sayang, waktu saya tidak banyak karena hanya disela_sela acara keluarga. Saya cuma sempat mengunjungi 3 tempat berbeda. Yakni sisa-sisa bangunan Pabrik Gula (PG) Kalibagor, sunset di pantai Srandil, Cilacap, dan agrowisata Purbalingga.

Saya berangkat dari Sta.Gambir, Senen malam. Kereta yang saya tumpangi kereta Taksaka (Gambir-Jogja). Tiket perjalanan Rp 210.000 dan turun di Sta. Purwokerto pukul 03.00 WIB.

Lalu menggunakan angkutan umum menuju ke misi utama saya.

Siang menjelang sore, saya sempatkan mengunjungi sisa-sia bangunan PG Kalibagor, di Sokaraja, Banyumas. Bangunan itu sudah lama terbengkelai. Lahannya dibiarkan mangkrak, bangunan rusak dan rumput liar berdiri tidak beraturan. --- Menurut beberapa tukang becak, usai 1998, PG Kalibagor sudah tak beroperasi lagi. ---

Pun demikian, kondisi tersebut justru makin "fotojenik". View yang ditawarkan sangat klasik, orisinil, dan dapat memberi imajinasi luas bagi penggemar foto bergaya "country", klasik atau retro.

Saya bayangkan, saya membawa mobil Ford jenis truk era 50-an. Ditaruh ditengah rumput liar dengan background bangunan pabrik. Dapat saya beri model atau tidak sesuai kebutuhan.

Lalu saya jepret dengan gaya "country" dan sedikit sentuhan klasik. Saya pilih waktu pukul 16.30 sampai matahari terbenam untuk pencahayaan terbaik. Dengan sedikit low angle untuk memperoleh landscape maksimal. Langit biru memudar kemerahan dan pantulan cahaya lembut di puing-puing pabrik.

Lagi-lagi sayang. Saya hanya punya waktu sedikit. Saya belum sempat memotret hingga melewati ke pagar pabrik -- barangkali, kalau minta izin diperbolehkan.

Lalu saya meluncur ke pantai Srandil, Cilacap guna mengejar matahari terbenam.

Pukul 16.30 WIB saya sampai dipantai tersebut. Beruntung, semburat warna langit sedang berpihak. Biru bersih dan jatuh dipantai sangat merata.

Saya potret sisi-sisi yang menurut saya bagus. Tebing karang menjulang, segara anakan yang bersih, perahu dayung pencari pasir, serta "pulau" ditengah segara anakan yang menawan. Dan tentu saja, semburat merah matahari terbenam dibalik bukit dengan liukan muara sungai yang dangkal.

Tak terasa, matahari mulai tertidur dan cahaya makin gelap. Jarum jam ditangan saja baru menunjuk 17.45 WIB. Saya harus mengakhiri "pesta" sore itu. Bila waktuku banyak, masih bejibun spot menarik saya yang belum saya potret. Seperti jejeran keranjang penahan tunas kelapa dipantai yang tersusun bak seni instalasi.

Hari kedua, saya baru bisa keluar pukul 12.00 WIB usai acara keluarga. Saya berkunjung ke area agrowisata di Purbalingga seperti kebun sayur dan strobery.

Sayang, saya masih kurang beruntung. Semua tanaman masih pada tahap pertumbuhan bukan masa panen. Bayangan akan berkeranjang stroberi merah langsung sirna. Tidak ada aktifitas memanen sayur, jagung ataupun kentang. Cuma hamparan pohon pinus yang cukup menghilangkan sedikit kekecewaan -- meski hamparan pinus ini juga banyak ditemui ditempat lain.

Eitss..saat pulang, ada sekelompok anak bermain di sungai yang melintang di pinggir jalan. Saya hentikan kendaraan saya dan menyapa anak-anak kecil itu.

Ternyata si anak sangat "kooperatif". Mereka langsung action saat kamera dimoncongkan. Melepas baju, melompat dan byur....berenang kesana-kemari seperti adegan "Si Bolang" di telavisi. Selebihnya, sangat narsis saat difoto.

Belum sampai sore, saya kembali ke acara keluarga dan pamitan usai maghrib. Lantas, saya menuju Sta. Kroya untuk naik kereta Purwojaya klas bisnis (Rp 80.000 tujuan Gambir).

Hmm..seandainya masih memperoleh cuti kantor lebih banyak, akan lebih banyak pula tempat yang saya dalami.
Ada area "Bendung Gerak Serayu" yang sangat eksotis, wisata Baturaden yang sudah familiar, UKM pembuatan rambut dan bulu mata palsu di Purbalingga yang sudah diekspor ke Holywood, kampung nelayan Donan Cilacap, serta hutan bakau Nusakambangan yang masih menyisakan buaya liar.

Hmmm....kota kecil yang sangat mempesona.


===
Catatan: untuk transportasi dalam kota, sewa mobil sekitar Rp 250.000/hari. Hotel kisaran Rp 200.000/malam di Purwokerto sudah bersih dan nyaman. Kalau mau nyari model lokal juga ada dan cantik-cantik. Alat yang saya bawa, Canon 30D, lensa 18-55mm dan 28-135 mm dengan f/3,5 - 5,6.

Belum ada komentar