Family Diving Trip - Bunaken & Lembeh

Oleh: Wisnu Purwanto (1980)    15 tahun yang lalu

  0 

Setelah bulan agustus 2008 yang lalu kami berkunjung ke Tulamben dan Seraya, maka kali ini kami ingin berbagi pengalaman saat mengunjungi Bunaken dan Lembeh, di propinsi Sulawesi Utara 21 - 26 December 2008. Kami berempat, saya sendiri, istri, serta dua orang anak saya Mayang - 13 tahun serta Melati 9 tahun.

Umumnya cukup banyak yang mengenal Bunaken sebagai salah satu tujuan wisata bahari terutama sebagai lokasi diving kelas dunia, dengan coral yang sangat sehat, air yang sangat jernih, dinding karang berwarna warni yang curam menjunam ratusan meter ke dasar laut dipenuhi berbagai macam makhluk laut yang sangat indah.
Namun rasanya masih belum banyak yang mengenal Lembeh, tepatnya selat Lembeh.
Lembeh sangat populer di mata underwater photographer dan penggemar makhluk2 aneh. Berbeda dengan Bunaken, Lembeh tidak terkenal karena airnya yang jernih atau karangnya yang indah, melain kan karena beraneka ragamnya berbagai jenis makhluk lain yang aneh dan tidak umum dijumpai bersembunyi di dasar laut yang berupa pasir hitam kadang dipenuhi sampah; oleh karena nya lembeh dikenal sebagai "The World Muck Diving capital". Seorang photographer dan penyelam kawakan kelas dunia bahkan mengatakan: "God was in creative mood when creating the lembeh critters".
Silahkan google dengan keyword "lembeh", semua hasilnya mengacu ke selat lembeh dengan diving activitynya.

Jika ada pernerbangan langsung, Brunei - Manado mungkin dapat ditempuh dalam waktu 1 1/2 jam, sayang nya belum ada sehingga harus ke Jakarta atau KL atau Singapore dulu sebelum dilanjutkan dengan penerbangan ke Manado. Dengan pertimbangan biaya, kami pilih ke KL dgn Air Asia dulu kemudian dilanjutkan dgn 4 jam penerbangan Air Asia ke Manado. Dari segi waktu, semua pilihan membutuhkan overnight; sedangkan dari segi biaya, perbedaan harga untuk kami berempat lebih dari cukup untuk tinggal selama seminggu di hotel bintang 5 di KL.

Di Bunaken dan Lembeh kami tinggal di diving resort sederhana yaitu Two Fish Diver - bangunan semi permanen, tidak ada AC, tidak ada air panas, no TV, no swimming pool -lebih sederhana dibandingkan dengan hotel kelas melati umumnya.

Resort ini dikelola oleh orang Inggris, suami istri Nigel - Tina dgn anaknya yang baru berusia 18 bulan; mereka tinggal dipulau tersebut lebih dari 6 tahun dan tampaknya telah menyatu dan disukai oleh penduduk disekitarnya; terlihat dari begitu banyaknya masyarakat serta aparat desa tersebut yang menghadiri perayaan natal yang diselenggarakan oleh resort tersebut pada tanggal 22/12/2008.
Mereka juga mengundang seluruh tamu resort menghadiri acara tersebut atau setidaknya bergabung saat makan malam; dan untuk kami berempat ditambah 1 orang karyawan mereka yang juga muslim disediakan meja terpisah untuk makanan halal.
Pada saat acara berlangsung kami dapat melihat keakraban mereka dengan penduduk desa Bunaken.
Resort ini termasuk resort yang lumayan laris; namun kebanyakan tamunya adalah turis asing - dan kami adalah satu2nya tamu lokal di tahun 2008.
Karena resort kecil; suasana sangat kekeluargaan - kami juga berkesempatan mengenal salah seorang tamu yang cukup menarik, yaitu Joseph Summer, seorang composer classic contemporer terkenal dunia, dengan istrinya seorang professor musik serta ibunya yang saya yakin berusia diatas 80 tahun dan masih aktif snorkeling. Mereka telah berada di resort tersebut selama 2 minggu tanpa pernah merasa bosan.
Tamu2 yang lain berasal dari eropa dan amerika, menempuh separuh dunia dan tinggal di resort sederhana untuk dapat menikmati keindahan alam bawah laut Indonesia.


Mayang dan Melati berpose bersama Rebeca.

Belum ada komentar