CB 5 (Hari 1) Selasa, 11 Nov 2008 - Tenun Sutra, Lomba Perahu Naga dan Sunset di Angkor Wat

Oleh:  Kristupa W Saragih (176444)    15 tahun yang lalu

  0 

Hari pertama di jadwal resmi Crossing Bridges 5 (CB 5) dimulai tak terlalu pagi. Sebagian rombongan PhotoMalaysia.com baru tiba di Siem Reap, Kamboja pukul 8 pagi waktu setempat, Selasa (11/11). Sebagian besar rombongan dari Indonesia, Malaysia, Singapura dan Vietnam sudah tiba sehari sebelumnya.

Rombongan Singapura (Clubsnap) terbang langsung dari Singapura. Sementara rombongan Fotografer.net (Indonesia), yang datang dari berbagai kota, berkumpul terlebih dahulu di Kuala Lumpur (KL), Malaysia. Lantas, rombongan Indonesia menumpang pesawat yang juga ditumpangi rombongan Malaysia ke Siem Reap.

Kontingen Vietnam (Photo.vn) menumpang bis dari Ho Chi Minh City menuju Phnom Penh, ibukota Kamboja, terlebih dahulu. Perjalanan kemudian disambung, masih dengan bis, dari Phnom Penh ke Siem Reap. Perjalanan Ho Chi Minh City-Phnom Penh dan Phnom Penh-Siem Reap masing-masing ditempuh 5-6 jam.

Hunting di Pasar Tradisional

Agenda hari pertama dimulai dengan memotret di pasar tradisional pinggir jalan di tengah kota Siem Reap. Rombongan CB 5 berkekuatan 55 personil dibagi untuk mengendarai 3 bus sedang, masing-masing berkapasitas 20 orang. Sebenarnya ingin menyatukan semua dalam 1 kendaraan, tapi tentu saja tak mungkin. Penumpang bis sudah ditentukan sebelum ketibaan di Siem Reap. Penentuan siapa-di-bis-mana dilakukan dengan mencampur seluruh peserta dengan tujuan menjalin keakraban dan pertemanan. Pengaturan dilakukan agar di setiap bis distribusi jumlah peserta dari tiap kontingen negara bisa merata.

Secara umum, kenampakan wajah dan postur orang Kamboja sama dengan orang Indonesia. Demikian juga dengan pasar tradisional yang kumuh dan menyita badan jalan. Benar-benar khas Indonesia.

Sepeda motor melintas akrobatis dan meliuk-liuk tanpa aturan. Parkir semrawut dan sembarangan. Meski sedang berada di negeri orang, tapi kesemrawutan, kekumuhan dan ketidakpedulian membuat rasa sedang berada di negeri sendiri. Rekan-rekan fotografer dari negara yang lebih maju mungkin tak terbiasa dengan suasana yang tak teratur dan bau yang tak sedap plus aspal yang becek nan kotor. Tapi, untunglah negara kita masih mengoleksi tempat-tempat seperti ini dan membuat rombongan Indonesia tak tersiksa oleh keadaan seperti itu lantaran terbiasa.

Terlepas dari itu semua, pasar ini menarik secara fotografis. Barang-barang yang diperdagangkan cukup lengkap. Ada penjual sayur mayur, rempah-rempah, barang pecah-belah, bunga segar, daging, buah-buahan dan deretan tenda makanan kaki lima.

Salah Paham di Tenun Sutra

Usai memotret pasar, perjalanan dilanjutkan menuju sebuah tempat penenunan kain sutra. Tempatnya berupa rumah traditional khas Khmer, berupa rumah panggung terbuat dari kayu. Kolongnya disulap menjadi tempat sekitar 20 perajin tenun sutra khas Kamboja.

Sempat terjadi kesalahpahaman dengan pemilik tempat. Sang pemilik merasa keberatan dengan 55 fotografer yang memadati tempat usahanya secara bersamaan. Apalagi, hanya 1-2 orang saja yang berminat membeli kerajinan dagangannya.

Memang, sedianya jadwal menentukan bahwa 3 bis peserta CB 5 dipecah untuk memotret di 3 tempat berbeda. Kemudian, masing-masing kelompok dirotasi agar ketiga bis bisa mengunjungi ketiga tempat yang ditentukan: pasar tradisional, perajin tenun sutra dan lomba perahu naga.

Sayang, lomba perahu naga baru dijadwalkan dimulai pukul 2 siang. Inilah yang menyebabkan rencana distribusi 3 kelompok ke 3 tempat berbeda diganti menjadi seluruh peserta CB 5 bergerak dalam 1 grup besar. Tapi untunglah kesalahpahaman bisa diakhiri secara baik-baik. Dan tak banyak peserta yang menyadari insiden ini karena sudah diselesaikan secara rapi oleh Ta, pemandu wisata setempat yang menyertai rombongan CB 5.

Dalam perjalanan pulang ke hotel, rombongan CB 5 sempat mampir ke sebuah kuil Buddha. Ada tempat ibadah yang dikelilingi oleh tempat tinggal para pendeta Buddha. Di sebuah sisi terhampar deretan makam para pendeta Buddha, dengan bentuk nisan yang artistik.

Welcome Lunch

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke hotel untuk welcome lunch. Ini adalah hari pertama semua kontingen hadir secara lengkap. Makan siang dilanjutkan dengan perkenalan seluruh anggota rombongan oleh masing-masing pimpinan kontingen.

Eddie Ng memperkenalkan satu per satu kontingen Singapura, yang berjumlah 11 orang. Dilanjutkan Kristupa Saragih yang memperkenalkan 18 orang kontingen Indonesia. Kemudian Yusuf Hasim memperkenalkan kontingen Malaysia yang berkekuatan 15 personil. Diakhiri oleh Pham Thanh Long yang memperkenalkan 11 orang anggota dari Vietnam.

Lomba Perahu Naga

Usai makan siang, rombongan CB 5 dipersilakan menuju sungai Siem Reap. Sungai ini membelah kota seluas 10.299 km persegi ini secara diagonal dari barat daya ke timur laut. Secara kebetulan, tanggal pelaksanaan CB 5 bersamaan dengan lomba perahu naga (dragon boat race) yang diselenggarakan reguler tiap tahun.

Satu per satu peserta CB 5 berjalan kaki menuju sungai, yang jaraknya hanya sekitar 500 meter saja dari hotel. Orang penuh sesak di jalanan, sesekali disuguhi manuver tuktuk dan sepeda motor yang berseliweran secara akrobatis. Suara musik pop berbahasa Khmer diperdengarkan keras-keras lewat pengeras suara di berbagai penjuru. Foto Raja Kamboja tampak dipasang di baliho di kedua sisi jembatan yang menyeberangi sungai.

Menurut jadwal, lomba perahu naga dimulai jam 2 siang. Tapi, ternyata kebiasaan jam karet pun ada di negara ini. Hingga lewat jam 3 belum ada gelagat lomba dimulai. Seluruh peserta lomba perahu naga terlihat siap di garis start, tapi tak terjadi gerakan apa-apa.

Untunglah sekitar jam 3.30 akhirnya perahu-perahu naga beraksi. Padahal jam 4 sudah digariskan bahwa rombongan CB 5 akan bergerak dari hotel menuju Angkor Wat untuk sunset. Setelah menembak beberapa gigabita akhirnya, mau tak mau, lomba perahu naga harus ditinggalkan dan kembali ke hotel.

Sunset di Angkor Wat

Tepat jam 4 sore rombongan CB 5 bergerak dari Golden Angkor Hotel menuju pos pembelian tiket di kompleks Angkor. Proses pembuatan sebenarnya tak lama, tapi jumlah orang yang banyak membuat proses berjalan lama. Serahkan uang untuk beli pas 3 hari seharga 40 Dollar AS kemudian menunggu untuk difoto. Lantas tiket diserahkan berupa hasil cetakan dengan foto diri di dalamnya, dan sudah dilaminasi plastik.

Sejumlah peserta CB 5 dari Indonesia yang sudah mendahului datang ke Angkor pada H -1 bisa masuk terlebih dahulu. Pas masuk sudah di tangan. Meski harus membayar lebih mahal karena berharga 60 Dollar AS.

Ketika tiba di Angkor Wat, sudah ribuan turis yang berserak untuk menikmati matahari terbenam di Angkor Wat. Untuk mengelilingi kompleks seluas sekitar 4,8 km persegi ini benar-benar butuh sepasang kaki yang kuat. Jika ingin pindah lokasi dari gerbang depan ke gerbang belakang saja harus berjalan kaki sekitar 900 meter. Mengelilinginya pasti tak hanya butuh energi banyak, tapi juga butuh waktu.

Angkor Wat menghadap ke barat. Jadi tinggal pilihan fotografer saja, untuk merekamnya dengan front light di gerbang depan atau dengan back light dan siluet di gerbang belakang. Secara ukuran keramaian, gerbang belakang lebih sepi turis, lantaran tak banyak yang mau berjalan jauh ke belakang.

Ketika gelap menyergap, rombongan CB 5 pun mulai beringsut membenahi tripod dan bergerak kembali ke bis. Tapi, ternyata sambil menunggu peserta lain, lampu-lampu yang menyinari bangunan Angkor Wat menyala. Akhirnya kamera pun dikeluarkan dan tripod dipasang lagi.

Barulah setelah waktu benar-benar tak mengijinkan, pemotretan di Angkor Wat dipungkasi. Senyum tersungging di bibir karena bergiga-giga foto bagus tersimpan di kartu memori. Tak sabar untuk segera mandi, makan malam dan men-download foto-foto hari ini.

Belum ada komentar