Oleh: Rinaldi Maskinantan (1498) 17 tahun yang lalu
Ini sebenarnya pertanyaan saya yang sudah cukup lama menjadi uneg-uneg (belum dikeluarkan secara resmi). Kenapa di Salon Foto Indonesia, foto untuk kategori jurnalistik harus berwarna? Sementara setahu saya, dalam WPP banyak foto hitam putih.. Kemudian, apakah foto untuk kategori jurnalistik di ajang SFI, wajib pernah tampil di media massa? Terus ada beberapa lagi pertanyaan tambahan: Dalam film “War Photographer”, James Nachtwey bersama rekannya digambarkan sedang melakukan proses cetak di kamar gelap, (burning dan dodging). Yang jadi pertanyaan adalah: Mengapa ia melakukan hal itu di jaman modern sekarang? Apakah “cetak tradisional” memang ada kelebihannya? Kenapa tidak discan dan adjust liwat komputer? (mohon jangan dijawab dengan “kepuasan batin”, itu mah subjektif. Maksud saya, alasan rasional mengapa James atau mungkin juga fotografer lain memilih “cetak tradisional” di jaman sekarang) Dalam film itu pula, kelihatan James Nachtwey memilah-milah foto dari sebuah kontak print hitam putih. Yang jadi pertanyaan, mengapa ia memakai film hitam putih? (Btw, saya sendiri cenderung lebih suka foto BW, tapi dalam memotret selalu pakai film warna karena lebih fleksibel, BW bisa, color bisa. Gimana enaknya di komputer nanti!) Satu lagi: Adakah ajang penghargaan foto jurnalistik (seperti WPP) untuk tingkat nasional (Indonesia)?