Oleh: Wibowo Wibisono, Wibi (18031) 18 tahun yang lalu
Why should we conserve? Many historic buildings, streets, even whole areas of a town, are beautiful! Earlier generations have sometimes brought to a higher degree of perfection than we can, some attitude to life, and have expressed it in their buildings.. Pamela Ward, “Conservation and Development” Profesor Charles P Wolff Schoemaker - lahir di Banyuwangi - adalah seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang turut memberi kontribusi besar terhadap perkembangan arsitektur modern di Indonesia. Selama hidupnya, ia banyak melakukan penelitian ilmiah terhadap karya-karya arsitektur vernakular di Jawa. Ia juga pernah menimba ilmu arsitektur di Amerika Serikat dari sang maestro, Frank Lyoid Wright. Tak heran jika karya-karya beliau lebih merupakan refleksi dari apa yang telah dipelajarinya. Beliau wafat di Bandung sebagai seorang guru besar arsitektur di ITB. Dalam bukunya yang berjudul Aesthethiek en Oorsprong der Hindoe koenst op Java (1924), beliau memaparkan perbedaan prinsip antara arsitektur barat dengan arsitektur tradisional Jawa. Arsitektur eropa (barat) dikenal sangat rasional, di mana ruang luar dan dalam terdefinisi jelas dengan adanya dinding tebal yang mengisolasi keduanya. Sementara arsitektur tradisional Jawa bersifat filosofis dan ditentukan tiga karakter utama, yaitu iklim, waktu dan integrasi dengan alam. Konsep arsitektur Jawa banyak dipengaruhi oleh filsafat bangunan India. Dalam berkarya, Schoemaker sangat terinspirasi dengan arsitektur candi-candi Hindu di Jawa dan India. Bahkan pada salah satu karyanya di Bandung, yaitu Villa Isola, ia menerapkan konsepsi arsitektur candi-candi tersebut. Foto 01 Hasil studi Schoemaker di atas menyebutkan adanya kecenderungan garis-garis horisontal dan vertikal dalam arsitektur India yang berpengaruh pada candi-candi di Jawa. Keindahan ornamen berupa garis molding akan terlihat saat terkena cahaya matahari sehingga membentuk pola bayangan yang dramatis. Ini adalah bukti kearifan para arsitek masa lampau dalam memanfaatkan sinar matahari tropis pada wajah bangunan.
Foto 02 Dalam meletakan massa Villa Isola, Schoemaker menerapkan filsafat landscape tradisional Jawa, dimana bangunan dan lingkungannya memiliki orientasi kosmis ke arah sesuatu yang dianggap sakral. Seperti kompleks kampus ITB yang didesain oleh Henri Maclaine Pont, wajah (fasade) utama bangunan ini menghadap ke arah Gunung Tangkuban Perahu di utara. Tampak efek cahaya matahari dalam membentuk bayangan pada wajah Villa Isola.
Foto 03 Pola bayangan terlihat lebih menarik pada bidang melengkung seperti dinding main entrance Villa Isola
Foto 04 Seperti bentuk benda-benda di alam , bangunan ini nyaris tidak memiliki sudut siku.
Foto 05 Dalam usahanya mengintegrasikan bangunan dengan alam sekitarnya, Schoemaker mengolah landscape taman dengan bentukan yang sesuai dengan bangunan utamanya. Pada foto terlihat sebuah tangga melingkar yang menghubungkan taman utara dengan taman selatan yang lebih rendah. Foto diambil dari pinggir dak beton di puncak bangunan.
Foto 06 Elemen landscape dan bangunan membentuk satu kesatuan dan menyuarakan satu bentuk : bundar!
Foto 07 Konsep tradisional Hindu Jawa juga diterapkan pada karyanya yang lain dengan meletakan ornamen kepala Batara Kala. Foto ini diambil dari wajah Gedung Landmark di Jalan Braga. Ornamen yang sama juga terdapat pada Gedung Asia Afica Cultural Centre di jalan yang sama, dan Ex-Gedung Bank NISP di Jl Rangga Gading.
Foto 08 Deretan pertokoan di Jalan Braga dengan gaya art deco yang khas telah memberi kontribusi besar dalam membentuk image (citra) Bandung sebagai Parijs Van Java. Di Indonesia sendiri, gaya ini terbilang langka sehingga kelestariannya layak dipertahankan.
Foto 09 Dalam mendesain Gereja Protestan Bethel, Schoemaker sepenuhnya berkiblat ke arsitektur eropa. Seperti Gereja Protestan di Gambir dan Semarang (blenduk), gereja ini juga dilengkapi dengan sebuah orgel besar yang kini tidak berfungsi lagi.
Foto 10 Tak jauh dari Gereja Bethel, berdiri Kathedral St Petrus. Foto diambil dari Taman Merdeka yang dulu bernama Pieters Park (untuk menghormati jasa Pieter Sijthoff, Asisten Residen Priangan). Taman inilah yang mengikat kedua gereja tersebut. Dalam menata bangunan, Belanda selalu membuat taman atau ruang terbuka dekat gereja. Di Jakarta, Gereja Imanuel terletak dekat Konings plain (Taman Medan Merdeka), Kathedral dekat dengan Wilhelmina Park (sekarang menjadi Masjid Istiqlal).
Foto 11 Atap tinggi dengan kemiringan curam, dipertegas dengan jendela vertikal yang juga tinggi, memperkuat kesan gotik pada Kathedral St Petrus. Minimnya ornamen gotik pada fasade bangunan menjadikan bangunan ini berlanggam neo gotik.
Foto 12 Sebuah rumah tinggal (villa) di Jl Taman Sari. Disebut ‘villa merah’ karena dindingnya terbuat dari batu bata ekspos. Bentuk atap yang curam dengan ujung-ujung yang mencuat terinspirasi dari arsitektur vernakular Indonesia.
Foto 13 Kondisi makam sang profesor di TPU Kristen Pandu, Bandung rasanya tidak sesuai dengan kontribusinya yang besar terhadap perkembangan Kota Bandung. Masih ada karya lain dari sang profesor di Kota Bandung, diantaranya Hotel Preanger, Gedung Jaarbeurs di Jl Aceh, Gedung Societeit Concordia yang kemudian menjadi Gedung Merdeka, tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika I.
Oleh: Wellington Kuswanto (37404) 18 tahun yang lalu
thx for sharing kk... bahasanya mengingatkan sayah pada pak sudianto ali waktu jaman kuliah dulu hihi...
Oleh: Adriyan Kusuma, akka (4315) 18 tahun yang lalu
waah..potonya bagus2 pak.. yang foto2 Isola saya suka tuh.. ke-seksi-an art deco benar2 terbaca lewat foto2nya.. ditunggu essay2 berikutnya :D ato mau ngajarin aku buat essay, ato mau buat essay bareng? keren tuh! :D
Oleh: Rakhmat Hidayat, aAt (79642) 18 tahun yang lalu
thx for sharing
Oleh: Nufransa Wira Sakti , Frans (19637) 18 tahun yang lalu
Cool...! Thanks yah.
Oleh: Asmin Safari (92454) 18 tahun yang lalu
wow.... indah sekali.... sayang gedung2 tua ini sudah bukan lg landmark kota bandung sbg parijs van java.... yg ada mall dan angkot sbg identitas baru.... Bandung telah dikurung mall tanpa cita rasa lingkungan... kadang sy mikir kemana para sarjana kita itb yg ahli tata kota.... maaf loh buat rekan dr itb tiada maksud... walau keputusan akhir ada pada pemko... tp setidaknya mungkin para scholar agar terus menyuarakan ini... salam
Oleh: Andi Arsianto (10715) 18 tahun yang lalu
wah essay yang sangat bermanfaat nih pak arsitek. Ditunggu essay2 berikutnya lho... Tentang Thomas Karsten dong.. salam
Oleh: Syaefullah Kamal (36528) 18 tahun yang lalu
thank's for share ....
Oleh: Iqbal Nugraha (15871) 18 tahun yang lalu
slama ini saya seneng motret bangunan2 tsb tapi ga tau kalo yg desain ternyata orang yg sama. trimakasih atas ilmunya pak..
Oleh: Setyo Bagyo, SB (6862) 18 tahun yang lalu
Thanks mas Wibi atas masukkannya, foto2 pendukung essay nya sangat indah . . . gradasi/lightness nya matang sekali sehingga dimensinya sangat menonjol. =D> =D> =D> Ditunggu ulasan berikutnya, mungkin bisa diulas sisa2 bangunan arsitek gaya cina yang sekarang sudah langka di kota2 besar karena tergusur oleh mal dan pertokoan. B-)
Oleh: Christian Aditya (424) 18 tahun yang lalu
keren2 om foto2nya trus pake hitam putih lg tambah kerasa lawas nya.kayanya lebih enak klo forumnya seperti ini jd nambah pengetahuan bwt yg laen.Jd fotografer yg sedang hunting kmana d sharingin seperti in plus essay yg mendukung...
Oleh: R. Anton Gautama (135) 18 tahun yang lalu
fotonya keren2, kpn mo nyobain hunting ke kota, soalnya rumahnya di pinggir bandung....