Oleh: Victor W (263) 19 tahun yang lalu
hi, mungkin ini issue tabu untuk dibahas karena ada ujung duitnya tetapi kita hidup didunia nyata yang pada ahkirnya uang pun berbicara beberapa diantara kalian berminat untuk berkerja sebagai photographer, walaupun mungkin tidak semuanya bakal kerja full times job, mungkin sebagian freelance, and mungkin hanya sebagai part times job. saya rasa praktek business photography harus di tinjau bersama. Saya mengerti sekali kalau Kebanyak pemula yang mencoba terjun di dunia ini, mencoba mendapat pekerjaan dengan cara, membanting harga and ini bukan hal jelek, pada dasarnya ini adalah business and bersaing itu sehat. Tetapi juga Kalau sudah kebiasaan banting harga, customer juga melihat anda sebagai Photographer murahan and pada ahkirnya kalau orang cari photographer murahan yang dipanggil dulu yang kasih harga 1 juta atau 500.000 atau gratis. Perlu diingatkan kalau Digital Camera Plus Lens and Perlengkapan photo kalian ini harganya tidak 1 juta cukup dibeli. jadi investment and waktu serta kerja keras kalian seharusnya dihargai mereka yang benar benar meinginkan kualitas terbaik buat kepentingan mereka yang membutuhkan.Jelas sekali hal ini tidak bisa disepelekan and harus di bahas mungkin ada cara terbaik untuk pemula pemula, ini bisa berkerja tanpa harus membanting harga di market. jadi semuanya sama sama senang. ada pikiran buat union ? Organisasi wedding photography? Semoga banyak yang berminat membahas hal yang tabu ini. mungkin tabu buat photographer yang sudah ada business mantap. tetapi buat yang baru mulai adalah hal baik untuk dibahas.
Oleh: Bernardo Halim, jeber (19660) 19 tahun yang lalu
:D, gimana ya nanggepinnya..:D saya banyak ngobrol dengan orang-orang photo, baik yang pro maupun bukan pro.. Ada banyak cerita, salah satunya zaman ini, kamera digital SLR makin banyak, makin beragam, makin murah, makin gampang juga..Banyak yang terjadi dari hal-hal di atas... banyak orang yang bisa menjadikan pekerjaan ini sampingan dan pekerjaan yang santai-santai saja. Akibatnya di harga, harganya pun murah-murah, mereka sih mungkin tidak pikir itu banting harga, mungkin disebut harga coba-coba lebih cocok.. dan harganya itu bisa saja jauh di bawah para fotografer profesional.. Salah satu fotografer terkenal pernah ngomong ke temen saya, dan saya kutip lagi.. "untung gue uda punya nama sekarang, susah bersaing sekarang, yang muda-muda dan jago serta kreatif banyak sekarang..." sedikit dari saya.. lalu ada juga, temen saya yang biasa kasih harga murah ke klien, sekarang mau minta naek, susah banget, ya karena kebiasaan murah itu.. mau harga murah, mau harga tinggi, enjoy-enjoy aja selama Anda enjoy.. bayaran saya malah pernah 150.000 sebagai full photographer :D
Oleh: rangga DENAN (7171) 19 tahun yang lalu
Wah Ber ... dulu gw pernah dibayar ama Nasi Soto doang ... Ya berhubung ma temen ya seikhlasnya aja ...Mungkin ........ ya gimana yah?! Kl emg lari nya emg ke duit sih yg beginian musti dipikirin ... Tp kl cm sekedar hobby sih mo dibayar brp juga ya ga masalah ... Yg penting gw seneng aja ngelakuinnya ... Tp kl gw lagi ga Mood ... gw bisa minta harga tinggi (belagunya serasa fotografer pro)... kalo mereka ga mau ya sebodo amat, gw juga ga butuh2 amat ... ya tergantung hati sih ... Yang penting asal gw happy aja ...
Oleh: feri siregar (46) 19 tahun yang lalu
bayar..sama nggak dibayar tergantung kita juga lho...kalo saya sih sebagai pemula..asal gak tombok duit sih gak masalah..itung-itung kita motret banting harga atawa gratis bisa jadi promosi job..Tul gak (gak juga gpp..)Kalo masalah penyusutan barang kita anggap itu sebagai biaya promo kita.Siapa tau pas kita motret kenal pejabat yang anaknya mo kawin trus kita dapat job motret...(gak dapet juga gpp..siapa tau tetangga pejabat itu punya adik yang anaknya mo kawin juga,...belum lagi nanti teman adik tetangganya,..atawa temannya saudara keponakan tetangganya mo kawin juga...etc)--niru iklan.^^^ya gitu seterusnya siap tau kan..
Oleh: Guewin_WY ( Wiwin Yulius ) (103497) 19 tahun yang lalu
Saya pernah dibayar 1 juta, tapi saya bukan Fotografer Murahan :D :D .... Tapi saya orang yang baik hati yang suka menolong :D
fotografer murahan?? nggak juga ah... kalo murahan tapi hasilnya lebih bagus dari Anda?
Wah saya gak berani adu hasil dengan anda ( bapak Bernardo Halim ) Saya yakin anda punya pengalaman segudang, makanya saya disini banyak bertanya karena tidak banyak tahu. Omong omong Harga Standart Untuk Wedding Photographer itu berapa sih ? Harga Murah itu berapa ? harga Standart itu berapa ? harga mahal itu berapa ? and Kategory Banting Harga itu berapa ?
Oleh: Yohanes (5052) 19 tahun yang lalu
Dengan persaingan di bidang photography yang sudah begitu ketat maka di tuntut spesialisasi. kalau seseorang yang bisa pengerjakan semua jenis pemotretan tanpa dia mengasah atau menekuni satu jenis bidang photography biasanya akan so so lah. Di jaman sekarang dituntut sesuatu yang lain atau Ektrim, hasil photo yang ektrim, harga photo yang extrim ( maksudnya harga yang mahal sekali atau murah sekali), itu yang akan bisa bersaing futurenya. Mari mengasilkan sesuatu yang ektrim.
Oleh: Erwin Ferdiana (20896) 19 tahun yang lalu
sebagai pemain baru dan masih belum pede saya rasa semua pasti banting harga... kalo ga banting harga, mungkin susah dapet client yah... :D kalo pun di bentuk sebuah asosiasi... harga standar cuma bisa diterapkan di antara sesama anggota asosiasi... orang di luar asosiasi tetap bisa menentukan harganya sendiri... intinya kalo kita sebagai pemula, ya mau ga mau harus berani banting harga, pelan-pelan setelah makin jago, ya kita harus berani untuk buka harga yg ga murahan... karena sesuai dgn kualitas yg dihasilkan... apa dgn kita banting harga... photographer yg sudah bernama kehilangan client? saya rasa tidak tuh... :D :D just my 2cent...
Oleh: Devi rujito (584) 19 tahun yang lalu
Victor wrote : Omong omong Harga Standart Untuk Wedding Photographer itu berapa sih ? Harga Murah itu berapa ? harga Standart itu berapa ? harga mahal itu berapa ? and Kategory Banting Harga itu berapa ? -------------------------------------------------------------------------------- Standart harga gak ada patokannya om... kita beli kopi di warteg dengan beli kopi di Cafe Bean Plasa senayan jelas beda dunk harganya. yang jelas fotografer itu masuk jurang level mana..? bawah, menengah - atas, high class..?? bisa juga kan harga kelas menengah underpaid dianggap paling mahal oleh konsumen kelas bawah. Mungkin bisa lihat di iklan baris harian pos kota....bisa disebut kelas underpaid, tapi belum tentu die merasa banting harga karena memang ya itulah pasarnya. Juga pemain atas gak mungkin pasang iklan di pos kota kan..?? Gak pasang iklanpun order berdatangan. 3-5 tahun yg lalu ada semacam kesepakatan tidak resmi antara sesama pebisnis foto terutama wedding yg sudah mapan ( kalo yg merasa silahkan beri tanggapan hehe...), ada nilai batas limit underpaid utk harga jasa foto, tapi tak terhingga utk batasan harga tinggi sejauh mana kemampuan menjual fotonya. Tapi 2 tahun belakangan ini, pasar agak goyah....., banyak orang/pemain baru bisa beli SLR, DLSR...bisa marketing/temen ke temen sudah mampu ngejual foto, soal kualitas dan pengalaman second choice, yg penting harga masuk. Saya juga pernah dibayar "terima kasih" dan dibawain masakan catering utk pulang (maklum dulu masih kost, pikirnya ngirittt...hahaa). Tapi sekarang ngikuti perkembangan saja........dimana posisi kita. "salam Banting Harga"
Kok mau ya di kasih underpaid ? Masak gak berani Tolak katanya Gratisan pun mau kok. Mendingan Gratisan dari pada di hargain Rendah....hm mungkin deh. Kalau Gratisan kan Gak ada tanggung Jawab untuk kasih Hasil cetak ? hm mana yang benar ya ? kan alat camera aja mahalnya bukan main. 20 Juta tidak cukup beli Perlengkapan camera. Wah pada gak suka dengan Istilah Banting Harga, tetapi didunia ini Hal ini real, kita temui tiap hari. Kalau Gratis itu tidak banting harga lagi, tetapi mau di perbudak. Hahahahhahaha Ya mungkin Banyak Photographer yang gak butuh duit, sudah kaya jadi dibayar terima kasih pun sudah senang. Hm........ kalau bisa keluarin Duit 20 Juta lebih hanya untuk Hobby aja artinya orang kaya juga ya ?.......makanya gratisan pun gak ada masalah. Salam damai devi Rujito bukan salam banting Harga. hahahah lucu. Bagaimana Kalau Istilah Banting Harga itu kita ganti dengan....... Big sale....sound better ? Terima kasih Devi - untuk kasih pendapat disini It's sad but true that, few things represent power as much as money, measuring the quality base on the prices that you get or may be money are easy enough to measure, quality is not. But quality can be measured quantitatively in business terms
Oleh: Agung Trijatmiko (1718) 19 tahun yang lalu
Hemat saya: Harga standar tdk ada, yg ada harga minimal yaitu = cost! Istilah "banting harga" kayaknya terlalu kasar, yg ada penyesuaian terhadap pasar.. Sah2 aja kalo pro yg sdh sgt terkenal msh moto "kelas bawah" dg harga "bawah", lha wong perusahaan otomotif aja bisa bikin mobil2 dg kelas2 dan tipe2 berbeda, kan utk berbagai pasar... Mgk diatur caranya supaya tdk berkesan "banting harga" / nurunin kualitas. Kan bisa buat macam2 paket. Utk "kelas tinggi" full paket, "kelas bawah" ya mgk pake album standar, ukuran kertas gak banyak yg gede2, alat2 yg dipake standar, dll utk cost-down... Yang jelas, hasil foto tetap harus berkualitas! Saya tdk setuju kalo ada organisasi yg atur2 standar harga, utk wedding misalnya.. Lha wong harga itu berbicara, konsumen juga tau... karena harga berhubungan dengan tanggung jawab dan risiko yg makin besar, bentuk paket hasilnya, juga nama baik... Makin terkenal, nama baik makin dipertaruhkan... Ituuuuu menurut saya... kalo ada salah2 kata mohon maaf... Regards, si pemula... Maturnuwun...
hemm.. kalo dihubungkan ke bisnis..., tentunya hasil akhir adalah barter dengan "uang" ...dapur ngebul. Tapi kalo pemula dalam arti pemula dalam memanagement jual/bisnis, foto tapi sudah mahir memotret dalam bahasa jual tentunya hanya diperlukan cara trik menarik klien. Fotogerafer juga manusiaaaa.... ( tidak hanya rocker saja..hehe ), dia punya jiwa seperti apa..?? "Bisnis ato Yayasan..?" Jiwa Bisnis adalah tujuan uang.....dimana anda beli jasa utk ditukar uang, bila dihubungkan fotografi..."jual-lah foto dengan harga selayaknya". Tapi kalo anda berjiwa "YAYASAN" pasti semboyan utama adalah BERAMAL.....hahhaaa, sumbang ...sumbang dan sumbangan. Sering yang temui pada fotografer yg sepi order, buka harga ...tapi ditawar underpaid....lalu punya pikiran " ambil saja daripada tidak jalan, nanti kesamber fotografer laen". Saya selalu inget ucapan salah satu senior 6 tahun yg lalu..."kamu mau buka bisnis foto apa buka yayasan foto..?" Kalo bisnis ya jangan obral bonus dan tarif kerja bakti........ kalo yayasan, ya silahkan beramal foto kepada orang laen... hahaaaa....jadi bener juga...... salam Yayasan......ngamal. hahaaaa...
Oleh: Jodi Nain (36) 19 tahun yang lalu
Victor, Setelah membaca tulisan pertama anda beberapa kali, saya sedikit bingung, yang anda pertanyakan apa sebenarnya? Subyek "Photography Business" itu banyak topiknya, mulai dari peralatan, investasi, marketing, PRICING (termasuk marketing), dll. Kalau semua topik ditanyakan, nggak akan ada habisnya ini thread. Jadinya, kalau bisa judul topiknya diganti dengan pertanyaan yang jelas tentang topik dari Photography Business yang ingin didiskusikan, daripada melenceng nantinya. Saat ini, orang membicarakan topik perbantingan harga dalam bisnis pernikahan, apakah itu yang ingin didiskusikan atau perbantingan harga secara umumnya? Saya ingin nimbrung diskusi tapi bingung mau bahas yang mana. Thanks.
Oleh: Pinky Mirror (6382) 19 tahun yang lalu
Saya rasa yang ingin didiskusikan oleh Victor adalah masalah pricing. Berapa harga untuk pemula, menengah dan kelas professional. Tentunya menyangkut isu 'banting harga' -- apakah hal tersebut etis, bagaimana sampai bisa dikatakan banting harga dsb.... Masalah seperti ini memang cukup rumit dan sudah ada sejak dulu kala. Kalau ada organisasi yang mewadahi 80% atau lebih, katakan wedding fotografer, mungkin bisa jadi sarana untuk menentukan standard harga minimum sesuai dengan kelas fotografer tersebut. Jadi kalau ada order fotografer tidak bisa semaunya menurunkan harga, yang mana akan merugikan sesama fotografer. Sayangnya organisasi seperti itu tidak ada/belum ada. sehingga kondisinya masih bebas seperti saat ini. Silahkan dilanjutkan diskusinya :)
Oleh: Alvin Susanto (726) 19 tahun yang lalu
Wah kalau menyangkut urusan perut susah untuk dipatok. Daripada .. daripada.... nganggur, terima aja deh ordernya. Kak Pinky, walaupun organisasi wedding fotografer sudah ada, saya yakin susah untuk menerapkannya. Karena kalau tidak ada pemasukan, organisasi tidak mau mensantuni biaya hidup si fotografer. Jadi siapa donk yang akan membelikan susu atau menyekolahkan anak fotografer yang no-job. Betul ga. Menurut saya, harga fotografer makin lama makin murah karena dilibas oleh teknologi digital. Sebelum era cam-dig, fotografer prof sangat dibutuhkan untuk mendokumentasikan suatu event, tapi sekarang hanya dengan pocket cam-dig hasilnya sudah bagus banget dan ga perlu belajar fotographi, lihat di LCD kalau hasilnya kurang jepret lagi, sehingga kebutuhan akan event photogrpher prof juga berkurang karena disubstisusi oleh si-empunya hajatan dengan pocket cam-dignya. Akibatnya banyak event photographer yang job-less, akhirnya harga murah diterima juga daripada . . daripada...
Technology makin murah ? yang benar aja Pak Alvin memang beli camera satu itu terus bisa dipakai seumur hidup ? memang photographer tidak memikirkan kalau alat alat itu ada yang rusak and perlu di ganti ? -perlu di upgrade ? pak alvin bilang : "Menurut saya, harga fotografer makin lama makin murah karena dilibas oleh teknologi digital. Sebelum era cam-dig, fotografer prof sangat dibutuhkan untuk mendokumentasikan suatu event, tapi sekarang hanya dengan pocket cam-dig hasilnya sudah bagus banget dan ga perlu belajar fotographi, lihat di LCD kalau hasilnya kurang jepret lagi, sehingga kebutuhan akan event photogrpher prof juga berkurang karena disubstisusi oleh si-empunya hajatan dengan pocket cam-dignya. Akibatnya banyak event photographer yang job-less, akhirnya harga murah diterima juga daripada . . daripada." Kalau Hasil jelek bisa di cleck di LCD sebagai patokan. Sure sure. masih bisa diulang lagi kalau kurang bagus. sure sure. Kalau begitu yang namanya moment bagus bisa diulang ? contohnya Pengantin potong Kue, anda click disitu terus jelek hasilnya setelah anda lihat di LCD apakah anda bilang, stop stop stop tolong diulang ya, hasil pertama jelek? terus ada moment bagus banget seperti hal ini apa harus diulang ? dan banyak contoh contoh yang lain. Terima kasih membawa ini topic, sebab ini bagus dibahas and juga bagus untuk di beritahukan ke pengantin ( client ) kalau Moment tidak bisa diulang, sometimes take 1 click to make a great shot. hal seperti ini perlu di kasih tahu itu pengantin kalau, times gak bisa putar kembali, sebab technology yang ada sekarang ini belum menciptakan alat untuk puter waktu kembali. hahahahhahaha Photoshop 9 pun belum bisa ciptakan puter waktu kembali. mungkin photoshop 9000 version baru bisa. Thanks God for it wah kalau waktu bisa diulang semua, berapa orang yang kehilangan pekerjaan ya ? hi................. ini mungkin bagus sekali memberi Pendidikan ke calon client anda. Beli moment yang bagus itu mahal. seperti beli Koran terbitan pagi hari ini, sama koran terbitan pagi hari ini tetapi dijual Sore hari ( big Sale ), saya rasa nilainya beda bukan ?
Kak Victor, technology terutama digital, makin hari makin murah. Lucunya makin canggih makin terjangkau. 10 thn yang lalu camera digital Kodak cuma 1 megapixel harganya 10 ribuan dolar, sekarang EOS 1 DS 16,7 mp harganya 7 ribuan dollar. Tahun 2001 saya beli pentium 4 1,5 ghz harganya US$ 1.800 dgn fsb 400 L2 cache 512 mb, sekarang saya beli pentium 4 3.06 ghz cuma US$ 800 dgn fsb 800 L2 cache 1 MB, jauh lebih oke dari P4 1.5 yg US$ 1.800. Tahun 2002 saya beli monitor viewsonic pure flat 19" harganya US$ 475, sekarang cuma US$ 275. tahun 2003 akhir saya beli EOS 10D 6,3 mp + vertical gripnya 15 juta, sekarang saya beli EOD 20D 8,2 mp + vertical gripnya cuma 13 juta, padahal EOS 20D jauh lebih improve Tahun 1992 saya beli handphone AMPS motorolla harga 7,1 jt dengan kurs waktu itu 2.100 (+/- US$3.380), sekarang ini handphone paling canggih cuma US$ 1.000 sudah bisa video, camera, bluetooth Kesimpulannya adalah pendatang baru baik fotorgrafer maupun pelaku bisnis lainnya yang bergantung dengan digital, modal investasinya lebih murah sehingga harga jualnya juga murah. Saya yakin diantara fners masih ada yang pakai DSLR 4 mp dengan pentium 3, waktu itu investasinya cukup besar sehingga mau dijual sayang karena harganya jatuh. Mau dijual tinggi kaga ada yang mau beli karena pembeli cenderung beli baru dengan feature yang lebih baik. Andaikata teknology makin canggih makin mahal, kaga ada orang yang mau jual peralatannya. Dan harga bekasnya pun akan ikut naik secara linear
Setelah membaca beberapa tulisan lagi, saya rasa ada penyelewengan asumsi diantara harga investasi sebuah bisnis fotografi. Alvin Susanto memberikan beberapa contoh harga dari beberapa teknologi. Jelas, semua teknologi akhirnya menjadi lebih murah, tapi itu bukan berarti teknologi digital fotografi itu murah. Murah dibanding dengan teknologi digital fotografi 5 tahun lalu, tentu! Tapi murah dibanding film fotografi, belum tentu. Tapi kita mau membandingkan sesuatu dalam segi bisnis fotografi, bukan? Sebelum itu kita harus bedakan orang yang memang kebanyakan uang dan bisa beli kamera setiap kali merek kamera itu mengeluarkan kamera terbarunya hanya untuk hobi dengan seorang fotografer yang mendirikan bisnis. EOS 20D pakai grip "CUMA" 13 juta? Kata "CUMA" itu kan relatif, tapi kalau dalam pikiran seorang businessman, dia mungkin memikirkan, berapa lama atau berapa wedding saya harus kerjakan untuk membayar lunas kamera itu? Of course, seorang fotografer wedding akan membeli 2 kamera EOS 20D, karena backup kamera dalam wedding photography adalah sesuatu yang sangat penting. Back to digital photography becoming cheap. Dulu, seorang wedding fotografer hanya membutuhkan kamera SLR dan film, lalu film itu dia cuci dan cetak ke lab yang dia percayakan. Sekarang dengan digital photography, mana semudah itu? Seorang DIGITAL wedding fotografer HARUS bisa sedikit banyak memperbaiki fotonya sendiri, mulai dari level, white balance, exposure, contrast, dll. Untuk itu dia memperlukan komputer dengan calibrated monitor dan yang harus sama profile color managementnya dengan printer yang akan dia pakai, baik dirumah sendiri ataupun di lab professional. Kalau dia tidak memperhitungkan jerih payahnya dalam post-processing dalam menentukan harga servicenya, yah itu salah besar, soalnya dalam wedding fotografi, shootingnya hanya beberapa jam, tapi post-process sampai ke printingnya bisa berhari-hari. Now, Do I want snapshots from a pocket DIGITAL kamera dimana sang pemencet tombolnya tidak sepengalaman wedding fotografer dalam segi krop, komposisi, penantian momen, kekuatan external flashnya, dan fotografi secara umumnya, untuk pernikahan yang di Indonesia pada umumnya hanya sekali dalam hidupnya? Karena harganya lebih murah? Kalau jawaban saya pribadi sih, tidak.
Kak Nainggolan, saya bergerak dibidang video liputan wedding sudah hampir 4 tahun. 4 tahun yang lalu, setiap kali meliput video pernikahan, saya bertemu ataupun berpartner dengan fotografer film lengkap dengan ct-1 nya. Untuk foto liputan per hari, harga per album nichiaru/chiyoda untuk 3 roll 1.750.000 sampai 2 jt, kebanyakan pengantin ambil 2 album, 1 untuk akad nikah, 1 untuk resepsi Hari gini foto liputan per hari 1 album nichiaru/chiyoda untuk 3 roll 600.000 sampai 750.000 menggunakan camera film + ct 1, pengantin hanya ambil 1 album kalo akad nikah dan resepsi harinya sama Tahun ini saya pernah meliput video pernikahan adat sewaktu saya tawarkan foto liputan si calon pengantin bilang sudah ada dari pihak keluarga. Pada hari h nya saya lihat ada 2 - 3 "fotografer" keluarga yang menggunakan pocket camdig, padahal lokasi hajatan di Kebayoran Baru. Bisa dibayangkan 2 sampai 3 tahun mendatang, pocket camdig mutu dan fiturnya semakin improve dengan harga semakin terjangkau, tentunya bisa menggantikan camera film untuk liputan foto pernikahan menengah ke bawah, lagi pula pocket camdig tidak perlu di-photoshop-kan sudah tajam dan contrast. Untuk kalangan menengah ke atas, para fotografer profesional akan menggunakan digital-back yang SLR-like supaya tetap bertahan di atas Mohon pencerahan dari fotografer profesional senior, apakah benar dari masa ke masa ada penurunan riil market price. Contohnya begini kalau dulu 1 client wedding harganya x, sekarang untuk mencapai harga x tersebut harus dikasih bonus ini itu bahkan video liputan dijadikan bonus gratis. Apabila pendapat saya salah, saya minta maaf sebesar-besarnya.
Alvin dan lain lain, Debat/diskusi tentang digital fotografi vs. film fotografi dalam arti harga sudah lama berlangsung, dan mungkin setelah Canon mengeluarkan EOS20D nya dengan semi-pro quality dan entry price yang menarik dan bisa dijangkau oleh banyak orang, baru professional 35 film kamera mulai kalah market. Saya sendiri sih tidak berpendapat sama dengan pernyataannya tentang qualitas pocket digital kamera melebihi regular SLR. Pertama, kalau dalam wedding fotografi, hampir tidak mungkin kita mendapatkan momen seperti first kiss, fast dancing, lempar bunga. Saya rasa pocket digcam belum bisa secepat itu autofocusnya. Lagipula, saya sebagai pecinta fotografi tidak mau foto dimana semuanya in sharp focus, saya mau permainan depth of field supaya subyeknya terpisah dari background dan foreground, sesuatu yang pocket digcam belum bisa memproduksi. Dan Alvin, nggak perlulah panggil kak, kita paling semua seumur, kurang lebih beda 10 tahunan lah :) Mungkin malah saya lebih muda.
Hai semuanya, Wz up New Yorker Kok kita aja yang yang membahas ini Topic. mana yang lain ? apa gak ada yang punya pengalaman atau cerita soal hal ini ? Haus cerita, bagi pengalaman suka and dukanya di business photography. asik juga baca baca kalian punya pendapat. Cool
Nimbrung lg ya.. Seputar Wedding Photography: Bang Alvin, Tkg foto utk saya itu jual jasa, orang lain / pihak kelg bisa aja pake tustelnya sendiri yg kecil2 mkn canggih dan murah, kualitas dlm arti ketajaman fokus, warna, brightness-contrast, awb excellent.. tapi, momen, komposisi, original lighting (not PS editing), sense of picture kan tdk semua orang bisa spt yg diharapkan customer.. gitu menurut saya.. Bang Pinky, saya cuma kuatir, kalo ada semacam org yg bisa menerapkan standar hrg krn takut bisa merugikan tkg foto lain, lha kalo yg menentukan itu forumnya orang2 pro 'kelas tinggi' malah kasian yg maen di 'kelas bwh' dong, bnyk kan konsumen yg ingin nyewa tkg foto tp yg gajinya kelas UMR, dan mereka berhak mendptkan jasa tkg foto bayaran jg.. jd menurut saya blh2 aja ada hrg standar, tp relatif, krn mnrt saya minimal hrg yg penting lbh dr total-cost, biar ada untung keringet, mkn terkenal tkg fotonya otomatis bisa melirik ke pasar lbh tinggi dg harga lbh tinggi lagi dst... Itu pendapat saya... Maturnuwun..
Oleh: Arifin Yoshodharmo (1379) 19 tahun yang lalu
Hihihi...! Bang Victor lagi curhat yach? :D Biasa atuh mah, kalo di Indonesia, banting-bantingan harga soal biasa....! :D Mungkin bisa dijelaskan dulu, latar belakang bang victor apa? Apakah sekarang bergerak di bidang pro-Photography? atau mau mengarah ke Profesional, dan prihatin dengan keadaan sekarang, dimana sering terjadi "banting-bantingan harga"? Karena memang kenyataannya di Indonesia, ya masih begitu... Saya ndak tahu situasi di New york sana..... :D FAKTA 1: Banyak Profesional Photographer berawal dari Amatir. FAKTA 2: dari mana para amatir bisa mendapatkan pengalaman? ya dari "percobaan". The Question is: Siapa yg mau di jadikan bahan "percobaan"? (wah, istilah ini terlalu kasar, silahkan di ganti sendiri :D ) Intinya, siapa yg mau di jadikan bahan latihan? Kalo motret model, kita bisa minta temen atau pacar, kalo mau motret wedding, masak orang suruh wedding, buat bahan latihan kita? FAKTA 3: Amatir ikut-ikutan motret gratis, sebagai bahan "percobaan" dan latihannya. Contoh, ada orang wedding, ikut ikutan motret secara sukarela, hasilnya pun dinikmati sendiri, untuk di upload, ataupun diberikan secara gratis kepada keluarga pengantin. FAKTA 3: Karena hasilnya makin bagus, akhirnya diminta memotret acara-acara, atau memotret temen dan temennya temen, dll. Karena DI MINTA, biasanya diberikan ucapan terima kasih, berupa nasi bungkus (saya pernah motret buat majalah, dapetnya ya nasi bungkus itu! :D tapi sebenernya, nama kita khan masuk majalah, jadi ada benefit yg lain, yaitu PROMOSI). Bisa juga berupa UANG pengganti biaya transportasi, biaya filem, cuci cetak, dll. FAKTA 4: Karena hasilnya memang bagus, dan sang fotografer juga MAU duit, buat beli peralatan fotografi dan ini-itu. Apalagi kalau ditambah keadaan, bahwa sang fotografer amatir tadi BUTUH duit karena sudah lulus kuliah atau PHK dan susah cari kerja, ataupun gaji di kantor tidak mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Maka sang fotografer mulai PASANG TARIF yang bisa menutupi biaya produksi, sekaligus memberikan keuntungan yang CUKUP bagi kehidupannya. FAKTA 5: Ukuran CUKUP bagi tiap orang berbeda-beda. Makin tinggi pengalaman dan makin bagus kualitas hasilnya, biasanya orang bisa psang harga tinggi. Belum lagi kalau dalam proses prodksi, melibatkan banyak orang, waktu, tenaga dan pemikiran, tentunya makin banyak yang harus dihargai, bukan? FAKTA 6: ternyata yang bisa "motret" bukan cuma sang fotografer sendirian, karena ternyata, banyak amatir-amatir lain, semi pro-semi pro lain, dan bahkan profesional serta studio foto besar lain yang juga bisa motret serta memberikan benefit dan service lain, selain kualitas foto yang bagus (BAGUS ini juga relatif, jadi ndak usah diperdebatkan, karena kita lagi ngomongin soal "banting-bantingan" harga. FAKTA 7: karena adanya PERSAINGAN, maka mau tidak mau, sang fotografer harus bisa memberikan "sesuatu" agar bisa merebut hati sang calon customer. FAKTA 8: untuk merebut hati calon customer, tidak cukup dengan pamer foto dengan kualitas bagus. Apalagi calon customer khan juga berbeda-beda, baik dari segi persepsi, nilai seni dan juga kemauan serta KEMAMPUAN / daya beli. FAKTA 9: Maka disusunlah strategi promosi dengan bermacam-macam cara. Ada yang menekankan pada seni foto, creative angle, disain yang bagus, album eksklusif, dll, bahkan sampai pada HARGA yang lebih murah dibandingkan pesaing sekelasnya. Sehingga timbullah perang harga atau istilahnya "banting-bantingan" harga. FAKTA 10: Banting-bantingan harga, ternyata menimbulkan efek negatif, seperti client minta harga yang makin murah (apalagi kalau kliennya kurang menghargai seni dan pengalaman sang fotografer, sehingga beranggapan bisa digantikan oleh kamera digital pocket yang semakin bagus dan mudah serta makin murah), susah menaikkan harga, dll. KESIMPULAN: Fotografer yang akan memenangkan persaingan adalah fotografer yang mempunyai strategi serta bauran marketing yang terbaik (Price, Product, Place, Promotion). Sehingga, tidak perlu takut dengan keadaan "banting-bantingan" harga tersebut. Apalagi, setiap saat, akan makin banyak fotografer amatir dengan kamera digital yang semakin baik, mudah dan murah. Itulah keadaan yang harus siap dihadapi. Mungkin bisa juga ditambahkan faktor "luck" alias berkah dari TUHAN ...! makanya, rajinlah berdoa..... :P Salam damai.....! :D Mohon maaf banget, kalo tulisannya susah dimengerti, gara-gara susunan bahasa yg amburadul! Abis jarang menulis sich...! :p
Pin....panjang amat kalo di filemkan udah berapa roll neih..? kalo pindah ke CF udah berapa gygabyte.??=D> :))
Wah, bang Arifin, tulisannya sampai ke hati.. jadi terharu... Saya nambahin, masalah 'banting harga' memang bisa 'negatif / merugikan', tapi hemat saya, di wedding misal, konsumen bisa melihat, karena risiko konsumen jg besar, kan belum pernah ada jika foto2nya gagal (gak jadi misal / error lainnya) trus konsumen mendptkan ganti rugi sekian kali lipat price dari si tkg foto.. konsumen tdk bisa coba2 dulu kan? berarti dia harus melihat, misal contoh foto2nya (port-folio), lalu paket2 hasilnya, dll dan akhirnya pricenya, di sini price akan berbicara, utk konsumen yg high-class (misal anak mentri) tentu tdk akan mau mengambil risiko besar jika foto2nya gagal / jelek, jadi cenderung akan menyewa tkg foto yg 'berkelas tinggi' dg harga tinggi.. tapi utk yg ndak punya budget, yah mereka akan melihat tkg foto yg hrgnya lbh rendah.. so.... kalo hemat saya, ya, berusaha menawarkan jasa-service yg plg baik (jika kreatif ya yg hrs lain drpd yg lain) compare to price, then customer will see...