Oleh: Bayu Arya (665) 19 tahun yang lalu
Salam FNers. Saya hanya mau minta pendapat/saran/masukan dari rekan2 dari kejadian seperti ini: Kemarin, teman saya memperlihatkan hasil pemotretan pre wedingnya dengan salah seorang fotografer yang punya jam terbang cukup tinggi, plus keahlianya di bidang desain grafis. Tapi maaf, bagi saya hasilnya kurang memuaskan. Lalu dengan berat hati saya bertanya kepada teman saya “Jal, kok fotonya datar begini?”. “Iya nih, ini baru bahan, kata dia (si fotografer) belum di edit. Jadi ntar tinggal dipilih aja trus di edit lagi di PS”. Dalam hati saya berkomentar: kenapa harus diedit di PS? Khan fotografernya dah pake DSLR (Nikon D70 + lens kit aslinya). Klo di edit lagi di PS, kenapa gak pake digital prosuremer aja? Why he do that? Bukannya lebih membanggakan jika harus editing seminimal mungkin di PS? Bagaimana teman2?...
Oleh: Arbain Rambey (103716) 19 tahun yang lalu
Gak sesimpel itu. Dengan digital, banyak peluang terbuka. Sah-sah saja kita motret untuk bahan mentah, lalu diolah. Daripada mateng saat motret tapi udah begitu aja. Olah setelah pemotretan bisa dari banyak kemungkinan. Apa yang ada di benak Anda belum tentu sama dengan apa yang akan dilakukan. Jadi jangan mudah curiga kalau belum tahu what nextnya.....
Tapi bukanya sayang tuh Bang, D70 nya gak maksimal. Saya bukanya mau mencerca si fotografer. Tapi maaf, sekedar gambaran, kagak ada DOF nya sama sekali :(
Oleh: Dany Kartiono (20924) 19 tahun yang lalu
Kitnya apa mas ? kalo 18-70 emang cuman f 3.5 aja. Kalo mau bikin bikin DOF ya mesti di PS.
Mas Danie, dia pakai kit 17-55 f 2.8 G IF-ED dan 18-70 f 3.5. Saya lihat dari meta data-nya.
Oleh: Yadi Yasin (116383) 19 tahun yang lalu
CMIIW .... bukannya kalau wedding itu yg penting momentnya.. DOF nggak terlalu penting.. nomer dua :) Mungkin dia nggak punya 80-200 f/2.8 atau VR 70-200 f/2.8 yg bisa bikin DOF mantebh ;)
Oleh: rangga DENAN (7171) 19 tahun yang lalu
Iyah ... yg penting momentnya ...
Oleh: Alva F.P. Sondakh (9358) 19 tahun yang lalu
hmmm....mulai lagi neh...PS dan digital... saya kira apa yang dilakukan dengan PS itu sama aja dengan Darkroom Craftmanship di Analog (Chemical)....
Oleh: Yoni Tan (13785) 19 tahun yang lalu
Kesulitanku sampai sekarang waktu motret outdoor justru bukan karena teknis tapi karena sulitnya dapetin ekspresi yang pas dari modelnya dan juga background yang enak dilihat. Soal warna, tone dan lain2 sih ada yang nasehatin bisa diganti nanti aja di PS.
Oleh: Bernardo Halim, jeber (19660) 19 tahun yang lalu
tidak semua kamera dapat menghasilkan file mentah (RAW,NEF) dengan kelas prosumer...coba kamu baca topik-topik terdahulu.. kamu lihat iklan-iklan di ibukota....billboard..dll, itu pasti ada designnya...
Oleh: Ilias Irawan (57864) 19 tahun yang lalu
Wedding adalah moment, andaikan mau dibuat semaksimal mungkin seperti angle, komposisi dan sebagainya diperhitungkan, saya rasa moment penting malah terlewatkan. Foto seni dan dokumentasi walaupun foto tapi lain isinya. Foto wedding di studio, sama dilapangan, hasilnya tidak bisa disamakan. Di Studio si fotografer punya banyak waktu untuk atur segala hal, sedang dilapangan mau ngatur? Bisa2 ditimpuk sama orang :D Kenapa engga pakai digital prosumer? Kalo harga digital prosumer mendekati ke Nikon D70 kenapa tidak? Dgn D70 masih fleksibel dalam penggunaan lensa dan umumnya prosumer lensanya sudah fix lensanya dengan vario yang paten. Saya yakin, dibenak kita terpikir kalo motret gitu aja juga bisa bukan :D Walaupun demikian sebenarnya dengan kamera apa saja kita bisa jadi fotografer wedding. Tapi perlu diingat kapan dan apa moment yg perlu diambil, dimana posisi fotografernya, apa yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan dan timing yang pas dimana. Semua itu perlu jam terbang tinggi seperti yang anda sebutkan buat teman anda. Selain itu, penampilan dan performance seorang fotografer juga diperhitungkan, termasuk penggunaan alat. Apakah konsumen (pengantin) mau dipotret dengan kamera pocket digital? Malah si pengantin ragu2 kayaknya. Foto dokumentasi wedding umumnya pakai flash, mungkin hasil flashnya yang disebutkan sebagai hasil fotonya datar. Andaikan mau bermain gelap terang, hmmmm bisa2 muka pengantinnya belang belang hasilnya dan saya yakin kita bisa kena komplain juga akhirnya. Apa kata pengantin? Koq muka saya hitam sebelah? Koq saya lebih hitam? dll. Jadinya mau nagih sekian akhirnya kasih diskon deh :D;) Bedanya, edit di PS, memang ada baiknya tidak terlalu banyak edit di PS. Kebanyakan juga pan jadi kerjaan yang banyak menyita waktu bukan? Coba banyangkan dari ratusan foto dokumentasi wedding mau di edit semua? Suatu pekerjaan yang melelahkan :D dan sia-sia jika pada awalnya dapat berpikir ambil sebaik mungkin fotonya agar nantinya tidak susah. Saya utarakan ini, karena saya juga pernah menjadi fotografer wedding dan saat itu masih pakai kamera film/analog. Anadaikan jaman itu camdig sudah ada dan kebeli malah enak bersyukur. Salam.....
Oleh: Syahrani A Rahim, SAR (24824) 19 tahun yang lalu
Yang penting kan hasil akhirnya... asal bagus, why not? :)
Oleh: Roby Budiman T (15594) 19 tahun yang lalu
Setuju dengan Mbak Rani... :D :D :D
Oleh: Shalahuddin Siregar (33262) 19 tahun yang lalu
wah, kok kesannya prosumer gak bisa bikin foto sebagus D70 ya :D
Mas yadi, bukanya wedding tapi pre wedding. Bagi saya unsur artnya harus kental donk. Untuk bang Alva, ini bukan masalah PS dan digital. Saya bisa maklumin klo dia motret pakai A50 atau pake coolpix 3700 ,trus di touch lagi di PS. Yang saya permasalahkan dia itu pakai D70. Sayang khan klo gak dimaksimalkan? :) Pendapat mbak rani emang ada betulnya, tapi aku mangel aja, kok kayaknya fotografer teman ku kesanya 'pemalas'. BTW, ini teman baik ku lho mbak, teman satu kost-an dulu :( Mas jeber, emang sih.......tapi khan sayang mas klo D70 gak dimaksimalkan? . Jujur saja, saya hanya ingin berbagi pendapat dan menyampaikan unek-unek :)
Oleh: Ucok P. Harahap (40158) 19 tahun yang lalu
Saya pakai DSLR dan Digital Prosumer. Waduh Mas.... jauh banget bedanya. Yang prosumer juga lebih susah diolah.
Bang Ucok.......ohhh............ thx buat sharingnya. Simple sih, tapi saya jadi bisa menerka isi kepala si fotografer. :)
Oleh: Ahmad Syafiq, Syafiq (39799) 19 tahun yang lalu
Maksudnya dimaksimalkan tuh gimana sih? Nggak begitu ngerti nih. Tapi kalo maksudnya setting di kameranya dimaksimalkan ya bisa aja diatur2 tonenya, sharpeningnya, dsbnya. Kenapa nggak coba anda tanya settingan D70nya kayak apa yang teman anda pake itu. Pake RAW atau JPEG? Setau saya, banyak profesional yang pake RAW yang implicitly berarti emang mau di postprocessing di PS atau software pengolah image lainnya. Dan approach Nikon adalah memang in-camera processingnya minimal (misalnya less in-camera sharpening dibanding *neutral mode on* Canon), yah artinya harus dipostprocess, meskipun kalau diatur settingannya bisa aja sih, tapi emang banyak yang lebih suka ngatur2nya nanti setelah keluar dari kamera yaitu di PS. Lagian make PS juga nggak dosa kok :D
Oleh: Igor F Firdauzi (185236) 19 tahun yang lalu
betul memakai PS bukan dosa, kalau tambah bagus ya pakai aja tapi waktu dulu saya dimarahin kok mainan Play Station karena jadi males belajar
Kak Igor hahaha...tahun 70s belum ada playstation lagi..
Waktu kecil dulu saya seneng main Dokter2-an. Nah.. udah gede gini masak mau main dokter2-an lagi, Mainannya PhotoShop doong.. :) Photo-Shop : Photo : Gambar Shop : Sayur PhotoShop : Gambar Sayur ;))
bukanya shop itu artinya belanja? jadi photoshop = belanja phto.... :) mas syafiq ntar saya tanyain deh ama si forografer.....mengenai settinganya!!
kalo saya pribadi..bukan hasil akhir di kamera diutamakan... karena saya mempunyai logika bahwa sharpen, contrast dll pasti akan lebih mantap bila diolah oleh otak komputer yang mempunyai kemampuan perhitungan tinggi dengan berbagai macam softwarenya.. saya akan lebih memanfaatkan fitur kamera tersebut...ambil gambar yang bagus...diperbagus di komputer..IMHO...
Oleh: Heri C., Winale (5653) 19 tahun yang lalu
Jadi itulah faktanya. Ada Photographer dan ada "PS Photographer". Yang terakhir ini, IMHO, pada individu tertentu mungkin cuman sampai pada bisa motret alakadarnya tetapi mahir buat foto bagus setelah dan menggantungkan hasil PS. Nggak salah memang, dan untuk membuat foto bagus lewat PS apa memang salah? Adapun photographer (nggak pake embel2 lain) ialah sosok yg kita tahu selama ini. Bisa dan tahu membuat foto tanpa harus mengenal PS, terlepas sesekali gagal dalam mengabadikan moment. Yah namanya manusia, nggak ada yg sempurna. Jadi, apa nak dikata ... zaman yg berpacu dengan teknologi sekarang ini kita tak bisa mengesampingkan begitu saja pengaruh2 positiv perkembangan jaman. PS hasil perkembangan kemajuan manusia dan untuk memudahkan pekerjaan fotografi dan seni visual. Kita harus menerimanya dengan gembira.
oke deh kakak............ :) pendapat mas winale sedikit mampu meredam hati saya.
Oleh: Antonyus Bunjamin (26617) 19 tahun yang lalu
Yang dituju sebenarnya hanya satu.... Hasil yang Maksimal yang digemari oleh client.... masalah alat hanya no 2..