Oleh: Jodi Nain (36) 19 tahun yang lalu
Teman se-industry, Tujuan saya disini adalah untuk mengerti cara industri fotografi di Indonesia bekerja. Seorang fotografer ingin mengisi portfolionya tapi menemukan dirinya tidak mempunyai dana untuk menyewa (hire) seorang model. Apakah dia hanya bisa bertopang dengan mengisi bukunya dengan teman-teman (dan teman dari teman) cantiknya? Lalu kalau sudah di level tersebut, bagaimana dia mendorong level photographynya tanpa bantuan professional model/modeling agency? Apakah modeling agency di Indonesia tidak memberikan 'barter' dengan memberikan model pemulanya untuk difoto dengan photographer 'pemula', sehingga kedua belah pihak beruntung? Sang photographer dapat shooting time dan sang model mendapat camera time. Kalau ada yang bisa jawab dari pihak modeling agency, kayaknya banyak fotografer di forum ini yang bisa memanfaatkan infonya. Terima kasih sebelumnya, Jodi Nainggolan
Oleh: Suwandi Gani (41652) 19 tahun yang lalu
kalo mas di palembang bisa dibantu
Oleh: Antonius Bayu K (13404) 19 tahun yang lalu
ikut hunting dan workshop..juga bisa hasilnya dibuatkan menjadi portfolio..sebetulnya teman2 yg cantik bisa dijadikan objek..kan fotografer membuat yg kurang cantik menjadi cantik..bukan sebaliknya..? kalu aku sich hasil2 hunting bersama dgn fn atau dgn beberapa kelompok footgrafi dibuatkan portfolio.. tinggal kita akan mengarahkan kemana..usaha photographynya..IMHO.. salam
Terima kasih Suwandi dan Antonius atas komentarnya, mungkin rekan yang banyak pengalaman bisa berbagi cerita tentang permulaan perjalanan fotografi mereka. Workshop memang bisa menambah portfolio, tetapi melihat dari liputan workshop yang ada di forum ini, kayaknya susah sekali untuk mendapatkan sebuah image yang powerful kalau modelnya difoto secara 'serbu'. Kalaupun dapat, ada kesan untung karena kita tidak secara aktif men-direct modelnya untuk berpose sedemikian rupa sehingga pose dia dan komposisi kita harmonis didalam image yang kita sedang ciptakan. Saya sendiri sudah ke workshop dikota tempat tinggal saya dan dapat waktu one on one dengan model. Tantangan besar sekali, tapi banyak belajar jadinya. Mungkin suatu hari saya akan upload. Sekali lagi saya undang rekan lainya utk bertukar pikiran.
Oleh: Bayu Arya (665) 19 tahun yang lalu
wah memang susah ams, tapi saya juga punya pemikiran untuk menawarkan diri ke agensi model (papan bawah-yang belum punya nama). trik ini sudah dijalankan teman saya dan cukup efektif.
Bayu, Kalau disini (NYC), kita bisa menghubungi sebuah agensi model dan meminta bantuan kolaborasi dengan mereka untuk memberikan satu atau beberapa modelnya untuk yang dinamakan test shoot. Pastinya, kita harus berkomunikasi dengan mereka tujuan dari shoot kita tersebut. Tujuan shoot (tema dsb) harus terperinci dan biasanya kita harus mempunyai tim, yaitu kita sbg fotografer, stylish (pengarah busana), make-up artist dan hair stylish. Keadaan tim tersebut membuat agency yakin bahwa kita serius dan kita berusaha membuat image sebaik mungkin. Kalau kita hanya menghandalkan model cantik tanpa make-up, hair, dan stylish professional, ditanggung imagenya pun akan banyak kekurangannya. Setuju atau tidak setuju? Ceritakan lebih banyak dong tentang temanmu yang sukses itu.
Wah mas nainggolan, teman saya dah kapok motret model......... :) sekarang dia ke poto kawinan aja!!! gak tahu kenapa jadi gitu? :-?
Oleh: Yano (15849) 19 tahun yang lalu
mungkin bisa menjalin kerjasama dengan majalah2 yang sekarang bertaburan(kalau bisa majalah2 yang udah establish), asal kita udah punya portfolio(ga usah motret model2 terkenal), yang penting angle, komposisi, lighting dan konsep foto kita matang dan extraordinary biasanya mereka mau kok diajak kerjasama. Apalagi majalah2 franchise dari luar mereka biasanya lebih banyak bekerjasama dengan photogrpaher2 contributor daripada in-house. bener ga bung Pinky? Enaknya kerjasama dengan majalah biasanya mereka sudah menyiapkan, fashion stylist, makeup stylist dan hair stylist. apalagi mereka bisa dapet juga lho produk2 bermerk seperti gucci, lanvin, dior dll, dan juga location permit, tambah semarak kan portfolio kita. cuma majalah biasanya pelit dana, jadi memang kita perlu menyediakan sendiri studio(indoor)/equipment(outdoor/indoor), bagi gua not bad, selama ingin memperpanjang portfolio dan sedikit menaikkan gengsi(kalau majalah yang udah terkenal). kalau ingin memperpanjang karir di bidan wed/prewed, pilih majalah bri dal, kalau ingin product, pilih majalah lifestyle, intinya sesuaikan aja majalahnya sama bidang yang mau digeluti. yang penting sekarang coba deh kumpulin no2 telp fashion/beauty editor majalah2 bagus. saya rasa ini bisa jadi permulaan yang baik bagi industri photography. gua punya contoh hasil merayu, seorang fashion editor majalah franchise, gua dapet 4 model papan atas dan merek baju favorit serta location yang cukup bergengsi. klik ini semuanya gratis(dibayarin majalah) kecuali equipment kita, saya waktu itu sewa lampu, dan hire seorang assistant
Jaya, Terima kasih atas linknya. Great work. Bagaimana cara menghubungi editornya? Apakah nomor kontaknya ada di majalahnya atau harus punya orang dalam? Kalau misalnya hanya ingin shooting model papan atas saja, tanpa kolaborasi majalah, bagaimana kita kontak mereka? Melalu agensi? Saya sendiri tidak tahu agensi di Jakarta ataupun model mana yang berpengalaman. Punya rekomendasi, nggak? Btw, I like the Aigner-Chacha-Audi series. mungkin kita bisa kolaborasi nanti. Thanks again.