Oleh: Galis Ragasunu (6359) 20 tahun yang lalu
Saya mengetik forum diskusi ini sekedar hanya saya ingin menyampaikan aspirasi yang sedikit keawaman tentang nilai foto yang didasarkan keoriginalan tanpa diolah oleh program digital apapun. Maaf bila forum ini ditempatkan yang tidak sesuai. Mengingat perkembangan seni foto di Fotografer Net (FN) semakin bagus dan yahud. Terutama klasifikasi foto pemandangan (lansekap) dan permainan komposisi serta pencahayaan. Serta teknologi di bidang fotografi terbilang cukup mutakhir karena era digital yang semakin canggih dari hari ke hari lain dan perangkat komputer baik hardware maupun software yang saling mendukung. Saya amat penasaran bahwa nilai foto digital yang sudah diolah oleh program digital selalu dikasih nilai tinggi (3 jempol) daripada nilai foto yang tanpa diolah dengan apapun. Selama, saya menggunakan kamera analog (F80) dan memakai film print. Saya sedikit memahami teknik fotografi, misalnya : kecepatan rana, bukaan rana, ketepatan fokus, pengaturan cahaya yang tepat dan akurat, komposisi dan sebagainya. Menilai foto yang dihasilkan oleh kamera analog. Pastilah ada sisi kenilaian teknik fotografi yang telah sudah sebutkan di atas. Tetapi ganjalan adalah “Apakah kita harus menilai foto yang sudah diolah oleh digital yang sesuai nilai terhadap keoriginalan foto?”. Bagaimana pendapatmu? Semoga segala kritikan yang dapat membangun fondasi ilmu fotografi. Dengan kerendahan hati saya minta maaf bila forum ini tidak berkenaan di hati anda dan semua. Salam Foto.
Oleh: Judhi Prasetyo. (38908) 20 tahun yang lalu
Sebelum ke pokok masalah, saya ingin berkomentar bahwa olahan secara digital tidak tergantung apakah diambil dengan kamera digital ataukah film. Ada beberapa karya saya yang diambil dengan film negative dan slide yang lalu diolah secara digital, baik untuk meningkatkan ketajaman, saturasi, mengurangi noise, dsb. Sekarang menjawab pertanyaan Galis mengenai nilai keorisinilan. Menurut saya yang perlu dinilai keorisinilannya hanyalah foto-foto jurnalistik dan dokumentasi. Ini masih sulit diterima untuk foto2 yang diambil dengan kamera digital (lihat topik2 lainnya). Mengapa? Pada foto2 kategori selain jurnalistik dan dokumentasi cenderung lebih menonjolkan keindahan gambar daripada cerita yang terkandung di dalamnya. Jadi usaha-usaha untuk menonjolkan keindahan itu sendiripun patut dihargai dan dinilai (misal: keahlian di kamar gelap atau keahlian dalam menggunakan perangkat lunak). Tambahan lagi, beberapa kamera digital masa kini dilengkapi dengan prosesor canggih yang bisa memproses hal-hal di atas secara langsung di kamera itu sendiri tanpa bantuan komputer personal. Jadi bagaimana kita akan menghargai keorisinilan sebuah gambar jika foto yang keluar dari kamera itu sendiripun sudah mengalami proses pengolahan? :)
Oleh: Kristianto Gunawan T (145148) 20 tahun yang lalu
Hasil suatu foto yang diambil secara original seperti istilahnya Galis memang mempunyai nilai keunggulan tersendiri bila hasilnya sangat bagus (tanpa harus ada olah digital seperti banyak foto di FN ini); istilahnya Perfect Photo. Pandangan ini umum dianut oleh teman2 yang kurang menyukai olah digital, tetapi memang dari hasil akhir yang didapat nilai tertingginya itu adalah ke originalitasnya itu! Adanya proses digital untuk menolong kondisi foto analog yang terlanjur rusak sepertinya tidak terlalu berpengaruh, atau seperti yang saya alami untuk menyimpan foto analog menjadi data digital biasanya terjadi penurunan kwalitas gambar (ketajaman dsb), sehingga olah digitalnya hanya sekadar untuk mengusahakan hasil yang didapat semaksimal mungkin. Harus diakui bahwa hasil olah digital menghasilkan foto2 yang kadang sangat fantastis, dari segi keindahan jelas foto itu indah dan disukai banyak orang, tapi kalau pandangan soal originalitas maka jelas sangat tidak memenuhi persyaratan tersebut.
terima kasih Mas Judhi yang terhormat saya sudah sedikit mengerti pendapat Mas Judhi mengatakan "kita akan menghargai keorisinilan sebuah gambar jika foto yang keluar dari kamera itu sendiripun sudah mengalami proses pengolahan?"
Oleh: Joko Nugroho (6053) 20 tahun yang lalu
Lemparan topik yang menarik. Saya tertarik sekali dengan penampakan original suatu foto. Jika melihat foto hasil olah digital biasanya muncul pertanyaan mengenai hasil asli dari kameranya, seperti apa sih gambar aslinya? Kemudian dari yang original ini bisa lebih mempermudah rekan-rekan lain untuk memberikan saran-saran dalam hal teknik pengambilannya, untuk memperbaikinya dalam hal pengambilan. Mungkin perlu ada kategori foto original nih jadi isinya hasil jepretan langsung (buat kamera digital) dan scan langsung buat camera analog, prosesnya maksimum ya cuma resize dan cropping saja. Nilai suatu foto yang masih asli dengan yang sudah diretouch digital kemungkinan besar akan berbeda. Salam.
Oleh: Heru Tjandranata (11151) 20 tahun yang lalu
Dengan hormat saya sampaikan moto saya terbaru, Biar Fotoshop yang Bicara. Tidak dipungkiri bahwa olah digital is a must for me. Maaf bagi pemakai kamera film. Bagi saya, pemakai film yang tidak mem-process sendiri filmnya di kamar gelap adalah percuma, sama aja seperti saya yang selalu menggunakan olah digital untuk foto2 saya. Sorry ya kalo sok tau. Setau saya, operator mesin cetak di tempat proses film memegang kendali penuh atas hasil akhir foto. Di tempat proses ini semua 'retouch' dipegang kendali oleh operator mesin. Nah pekerjaan olah digital saya adalah menyiapkan sebuah file gambar yang sudah siap dicetak tanpa perlu koreksi apapun oleh operator mesin. Itulah mengapa akhirnya saya memutuskan moto tersebut diatas. Orisinalitas? Saya setuju banget dengan pentingnya ke'asli'an foto. Setidaknya, olahan digital saya semua asli dari satu file. Jarang saya membuat sandwich, atau tempelan2 yang membuat sebuah foto menjadi tidak asli komposisinya. Demikian berbagi rasa dari saya, ada salah2 kata, maapin yak.
Oleh: Dhian Raharjo (11690) 20 tahun yang lalu
kakak2 yang dihormati... seni itu bagian dari budaya yang akan terus bergeser. saatnya kita menerima keindahan sentuhan digital sebagai bagian dari seni fotografi. menurutku seharusnya tidak ada lagi arogansi aliran baik dari pengguna kamera film maupun mereka yang terlahir dari kamera digital. toh masing2 punya kebanggan sendiri2. mari kita sama2 menghasilkan keajaiban lewat fotografi. hormat saya; ~dhian :D
Oleh: susilo w. (50869) 20 tahun yang lalu
Motret aja yuuukkkkkk.....
Sulit untuk mengatakan bahwa sebuah foto itu aslinya seperti ini atau seperti itu. Mari kita ambil contoh soal keorisinilan warnanya saja. Sebuah foto yang diambil dengan film Fuji Superia ASA200 kemudian dicetak di laboratorium foto A dan laboratorium foto B, hasilnya sudah bisa berbeda. Bahkan sama-sama dicetak di tempat yang sama pun hasilnya bisa berbeda jika orang yang memprosesnya berbeda. Belum lagi memperhitungkan jenis kertas cetak foto yang dipakai. Sampai di sini hasil cetakan mana yang bisa dianggap orisinil? OK, itu baru sampai pada taraf mencetak ke kertas. Sekarang dari kertas harus di-scan supaya menjadi file elektronik yang bisa dibaca komputer. Merek scanner dan model yang sangat beragam akan menghasilkan hasil scanning yang sangat beraneka pula walaupun scanning dilakukan dengan default setting. Sekarang tambah bingung lagi kalau ingin ngotot bilang bahwa warna-warni pada foto tadi adalah orisinil. Itu baru warna, belum ketajaman yang dipengaruhi ukuran cetakan, kualitas enlarger, dan resolusi scanner yang dipakai. Daripada tambah bingung mending ikut jeng Susi motret lagi aja :D
terima kasih atas penjelasan dari kakak-kakak... saya merasa cukup puas atas jawaban. saya menyukai keorsinilan karena saya mengiranya bahwa keorsinilan mempunyai tersendiri khas bagi fotografer yang mengatur rana, bukaan, fokus dan komposisi sehingga mengecap sebagai rasa mata hati terhadap fotografi. Misalnya, keinginan si fotografi memotret senatural mungkin apapun tanpa diolah apapun sehingga mengasah kemampuan mata dan hati terhadap peka situasi cahaya, warna, kondisi lingkungan. itu pendapat saya. sedangkan foto yang diolah digital itu mungkin untuk mencapai kepuasan tertitik tertentu di mata hati fotografer... Akan tetapi saya tetap saja menghormati karya foto siapa saja tanpa sindiran. salam
Oleh: Indi Soemardjan (7483) 20 tahun yang lalu
keorsinilan itu bahasa apa? bahasa baru? mengapa ndak pakai kata "keaslian" saja? terus terang amat menyedihkan melihat penggunaan bahasa yang tidak terkendali spt kata keorsinilan diatas :(
Iya, nanti Fuji film bingung, motto nya jadi: SEINDAH WARNA ORISINIL NYA :))
hehehe... :))
Oleh: Aditya Budi Pratomo (7325) 20 tahun yang lalu
Ya udah, kalo emang mo bener2x asli (mengikuti saran Indi :D ) pake slide ajah. Abis diproses (dicuci) udah langsung bisa dinikmati.
Galis, omong-omong... kata "keorisinilan" itu betul-betul ciptaan asli anda atau bukan?
gak enak makan dia, gara2 "keorisinilan". tanggung jawab tuh... :))
lebih gaya juga "keorijinalan"
Walaupun pakai slide kalau pas motretnya pakai filter jadi orijinel ndak?
lho kok jadi pakai bahasa wartawan gitu tho?
terima kasih atas tanggapan lagi... iya, saya memilih keorsinilan daripada menyebut kata "keaslian".. Mas Indi yang hormat, Keorsinilan terhadap foto bukan hanya diperuntukkan saya tapi semua :) Tapi saya tetap menghargai foto karya apapun dengan sopan...
galis, ok deh.... saya merespeki stetmen anda juga :)
Jadi bagaimana mas? Kalau motretnya pakai filter tambahan di depan lensa masih bisa dibilang orisinil nggak?
Galis wrote : saya menyukai keorsinilan karena saya mengiranya bahwa keorsinilan mempunyai tersendiri khas bagi fotografer yang mengatur rana, bukaan, fokus dan komposisi sehingga mengecap sebagai rasa mata hati terhadap fotografi Judhi, kalo saya liat dari konteks yg disampaikan oleh Galis tsb, maka motret pake filter tambahan bisa dibilang orisinil, eh asli. Apalagi kalo pake slide... :D
setelah penginterpretasiannya dipahami bersama, mari dikejawantahi dalam dalam pemotretan sehari2. harus saling merespeki :))
marilah kita olweis merespeki stetmen member member FN supaya togederness bisa termentein dengan baik
Oleh: Bimo Harsono (3082) 20 tahun yang lalu
Huh... [-( kalian semua memang meributkan pepesan kosong, coba simak baek2x, si Galis itu nggak pernah nulis "Keorisinilan" tapi "KEORSINILAN" dan "KEORIGINALAN".... :))