Oleh: Alva F.P. Sondakh (9358) 20 tahun yang lalu
quotation from Peter Eisenmann "Blue LineText" : "...This idea of blurring is not less rigorous, less rational, but it admits the irrational to the rational. Today one can see this blurring in the paintings of David Salle, in the photographs of Cindy Sherman. There the blur occurs between the beautiful and the ugly, between the sensual and the intellectual; they explore at once the beautiful in the ugly and the ugly in the beautiful." "What is the 'between' in PHOTOGRAPHY?" any comments??
Oleh: Mira TJ (4738) 20 tahun yang lalu
The Apparitions dan Glimpses by R J Muna.
Oleh: masbaz (39152) 20 tahun yang lalu
Saya sendiri merasa 'blurring'-nya Eisenmann adalah bagian dari paham dekonstruktivism secara umum. Di situ Eisenmann berusaha 'mengaburkan' batasan2 fisik site plan dengan konsep(si?) lain yang ditimpakan di atasnya... superimposeBanyak pendekatan dekon, dan seperti cabang2 dekon aplikatif lainnya (arsitektur, sastra), dekon fotografi juga membutuhkan definisi archetype tertentu. Derrida sendiri mengatakan bahwa dekonstruktivism bukanlah berfokus pada "membongkar" sesuatu, tapi lebih pada sikap afirmatif.Mungkin terlalu bertele-tele untuk dibahas di sini, tapi pada intinya dekonstruktivism menolak asumsi bahwa suatu karya (dalam hal ini fotografi) mempunyai one single meaning ---> satu aspek keindahan yang afirmatif. Dengan mengungkapkan kontradiksi2 di dalam karya tadi, karya tersebut bisa menyatakan sesuatu yang lain daripada apa yang nampaknya dikatakan...
...jadi bagi saya, karyamu "Hexagonal Sun" itu dekon, tapi physical deconstructivism yang tercapai karena hasilnya yang "melawan" asumsi keindahan yang diharapkan dari sebuah foto matahari. Whether it works is another question
Oleh: Donny Pasaribu (2873) 20 tahun yang lalu
Untuk mendekonstruksi sesuatu pertama-tama kita harus tahu dulu konstruksinya apa. dalam fotografi misalnya, batasan-batasan keindahan, apa yang bagus dan apa yang jelek, dll itu apa? sebagai contoh apakah konstruksi fotografi sekarang ini adalah foto2 salon?? Lebih jauh lagi pertanyaannya, yang sering saya tanyakan juga, apakah dekonstruksi itu sesuatu yang riil? ataukah hanya utopi saja. karena berkaitan dengan sebuah sistem yang besar, dalam bahasa Adorno ada yang disebut sebagai super subjek yang mendefinisikan segala sesuatu, termasuk fotografi, dimana apa pun yang kita lakukan untuk mendekonstruksi sebenarnya hanyalah cerminan dari super subjek tadi. Minimal yang bisa kita lakukan untuk dekonstruksi, mengacu pada Foucault adalah melawan segala sesuatu yang biasa. seperti membuat foto yang tidak salon (????) di kala foto salon sedang marak2nya. membuat foto2 yang tidak biasa..
Oleh: Feri Latief (10508) 20 tahun yang lalu
Yang mau didekontruksi apaan tuh dalam fotografi...?Jadi Inget Jaques derida deh kalo ngomongin decontruction
Oleh: Agan Harahap (77838) 20 tahun yang lalu
hehehehehe..beda jaman........
Oleh: Yoni Tan (13785) 20 tahun yang lalu
Rasanya dulu pernah ada yang ngomongin deh waktu kumpul2... Pilih mana orang yang konsepnya matang tetapi tekniknya kurang atau yang kagak punya konsep tetapi tekniknya okay ? Lgs mereka sepakat bahwa milih orang yang kagak punya konsep tetapi tekniknya okay. Paling tidak ada sesuatu yg bisa dilihat. :) :) :)
Oleh: Andy Sugiharto (54126) 20 tahun yang lalu
Setuju sama yang dibilang ama Donny...buat bisa bikin sesuatu yang 'melawan' pakem estetik yang umum berlaku, tentu saja harus menguasai pakem tsb terlebih dulu. Kalo buat dengan teknik biasa aja belum bisa bikin yang bagus, apa lagi kalo di 'dekon' -kan ? Lagian Dekon udah nggak mode lagi tuhh....:D
ah, sudahlah...waste of time talking deconstruction to people yang nganggap itu cuma sekedar mode dan beda zaman.... pantas aja fotografer Indonesia nda pernah eksibisi di luar negeri...shallow-minded sih...hehehe...apalagi masuk APERTURE... but, i can't blame anyone...i'm indonesian too...hehehe deconstruction kayaknya terlalu sulit untuk di bawa di FN...hmmmpff can anyone lock this topic???
frustasi nih yee.....:D, makanya nggak usah banyak berkonsep, ntar pusing sendiri...:)
Oleh: Trisnadi Sutrisno (4225) 20 tahun yang lalu
Saya tertarik topik satu ini, punya referensi website atau buku ndak?
Trisnadi : buku "Deconstruction, Omnibus Volume", Andreas Papadakis (ed.)
Oleh: Muhammad Hifdhiy (3729) 20 tahun yang lalu
Kalau di Ilmu sejarah...antropologi...paleontologi...Teori Dekonstruksi adalah teori yang dianggap melawan kebenaran -fiktif saya setuju...juga di dalam fotografi (buat saya fotografi adalah merekam apa yang sebenarnya...artinya tidak membawa kita terlalu jauh pada alam bawah sadar....IMHO) :D
Alva, terus dekonstruksi seperti apa yang anda harapkan? Dengan melempar topik ke forum terus kemudian memintanya untuk dikunci begitu ada perbedaan pendapat? Dekonstruktivism pasti akan sulit dibawa ke FN, kalau cara anda membawanya seperti itu... Saya melihat anda belum memaparkan pemikiran anda, anda sudah menyerang orang lain dengan mengatakannya shallow-mindedDekonstruktivism bukan hanya masalah bongkar-membongkar, it is a mental state, far deeper than just a physical symbolism. Apakah anda siap untuk meninggalkan konsepsi dasar anda akan keindahan? Tabula rasa?Saya jadi ragu, member FN atau anda yang belum siap untuk berdiskusi? :-?
masbaz : pemikiran saya??? saya kira, awalnya dari kutipan di atas... tapi sayangnya mungkin member FN tidak membacanya (termasuk anda???) anda - anda hanya menyerang DEKONSTRUKSI in general...dekonstruksi as a mode?? different age?? masbaz sendiri tidak memberi tanggapan atas pertanyaan di atas what is the between in PHOTOGRAPHY?? atau menanggapi "the exploration of ugly in beautiful...vice versa", iya kan?? maaf, kalau tanggapan terakhir terlalu kasar(??)...i was just too emotional.... o ya...i don't like calling it deconstructivism...i prefer deconstructionism...(Eisenmann's term) atau kita fokuskan pembicaraan kita pada...eksplorasi "ugly in beautiful or vice versa".... well, what do you say??
mungkin judul topic ini yang Out Of Topic ya???...hehehehe
ah....let me just give you somethings from my mind (they're keep tickling my mind, padahal udah di ujung tidur)... mungkin saya lebih baik mengangkat topik ini ke medan pemikiran yang lebih luas...maksud saya, topik ini akan saya bawa ke aliran pemikiran Pos-strukturalisme saja... hal ini agar mengurangi ketakutan akan kata dekonstruksi yang mungkin dirasa terlalu....ehm, apa ya??? pada pos-strukturalisme, dikenal ada setidaknya 3 pemikir utama yang mengawali aliran ini....Derrida, Foucault, dan Lacan.. Derrida bergerak mempersoalkan "Writing" Foucault bergerak mempersoalkan "Diskursus/Wacana" Lacan bergerak di bidang Psikoanalisis (saya sendiri belum mendalami pemikiran-pemikirannya) ketiga-tiganya bergerak mempersoalkan Struktur yang stabil yang ada dalam suatu subjek. salah satu hal yang dipersoalkan mereka adalah hubungan stabil antara penanda dan petanda, proposisi dan realitas. Derrida lewat dekonstruksi meninggikan penanda, sehingga penanda memiliki posisi yang murni dan sederhana yang tidak memiliki rujukan - rujukan apapun diluarnya. Penanda selalu akan merujuk pada penanda lain yang menunjuk pada penanda lain....Penanda yang tidak berujung. Dekonstruksi mencari penanda - penanda ini dalam teks/tulisan. atau dalam istilahnya mencari Differance / Trace (Eisenmann menggunakan istilah ini dalam metode desainnya, dia mencari jejak - jejak dalam site/tapak sebelum ia membangun sesuatu) Foucault mempersoalkan struktur yang stabil ini lewat studi ilmu - ilmu sosial. Salah satunya studi mengenai wacana kegilaan. Apakah Kegilaan itu?? sebelum adanya rumah sakit jiwa, kegilaan dianggap sebagai kutukan dari Tuhan...sekarang kegilaan dianggap sebagai sebuah penyakit. Dari pemaparannya, terlihat bahwa apa yang kita kenal sebagai Kegilaan, tidak lain adalah sebuah wacana yang selalu berkembang, berubah atau tidak stabil....Struktur wacana yang tidak stabil... Sekarang pemikiran posstrukturalis ini, saya bawa ke fotografi (sebagai anak bungsu seni visual).... sebagai sebuah wacana... Apa itu Fotografi??? M. Hifdhiy : merekam apa yang sebenarnya...Oxford Enc. Dict. : Likeness..... sekarang saya tanya...Apa itu "sebenarnya", atau mungkin what is Reality?? What is Likeness?? Objects with sharp edges (sharp focus)??? Reality with sharp edges??? kalau mau lebih jauh....what is an object?? what is sharp??? what is edges??? atau is Reality beautiful objects?? beautiful composition?? beautiful lighting?? (saya berbicara reality dalam fotografi) what is beautiful?? what is composition?? ketika kita menjawabnya, kita akan menemukan bahwa semua jawaban kita hanya akan merujuk pada penanda - penanda lain yang tiada akhirnya.... akan terlihat bahwa wacana fotografi yang selama ini kita kenal ternyata hanyalah sebuah ujung dari jejak - jejak penanda yang sangat panjang..... setelah menyimak hal ini....saya tanya lagi, Apa itu Fotografi?? merekam apa yang sebenarnya merekam keindahan dan jejak - jejaknya... merekam realitas dan jejak - jejaknya.... (saya terpaksa memberikan contoh) contohnya, "Hexagonal Sun", "the Pink is the POI", Digital Retouching "the Man Up There" (walau ini pun harus dibicarakan lebih lanjut).... saya berusaha menampilkan the "betweenness"/the traces in Photography... Masih banyak wacana - wacana lain dalam fotografi (saya hanya menyentuh yang dasarnya saja)....misalnya, wacana teknis...kenapa orang motret objek pada jarak sekian, harus pake setting fokus sekian (misalnya).... now you can see why did i write shallow-minded... dekonstruksi dimengerti sebagai sesuatu yang membongkar sesuatu, padahal menurut Derrida sendiri ia tidak ingin dekonstruksi membongkar, ia ingin menampilkan sesuatu yang "lain" bersama - sama dengan sesuatu itu sendiri....menampilkan jejak - jejak bersama - sama dengan sesuatu itu.... maaf, jika tulisan ini terlalu panjang....atau melenceng ke sana - sini...kalau ada yang salah, nanti saya edit....saya mendekonstruksi tulisan saya sendiri.... btw, pemikiran dekonstruksi dalam fotografi ini muncul karena adanya kejenuhan dalam memotret 600-an beautiful (in your terms)photos, and seeing tens of thousands of them.....
hehe maaf ya bang alva....saya jadi pingin ikut-ikutan...padahal saya nggak mau, saya malas berbicara panjang lebar...dengan bahasa-bahasa 'tinggi' yang sulit dimengerti kebanyakan orang....ditambah memang saya memang sangat 'shallow minded' sekali maksud bozz masbaz....apakah bozz alva sudah mendeskripsikan bgmn yang dimaksud 'dekon' itu sendiri (menurut diri sendiri) dengan hub. dunia fotografi...jadi sebelum mengajak orang lain bicara tentang dekon... dimulai dari anda sendiri dulu... baru kita mengikuti alur....
anda...membawa kita pada pengertian Dekonstruksi secara general(saya yang shallow tidak merasa dibawa pada sesuatu hal yang ada hub. nya dengan fotografi itu sendiri)...maka kita pun menanggapi sama...posting thread seperti ini seperti mancing-mancing "...." kalau boleh jujur saya mah kurang akrab dengan istilah dekonstruksianism di fotografi...yang paling umum dan terdengar...bahkan dekonstruksionism juga adalah termasuk POST-MODERNISME dalam fotografi...untuk....mendalami ini bozz alva harus mendalami dulu kisah panjang sejarah fotografi (fine art) di FN dan di indonesia banyak ahlinya...dari fotografi maupun di luar fotografi...mereka tau betul bagaimana penyampaian 'dekon...' baiknya tanya sama mereka :D
yang saya maksud 'realita' disana adalah realita sebenar-benarnya yang direkam oleh kamera...(subjek, objek, ruang(spatial), waktu(temporal) )....bukan realita hubungannya dengan unsu subjektif...kenapa saya hubungkan dengan sejarah...karena ada kemiripan dalam membangun sebuah 'foto' dengan membangun 'karya sejarah'...(keduannya sangat mirip) termasuk dalam unsur subjektifitas&objektifitas foto berbeda dengan lukisan....begitu pula kisah sejarah berbeda dengan sebuah karya sastra...(di lukisan dan karya sastra kita bisa membuat apapun yang kita mau tanpa harus ada unsur 'realita') contoh nyata adalah Foto jurnalistik...(that's the point of reality)... jejak-jejak (unsur di dalamnya) itulah yang membangun sebuah foto dan karya sejarah menjadi sebuah realitas...
saya juga shallow minded kok mas... soalnya kalok motret sukaknya low angle :-"Smori ya, mungkin saya ndak akan sesabar Rochim dalam berdiskusi. Maksud saya memang seperti itu. Diskusi tentang dekon di fotografi itu kan menu utamanya, nah saya cuma bawa appetizer-nya agar banyak orang yang tertarik untuk nimbrung, jadi memang belum menyentuh esensinya. Sekedar biar ada kesepahaman dulu apa yang dimaksud dekon itu. Terus terang saya kecewa karena Alva langsung memvonis shallow-minded. Kenapa, karena Alva sendiri pun belum memaparkan menurut kamu apa simbol2 yang bisa kita dekon di fotografi.Dekon kan erat kaitannya dengan background knowledge, pengalaman sensorik yang membentuk konsepsi. Dalam arsitektur, dekon dicirikan dengan pemakaian elemen2 yang tidak koheren, tidak eucledian. Simbolisme visual bukan? Demikian juga menurut saya yang terjadi di fotografi. Simbolisme2 visual itulah yang dilawan. Blur --> tidak blur, warna --> B/W, one-third rule --> deadcenter, tinggal sejauh mana eksplorasinya. Pernah liat foto si suryo, "mayennce à nuit"? Itu dekon bagi saya. Anda bisa mengeksplorasi sejauh mana pun, tapi ingat... sikap afirmatifnya jangan dilupakan. Eksplorasi anda harus dapat dipertanggungjawabkan. Venturi pernah berkata, "yang membedakan arsitektur dan seni murni adalah akseptabilitas publik." Sekarang tinggal keputusan, anda akan berdiri di sisi mana?
i hereby declare...i was wrong...nobody have shallow mind...just differance...hehehe...forgive me y'all....
o ya....kalo memang dekonstruksinya kurang bisa dipahami....atau terlalu luas mungkin(??) saya minta tanggapannya soal kutipan dari Eisenmann yang di atas, soal Uglyness in Beauty, vice versa...bagaimana kita memunculkannya dalam sebuah foto... apakah digital Retouching (PS), itu masuk tindakan dekonstruksi??? atau???
dan baiknya boz alva menerangkan dulu secara tepat apa yang dikatakan derrida tentang 'dekon...' itu sendiri sehingga jelas dan nggak usah terlalu banyak meminjam bahasa asing...saya yang shallow nggak bagus bahasa inggrisnya...apalagi dipaksa harus mengerti apa yang dikatakan derrida sebagai referensi bisa dicari sebuah essai pendek dari T. Ibrahim Alfian...(Mengapa kita menolak Post-Modernisme dalam sejarah, 1999) ini sedikit "men. derrida dekonstruksi merupakan prosedur dalam menyusun suatu teks dengan membongkar teks-teks lain serta berupaya melebihi teks-teks lain itu dengan menyampaikan sesutu yang tidak dikatakan di dalam teks-teks lain itu,
bentuk-bentuk uglyness between beauty...banyak kok karya anggota FN yang menampilkan sebuah 'Inverted odissey' (meminjam istilah untuk karya-karya Claude Cahun, Maya Deren, dan Cindy Sherman) Biasanya karya begitu banyak dibikin sama orang-orang fine-art...foto konseptual...dan di FN banyak.... :D , foto jurnalistik juga bisa bicara secara berkebalikan begitu....inverted tapi ngga ambigu...tidak terlalu kabur...(ini yang saya maksud tidak membawa kita terlalu jauh ke alam bawah sadar)...tetap sarat makna...dan jelas (realita???)