Oleh: Arie Harpa S (290) 20 tahun yang lalu
Dear temans, begini, kemarin tetangga saya meninggal dunia karena tumor di lehernya, nah, saya kebagian mendokumentasikan segala kegiatan upacara kematian itu, baik sebelum dimakamkan sampai selesai dimakamkan, cuma saya bingung juga sewaktu akan mulai memotret krn saya blm pernah memotret hal2 yg demikian. Kalau di agama Islam kan jenazah dibungkus kain kafan/dipocong, juga dimandikan, terus disholatkan dll, nah kegiatan tsb (memandikan jenazah dan mengkafani jenazah) tdk saya potret krn saya berpikir nanti setelah foto dicetak malah akan membuat keluarga yang ditinggalkan selalu teringat kondisi jenazahnya dan menjadi sedih jika melihat lagi foto tsb, juga saya pikir beberapa orang ada yang takut melihat foto jenazah yang dipocong ( tetangga saya ada yang cuma ngendon dikamar krn takut melihat jenazah yang disemayamkan tsb dlm keadaan sdh dipocong), nah akhirnya saya cuma memotret saat pemberangkatan jenazah ke pemakaman (jenazah sdh dimasukan di dalam peti mati, dan saat makam sdh ditimbun. Apakah teman2 pernah punya pengalaman spt saya? sebaiknya saat memotret situasi kematian spt itu hal2 apa saja yang layak difoto? terima kasih atas perhatiannya....
Oleh: Dhian Raharjo (11690) 20 tahun yang lalu
wah kebetulan sekali, beberapa hari terakhir kok aku juga sering memikirkan memotret upacara kematian seperti ini ya.... mungkin ada baiknya dibicarakan dulu dengan pihak keluarga almarhum, biar jelas seperti apa yang diinginkan dan yang tidak. soalnya agak aneh sih menurutku, kenangan sedih kok diabadikan.
Oleh: Heru Tjandranata (11165) 20 tahun yang lalu
Saya pernah mendokumentasikan engkong saya sendiri. Beliau meninggal karena kanker usus. Kebetulan sekali saya ada foto waktu masih terlihat segar bugar, kira2 beberapa hari sebelum beliau wafat, lalu masuk RS karena kondisinya makin lemah, dan saat2 terakhir. Lalu proses2 sampai di rumah duka. Dokumentasi di rumah duka seperti biasa, lalu saat upacara penutupan peti, dan pemberangkatan jenasah ke krematorium. Karena Engkong saya sendiri, saya selalu hadir waktu upacara 7 hari, 49 hari, dan terakhir kemarin ini 100 hari. Menurut saya, selama kita bisa menjaga kondisi 'stealth', nggak ada masalah. Candid aja, klo bisa jgn ketauan kita foto. Mungkin karena kerabat sendiri, jadi memudahkan saya untuk lebih bebas mengambil dari segala sudut. Justru sebaliknya dari mas Dhian, bahwa yang dibicarakan dengan keluarga almarhum itu bukan tentang seperti apa yang mereka inginkan, melainkan membicarakan bahwa kita sebagai fotografer secara profesional akan mengambil segala momen yang potensial. Hal ini lebih ke arah minta ijin untuk kita agar dapat bergerak bebas. Kenapa? Membicarakan dengan keluarga apa yang mereka inginkan, sama saja dengan pasien menyuruh dokter menulis resep apa yang diinginkan pasien. Pihak keluarga tidak tau apa yang terbaik buat mereka. Sebagai fotografer, kita yang tugasnya menghadirkan momen2 terbaik untuk keluarga almarhum. Artinya, walaupun saya punya semua koleksi dari saat masih terlihat sehat, hingga waktu2 terakhirnya, tetap saya pilah2 mana yang pantas untuk diberikan untuk keluarga saya. Detik2 waktu beliau disusupi selang, waktu dicoblos vena nya untuk infus nggak dapet2, waktu nafasnya sudah sangat terbata2, waktu kejang2, semua saya punya fotonya. Tapi kan nggak pantes kalo itu disajikan ke keluarga saya. Akhirnya itu jadi kenangan saya pribadi. Ada sodara yang tau kalo saya motret saat2 terakhir itu, dia minta, baru saya berikan versi 'uncut' :D Kita mesti punya feeling sendiri aja, mana yg pantes, mana yang nggak pantes. Itu lebih baik kalo menurut saya lho.
Oleh: Yoni Tan (13785) 20 tahun yang lalu
Dulu waktu nenek saya meninggal saya dokumentasi mulai dari rumah sakit. Tapi karena sifatnya personal jadi saya lebih banyak shot langsung ke nenek sendiri mulai dari foto sesaat setelah meninggal, kemudian mulutnya semacam ditahan dengan tali supaya bisa menutup rapat (hanya utk 1-2 jam saja biar waktu kaku mulut dalam keadaan tertutup), kemudian dibawa ke rumah duka, dimake-up. Saya kebanyakan menggunakan lensa wide angle yang apperturenya gedhe seperti f/1.4 ataupun f/2.8 karena memakai available light utk motret suasananya. Aneh juga sih karena kadang2 justru dalam suasana duka ini semua kerabat keluarga yang dari luar kota malahan bisa datang. Jadi paling tidak kita juga bisa dokumentasikan mereka. Khan jarang2 banget ketemu. Untuk peringatan kebetulan sih keluarga saya tidak menganut peringatan 7 hari, 49 hari dan seterusnya jadi semua dokumentasi dikonsentrasikan pada waktu disemayamkan di rumah duka, prosesi ke tempat pemakaman, upacara pemakaman, dan yang aneh bin ajaib itu semacam foto keluarga di depan nisan, jadi yah kayak foto kawinan itu terbagi2 banyak keluarga.
Oleh: Andi Lubis (14072) 20 tahun yang lalu
Aku pernah memotret prosesi pembakaran jenazah beragama Hindu. Dari mulai pemandian, pencukuran, dan perabuan. Aku lakukan dengan sebaik mungkin dengan pendekatan jurnalistik, karena ini pesanan dari keluarganya. Dalam kesempatan yang lain, aku juga pernah memotret jenazah yang sudah dikafankan tapi matanya masih mendelik... Saran: jika Kak Arie pake kamera digital, capture aja dulu semua momen, lalu diseleksi dengan bantuan salah satu keluarganya. Hal ini untuk mencegah yang kak Arie kuatirkan, soal kesantunan visual kematian yang nantinya akan disaksikan oleh seluruh keluarganya...
Nah itu dia, setuju banget dengan pernyataan bang ak: capture aja dulu semua momen, lalu diseleksi dengan bantuan salah satu keluarganya.
Oleh: Bernard Juniardy,Beben (50050) 20 tahun yang lalu
Betul pendapat mas Heru, kalo saya pribadi pernah beberapa kali motretin orang meninggal itu sebaiknya diambil semua moment, kemudian diedit dengan berunding dulu dengan pihak keluarga foto2 mana saja yg layak utk ditampilkan, kemudian semua urutan prosesi keagamaan dan pemakaman sebaiknya jangan terlewatkan, kebetulan saya seorang muslim, jadi proses shalat janazah itu harus diambil secara keseluruhan.:)
Oleh: Erwin Heryanto (12578) 20 tahun yang lalu
saya juga seminggu kemarin motret nenek yg meninggal dunia. It's oke ngak ada masalah.... malah membuat saya berfikir bahwa kematian pasti terjadi pada semua orang.
Kak Erwin... makasih atas fotonya ... aku ingin tau , potongan bambu-bambu itu buat apa ya kiranya ?
Oleh: David Dewantoro (22969) 20 tahun yang lalu
Kalau nggak salah potongan bambu itu buat nutupin jenazah dan mengganjalnya agar mencium tanah Pengalamanku yang paling seru kala memotret pemakaman brur Bo, waktu itu rebutan dengan para wartawan, kasihan pihak keluarga yang terhalang sewaktu ingin melihat saat peti mati dimasukan keliang lahat, untung ada rekaman foto(grafer) pribadinya....:D
Oleh: Dany Kartiono (20924) 20 tahun yang lalu
wah bisa jadi pelajaran nih. thanks...
thanks atas masukan2-nya :)
ini ada lagi.....
Diantara keluarga yg ditinggalkan......
Bagus sekali mas Erwin semua foto2 nya..ngomong2 sampean ini punya pengalaman juga motretin upacara kematian...:)
Kebetulan aja, waktu pulang kampoeng nenek saya meninggal dunia dengan tenang (kurang lebih 2 minggu yg lalu). Kenapa saya mengabadikan upacara penguburannya ? saya ingin selalu ingat atas kebaikan hatinya.
Di Tanah Batak ada ritual "Mangokkal Holi" (membongkar tulang). Jenazah yang telah dikebumikan sekian lama, dibongkar kembali, dibersihkan untuk dimasukkan ke "rumah" baru yang berbentuk bangunan indah.
Oleh: Achmad Alwan (1176) 20 tahun yang lalu
Saya pernah, kebetulan ortu tetangga meninggal, saya berinisiatif sendiri untuk mendokumentasikan, setelah sekian kali jepret saya dibisiki salah seorang kerabat tetangga tsb katanya "atas permintaan keluarga agar saya tidak memotret", jadinya malah malu sendiri
Oleh: Taufan Wijaya (525) 20 tahun yang lalu
Dulu saya pernah membuat esai foto eyang kakung(kakek) di saat2 akhir beliau sampai meninggal. Itu setelah saya dikabari tentang vonis dokter tentang umur beliau. Pembuatan buku yang berisi belasan foto itu memakan waktu bulanan dan saya harus bolak-balik dari tempat kost ke rumah ibu baru ke rumah eyang. Esai itu kini bernilai historis yang luar biasa bagi keluarga yang ditinggalkan(dari garis ayah saya). Disana kugambarkan bagaimana seseorang berjuang menghadapi maut, bagaimana sanak-keluarga memperlakukannya, hingga situasi saat kematian itu benar-benar datang, sampai kekubur.
Oleh: Astrianto Setiawan,Wawan (36634) 20 tahun yang lalu
aku pernah motret keluarga tetangga yg meninggal. saya meliput dari upacara pemakaman dari rumah s/d kuburan. jadi serba salah jadinya mau motret keluarga dan anak2 nya tp semuanya sdg berduka.kita memang harus siap setiap saat untuk cari moment yg tepat [-o
Oleh: HSGautAmA (13122) 20 tahun yang lalu
Tiap suku atau bangsa berbeda, pasti mempunyai tradisi atas upacara kematian. Ini lumrah saja, ada kelahiran pasti ada yg mati. Jadi, jika diminta mendokumentasikan, maka ada dua poin yg harus diperhatikan: pertama pahami budaya dan kultur suku itu, agama juga memberi pengaruh penting. Prosesi dan panjang pendeknya upacara kematian tergantung pada hal ini. Contohnya bisa dilihat difoto saya ketika meliput upacara Mendudukan Mayat Kedua, aspek dokumentasi itu sendiri. Artinya fase demi fase berjalannya upacara itu harus direkam dengan baik ber urutan, dan semua elemen pendukung nya tersedia. Misal, harus ada foto keluarga, foto teman2 nya, tamu, upacaranya, dstnya. Salam :-)
Oleh: Sidik Ilmawan (2875) 20 tahun yang lalu
saya pernah juga motret upacara pemakaman teman sma saya, yang meninggal karena kecelakaan lalin, bahkan mulai dari proses pemandian, pengkafanan, shalat jenasah hingga pemakaman. Walau memang beberapa foto aku "pertimbangkan" untuk tidak ditampilkan di album keluarganya, tapi di album pribadiku dan temen-temen seangkatan ada. Jika membuka album foto tersebut, kesan yang timbul adalah... kematian bisa datang kapan aja, dimana saja... dan gak peduli dalam suasana apa... jadi mesti bersiap-siap nih..
Oleh: Dian Anggreini (2883) 20 tahun yang lalu
Aku punya pengalaman memotret jenazah nenek ku sebelum diberangkatkan ke pekuburan...... Cuman aku punya kesulitan, karena banyaknya orang jadi crowdedd, dan gak fokus... ini sebenarnya masalahku atau ada yang pernah punya masalah yang serupa. Tolong dong kalau bisa sharing ke saya. Trus pas ngambil gambar jenazah kok ada bayangan putih, padahal saya sudah pake flash. Karena kalau pake flash seharusnya lebih aman dari efek2 gerak disekitarnya. Atau ada sebab lain??? Nah ini saya mah gak mau nebak-nebak.
Oleh: Bernardo Halim, jeber (19660) 20 tahun yang lalu
terima kasih sharingnya...