Oleh: Suryo Wibowo (25088) 20 tahun yang lalu
Kemarin saya meminjam buku "Ein kleines Herz wird stark" dari perpustakaan kota tempat tinggal saya. Sebuah buku yang isinya sangat menyentuh dan patut dibaca ( sayangnya dalam bahasa jerman ). Karena itu saya mencoba membagi/share kepada rekan2 sekalian mengenai buku ini. foto: Karl-Heinz Hug
Walaupun Celina sampai sekarang tidak merasakan efek dari mal fungsi pada jantungnya, tetapi kehidupannya di masa mendatang akan bisa dirugikan oleh hal ini. Tentu saja kesalahan fungsi pada jantung ini bisa membawa kematian. Orang tua anak ini menjelaskan kepada Celina tentang hal yang akan dijalani Celina di rumah sakit. Celina bahkan mengerti, bahwa apa yang akan dialaminya ini, bukan suatu hal yang normal. "Sakit nggak,Ma?". Itu adalah satu-satunya pertanyaan yang dia lontarkan kepada ibunya.
Ketika diperiksa dengan EKG, Celina sudah mengenal dengan prosedur EKG. Ketika suster perawat menyerahkan kepada Celina sabuk EKG untuk ditangan, Celina ditanyai apakah dia sudah tau kemana dia harus pasang sabuk tersebut. Celina langsung memasang sabuk tersebut ke pergelangan tangannya dan mengamati jalannya pemeriksaan lewat monitor dengan penuh perhatian.
Celina harus menjalani check-up yang mendasar sebelum operasi. Temperatur badan diukur, telinga dan tenggorokannya di periksa secara mendetail. Juga pencernaan dan jantungnya juga diamati dengan baik-baik oleh tim dokter. Ketika Celina melihat alat pengukur tekanan darah, detak jantung dan kandungan oksigen dalam darah. Secara serentak matanya langsung terbelalak dan langsung dia menyembunyikan diri di balik badan ibunya sambil bertanya lagi:"Sakit nggak, Ma?". Kali ini Celina tidak bisa diyakinkan lagi dan mulai menangis. Tetapi setelah mengetahui bahwa pemeriksaan tekanan darah ternyata tidak sakit akhirnya dia pun berhenti menangis. Tim dokter pun bisa melanjutkan pemeriksaan yang lain tanpa masalah lagi.
Foto saat dokter berbicara terakhir kali dengan orang tua Celina sebelum operasi dilakukan dan memberi keterangan sekali lagi tentang detail jalannya operasi dan resiko-resiko yang mungkin bisa timbul. "Operasi ini sebetulnya tidak begitu berbahaya, tetapi tubuh manusia itu bukan mesin, sehingga komplikasi atau efek-efek samping tidak bisa kita cegah kemunculannya. Komplikasi memang sangat jarang, tetapi jika terbukti ada, maka sudah seyogyanya Anda siap menghadapinya." Dokter terus menerangkan kepada Markus dan Sandra Bühler yang sedang berjuang menahan cucuran air mata. "Anda harus sudah sadar, bahwa jika Celina tidak dioperasi, maka ada kemungkinan kalau dia akan sakit secara serius dan bisa mati karena penyakit ini. Jika operasi ini berjalan dengan sempurna, maka yang ada terlihat hanyalah bekas jahitan saja."
Di akhir hari penuh dengan pemeriksaan-pemeriksaan adalah rontgen. Berita gembira buat Celina adalah bahwa hari-hari sebelum operasi bisa dihabiskan di rumah bersama papa mama nya.
Sebelum operasi: Celina menerima obat penenang. Satu saat dia mencoba untuk memberontak dan memanggil ibunya. Suster dan dokter menyarankan kepada Sandra dan Markus Bühler untuk tidak menunggu di rumah sakit selama operasi, karena operasi semacam ini biasa berlangsung lama.
Operasi berjalan sesuai rencana, bahkan lebih cepat. ( berjalan selama 1 jam saja!) Jahitan dengan sehelai benang GoreTex menutup operasi tersebut. Benang tersebut nanti akan menyatu dengan sel-sel kulit secara sempurna. Setelah operasi itu, darah Celina mengalir untuk pertama kalinya di jalan yang benar, dan jantungnya berdetak normal.
Ketika menerima telefon dari rumah sakit, orang tua Celina sedang berada di kota. Kabar gembira dari tim dokter untuk mereka adalah bahwa Celina sudah berada di ruang ICU, di mana dia menerima infus morphium dan di mana semua fungsi otak, jantung dan paru-paru diawasi dengan intensiv. Celina membuka mata untuk suatu saat ketika orang tuanya memasuki ruangan ICU lalu tidur lagi karena pengaruh dari obat bius.
"Ketika Celina sadar di ICU, saya hanya b isa menangis karena gembira" tutur Karl Heins Hug, sang fotografer. "Sebelum operasi yang kami rasakan adalah stress dan khawatir tentang Celina. Satu hal yang bagi saya sangat menyentuh adalah salah satu kalimat pertama Celina ketika terbangun:"fotografernya di mana?""
Perban dari jahitan harus diganti tiap hari dan luka bekas jahitan sembuh dengan cepat. Sementara itu, Celina sudah menjalin persahabatan di ICU bersama anak-anak yang lain dan bersama suster dan dokter. Sepuluh hari setelah operasi Celina bisa meninggalkan rumah sakit.
Karl-Heinz Hug bersama Celina. Foto-foto dipotret dengan Nikon D1X, Nikkor AF-S DX 12-24/4 G IF ED, dan Nikkor AF-F VR 70-200/2,8 dan blitz SB28DX, dan juga dengan Nikon Coolpix 5400
Oleh: Triadi S (22045) 20 tahun yang lalu
Cerita kehidupan yg cukup menyentuh. Karl-Heinz tentunya juga ikut andil dalam memberikan support hidup pada Cellina.Btw, bukunya dibuat th berapa ya??...kalau saat itu umur cellina 4 th, sekarang umur berapa??.thanks for sharing.
buku itu keluar tanggal 25 September 2003 mas...so Celina sekarang mungkin sudah berusia 5 th
Oleh: Gerry Soetanto (1352) 20 tahun yang lalu
waduh! keren sekali foto2 nya. yang ybs diperiksa sambil 'ngempeng' tampak innocent banget. tapi yang paling saya kagumi justru layout cover- nya. mungkin tergolong buruk untuk tipikal di indonesia, tapi entah kenapa tetap terlihat cool/ klasik. bahkan publisher gak lupa tweak color blance foto aslinya; mungkin supaya lebih masuk dengan blok oranye- nya. apakah buku2 di jerman cover- nya se- apik ini, bung sw?
Oleh: Rochim Hadisantosa (104553) 20 tahun yang lalu
Yang kusuka kalimat "fotografernya dimana?" :x, Celine, fotogafernya ada di FN :) Cover dng ban oranye, warna2 cerah pastel, biasanya kulihat di bagian buku2 anak2 atau bacaan keluarga, kelihatannya buku itu bisa juga sebagai buku dongeng sebelum bobo, dongengnya rada serem :D Kalo di sini fotografer bisa membuat buku seperti itu, kalau di Indonesia gimana kemungkinannya yah? meliput suatu peristiwa 'sederhana' dan membukukannya.. yg berinisiatif membuat buku itu si profesor or fotografer yah?
Oleh: susilo w. (50869) 20 tahun yang lalu
Pahin dab... nuwun bagi2 karo wong sekneng kene(terutama mergo wes di terjemahke... nek urung gak bakalan tak woco critamu...:p...)
terjemahin dong sus.. :-? wah kok Susi dah pinter nulis bhs jerman gitu ya :)
Oleh: Harlim (146795) 20 tahun yang lalu
Ada keenggan nulis di forum karena susah utk nahan candaan , tetapi kali saya ikut sedikit yg sangat serius.. Share yg sangat menyentuh dan saya sangat merasakan apa Celina alami apalagi tingkat malfungsi jantung Celina lebih besar dari anak saya. Maaf jika saya hanya bisa share kisah yg bukan fotografi. Saya hanya merasa bersyukur dan saya juga merasa wajib mengingatkan akan YME apapun kepercayaan anda karena YME selalu memberi kita kesempatan. Hal ini sangat mengingatkan saya kembali akan peringatan dari YME kepada saya lewat anak yg dapatkan lewat suatu usaha cukup panjang(6 thn) . Dari 2 kali kegagalan alami dan 1 kegagalan karena saya lebih memilih nyawa sang Ibu utk tidak meneruskan karena obat penyubur dari dokter over terjadi 4 pembuahan pada sel telur. Semua itu mengingatkan saya akan sukses dan hebat yg bisa dicapai dg usia muda tiada guna jika saya tidak mengerti kata "TAKWA dan BIJAK" , dan saya masih merasa bersyukur YME masih memberi saya kesempatan dgn menpertemukan saya dg seorang dokter yg tidak ingin memakai gelar dokternya secara kebetulan. Setelah mendapat anak pertama kebahagian luar biasa tetapi anak saya rewelnya luar biasa, berganti2 dokter (4 dokter anak dan 1 kali ECG/USG jantung), semua mengatakan tidak ada masalah. Secara kebetulam ketemu dokter anak yg tidak ingin memakai gelarnya di pintu prateknya. Analisa beliau ada kebocoran di jantung yg sangat kecil pada sisi kiri belakang. Dan di anjurkan ke Ahli Jantung yg lain dg medical check yg lain juga utk check yg lebih detail. Dan memang itu betul dan syukurlah pada usia 3 bulan bisa di laksanakan operasi seperti ini cuma bedanya Dokter operasi ini menaruh Tape utk memainkan musik agar otak anak saya tetap ada respond . Dan saya selalu merasa bersyukur saya di beri kesempatan melihat putri sulung saya dan hidup bersama saya, dan saya akan selalu belajar utk lebih Bijak dan Takwa walaupun saya masih sering slengengan seperti abg . Bijak tidak perlu sesuatu yg wah dan hebat yg terpenting dari hati kita yg paling dalam, Bijak tidak perlu sesuatu yg besar bijak bisa di mulai dari sesuatu yg kecil. Kita bijak akan sering dikatakan orang bahwa kita itu bodoh, jangan dengerkan ucapan itu, suatu saat anda akan merasakan bahwa anda tidaklah bodoh utk belajar bijak. Takwa saya kembalikan pada kepercayaan kita masing2 apapun agama kita YME itu ada. Jika saya adalah penulis buku tersebut saya akan tulis "Ciptaan yg tercanggih adalah akal dan pikiran manusia yg tidak pernah berhenti utk menbuat tehnologi2 yg lebih canggih utk mendetect malfungsi jantung". Menjadi seorang pengagum tehnologi tidaklah perlu malu utk kagum akan YME. Semoga share ini beguna juga buat anda.
Oleh: Nina Ari Bates (4974) 20 tahun yang lalu
Dua teman kerjaku dalam waktu yang hampir bersamaan mendapat serangan jantung. Untung mereka bisa diselamatkan. Mereka bercerita tentang perawatan apa saja yang mereka dapatkan selama berada di rumah sakit. Ngeri kalau mendengar ceritanya. Apalagi setelah membaca cerita dari suryo, anak kecil yang berumur 4 tahun harus menjalani penderitaan yang sama. Jadi mikir ... Dua temanku tersebut keduanya menderita obesitas or kata lainnya kegemukan. Keduanya berberat badan mungkin lebih dari 200 pounds. Departemen Kesehatan Amerika telah mensyahkan bahwa kegemukan adalah masalah genting kedua setelah penyakit akibat rokok di Amerika. Aku jadi mikir di Indonesia ... Anak-anak sekarang tidak mau lagi makan sego pecel atau oseng-oseng. Mereka maunya McDonald atau KFC. Semakin banyak juga kita lihat anak-anak yang overweight. Bukannya ngesalahin makan enak penyebab sakit jantung, but aku rasa itu salah satu faktor. Setelah lama di Amerika dan merasakan makanan Amrik, tetap saja aku merasa bahwa makanan Indonesia yang paling enak ... (lha kok jadi ngelantur gini tho?). Intinya, makanan Indo tuh paling sehat, gak bikin sakit jantung. Hidup Urap, Pecel, Gado-gado, lalapan!!!!!! Mohon dimaafkan and dimaklumi, saya sedang pingin pulang Wonosari!
Oleh: Willy Sutrisno (1031) 20 tahun yang lalu
Fotonya sangat menyentuh, kita bisa seolah-olah merasakan sedang berada di kamar RS itu sendiri. By e way gimana mas S. Wibowo mengambil shot foto diatas? langsung diambil dari bukunya?
Oleh: masbaz (39152) 20 tahun yang lalu
benar2 decisive moments. Foto2nya bertutur dengan indahnya, bahkan jika disajikan tanpa copy pun. Gaya bertuturmu juga enak dibaca mas...@Harlim... that's very wise of you :)
Oleh: Eleena Oktavian (1448) 20 tahun yang lalu
Oleh: Wiratno (11293) 20 tahun yang lalu
Tumben Sur........ Ngirim yang ginian, matur nuwun.. trenyuh aku
Oleh: Dhian Raharjo (11690) 20 tahun yang lalu
ceritanya sangat menyentuh. btw... aku suka foto saat dokter menjelaskan kepada orang tua Celina, sementara Celina main teropong. makasih kak S. Wibowo atas sharingnya.
Oleh: Mira TJ (4738) 20 tahun yang lalu
Potonya Suryo lucuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu (OOT, biar).