Oleh: Alva F.P. Sondakh (9358) 20 tahun yang lalu
dari kritik-kritik yang pernah saya terima, ada satu hal yang sering muncul di dalamnya, yaitu POI... man, kayaknya POI ini penting banget ya (i hate it!!..and it sounds like the girl in "30 hari mencari cinta")...well, let me redefine the meaning of POI... POI : Points of Idealism/Ideology...just shoot and show your idealism!!! Points of Identification...identity, itu aja... Points of Idiocy...idiot's photography Points of Idiomacy...create u'r own language of photography Points of Idleness...photography of silence Points of Ignition...blow others mind with u'r photography Points of Ignorance...cuek aja and shoot!!! Points of Illness...sick photography!! Points of Illegality...u know what i mean Points of Illegitimacy...forget the rules!!! Points of Illiberality...narrow minded photography Points of Illogical...out of this logical world Points of Illusion...false ideas, use it!! Points of Imagination...dream baby, dream!! Points of Imbalance...libra, eat your heart out!!! Points of Imbecility...stupidity does count Points of Imitation...haha, it's everybody's favorite Points of Immaterial...can u show me?? i'm a ghost Points of Immaturity...show u'r photography of learning Points of Immeasurable...count the lights, hitung aja 'ndiri! Points of Immediacy...1/100000.....000000 Points of Immensity...Godzilla photography Points of Immorality...[!![[$%$$%]!!![ Points of Immortality...the year is 2523, and my photography still exist Points of Impact...BAAAAM!!!! Points of Imperfection...go to hell Perfectionest!! Points of Impersonation...let me be you Points of Implotion...self-detonated photography Points of Impoliteness...upsss, sorry!! Points of Impossiblity...hard-work photography Points of Impotence...try me Points of Impracticability...nobody would do this, but i would Points of Improbability...ah masa sih?? Points of Improperity...photography of ketidakcocokan Points of Improvisation...when the battery dries out Points of Inaccuracy...u miss the shot..who cares!! Points of Inadequacy...lack of light, lack of balance, lack of space Points of Inanimate...stillest of still life Points of Incantation...sim salabim,abrakadabra,put spells in ur photo Points of Incarnation...give me blood and flesh Points of Incidentaly...small portions of beauty Points of Incision...cut through someone's mind Points of Incompatibality...install linux on Macintosh Points of Incomprehensible...confuse!!!! Points of Incompletely...hmmm?? Points of Inconsistency/Inconstancy...harmony sucks!! Points of Indecency...taboo Points of Individualism...photography of my own Points of Ineffectiveness...u'r fired!! Points of Inefficiency...u'r fired!! Points of Infection...make others suffer the same Points of Infertility...non-productive photography Points of Inorganic...shoot the "other" Points of Insanity...Post-Surrealist photography Points of Insignificance...not important Points of Instability...Choose u'r side,man Points of Inversion...i go up, u go down Points of Irony...Opposite meanings Points of Irrationality...leave u'r reasons behind Points of Irregularity...rules, what rules?? Points of Irrelevacancy...disconnected Points of Irritation...put dusts in your eyes and u know what i mean Points of Irresponsibility...it's u'r fault supaya bisa mengerti, ganti POI di kalimat ini dengan salah satu POI di atas : "Foto anda bagus, tapi POI-nya mana?" kalo sudah, terlihat bahwa POI tidak selamanya harus "Points of Interest"... i use all of these everytime i shoot...and it feels gooood!!! try it, and give me a comment... peringatan!! * POI adalah "POINTS of I...." bukan "PHOTOGRAPHY of I....", jadi tolong dibedakan ya...so whatever Photography u do, make sure these POI are in it * terjemahan di atas adalah terjemahan bebas, sebebas anda menerjemahkannya... * i'm a sick-minded photographer, but still a photographer... * fuzzy images with bright ideas are better then bright images with fuzzy ideas....photography as an art-form is photography of ideas.. comment everything, including this warning
Oleh: Hedi Priamajar (49168) 20 tahun yang lalu
Point Of Interest (POI) yah ? Kalo ngikutin teori2 dasar fotografi sih (gak tau kalo teori fotografi Jerman 30an :D), POI memang menjadi salah satu hal yang penting supaya orang lain tahu apa yang 'disodorkan' oleh si fotografer. Kalo dianalogikan dengan novel yang gak jelas temanya dan alurnya gak keruan, apakah pembaca akan tertarik trus paham maksud pengarang ? Contoh lain, kalo saya motret langit biru bersih dari awan karena , trus saya perlihatkan ke anda, tertarik gak ? Atau bisa tau gak konsep atau apa maksud yang saya sodorkan dari foto yang hanya plain biru aja ? Tapi emang saya pernah baca di salah satu thread FN juga kalo gak salah bahwa yang terpenting dalam memotret itu sebenarnya adalah 'suka-suka'nya si fotografer yang penting sesuai dengan keinginannya dan puas, tapi apa iya kita bisa hidup dengan puas motret sesuai selera kita aja ? Kadang kan fotografer butuh apresiasi dari orang lain.Just a thought.
Oleh: Rochim Hadisantosa (104553) 20 tahun yang lalu
Tulisan menarik. Mungkin maksudnya mengajak lebih dalam menengok maksud fotografer dalam fotonya, bahwa ada banyak macam cara menafsirkan sebuah foto, tidak semata terbentur pada "point of interest" yg kita suka keliru mengartikannya (?). Dan mencoba untuk memperluas wawasan dan memperbaiki pengertian kita ttg kata "poi". Kata POI sendiri tidak ingin saya telusuri lebih jauh definisinya, karena memang simpel, titik/pusat perhatian. Yang lebih menarik menjadi bahan diskusi adalah apakah pada foto titik perhatian itu harus sedemikian gamblang tampil? menjadi benda menarik ini atau itu? Sbh foto lebih saya coba mengerti dng pendekatan mencari apa yg ingin disampaikan foto, mencoba mengerti dr seluruh komponen yg ada dalam foto. Bukan selalu menunjuk pada suatu daya tarik person atau benda tertentu secara lahiriah dlm foto. Bagi yg mulai benci dng kata POI ini, saya dapat maklum, kata POI sudah sedemikian populer di FN, nampaknya untuk mempermudah menyusun kalimat komentar menjadi simpel. Pada situs fotografi lain di LN yg saya tahu, kata ini jarang sekali digunakan, orang nggak menanyakan "Apa POI-nya", atau "POI kurang jelas", atau "Sebaiknya POI di geser." dsb. Memang kata tersebut di FN tidak berubah makna menjadi lebih khusus atau disalahartikan. Tapi yg saya tangkap, ia sudah diartikan menjadi sesuatu yg harus nampak jelas tersedia pd foto. Padahal pd foto2 misal dng pendekatan abstrak, sureal, permainan elemen grafis, mencari poi dalam artian benda tertentu tidak diperlukan lagi. Adakalanya sesuatu benda tampil bukan sebagaimana dirinya lagi, tapi menjelma berbeda, kesan keseluruhan lah yg akhirnya menjadi makna foto. Bung Alva nampaknya di atas mencoba mengatakan bhw foto ada dalam aneka ragam bentuk dan konsep. Penilaian foto nggak berhenti pd mempertanyakan apa poi-nya bila maksud foto kurang jelas. Tapi pengamat selayaknya berusaha lebih jauh untuk mengerti maksud foto. Mungkin yg dibutuhkan juga kerjasama dr fotografer, foto yg dirasakan akan sulit dicerna, mungkin lebih baik diberi penjelasan yg cukup, agar pengamat nggak terlalu keliru menafsirkan. Namun bila telah ada penjelasan yg dirasa cukup ttg suatu ide/konsep pd foto, nggak berarti juga bhw yg mengomentari foto seharusnya sepaham atau menerima ide itu.
Oleh: Danny (13075) 20 tahun yang lalu
wuih,kreatif :D
Oleh: Heru Tjandranata (11161) 20 tahun yang lalu
Ada kamera yang dipegang fotografer, adapula kamera yang dipegang seniman. Ada pula kamera yang dipegang fotografer yang berjiwa seni, ada kamera yang dipegang seniman berjiwa fotografer. Semua dipamerkan disini oleh semua golongan tersebut dan dikomentari oleh semua golongan juga. Tulisan ini membuka wawasan tentang ilmu foto yang sangat luas cakupannya. Motret motret...
Oleh: Ferry Wardiman (2905) 20 tahun yang lalu
"fuzzy images with bright ideas are better then bright images with fuzzy ideas..." Kata kata yang betul sekali dan sangat saya setujui. Meningkatkan "nilai" fotografi dari "lebih teknis" menjadi "lebih seni" adalah meningkatkan CARA MENGAPRESIASINYA. Sebuah artikel sastra tak banyak berkurang nilainya hanya karena salah cetak. Sebuah lukisan seni tak banyak berkurang nilainya hanya karena ada bagian canvas yang robek termakan usia. Sebuah persamaan matematis tak kan berkurang benarnya hanya karena cara menuliskan suatu angkanya kurang indah. Setiap cabang seni punya esensi tersendiri, dimana disana terletak nilainya. Memang tak semestinya Seni Fotografi direndahkan menjadi hanya masalah teknis belaka, betapapun rumit dan canggihnya persoalan teknis itu. Sekali lagi setuju dengan rekan Alfa.
Oleh: Eleena Oktavian (1448) 20 tahun yang lalu
Seperti halnya sebagian orang menyukai musik pop, sebagian menyukai musik jazz atau klasik. So, mari kita nikmati... :)
Oleh: Agus Saptono (2626) 20 tahun yang lalu
Bung Alva membuka cakrawala mengenai "PoI". Buat saya sendiri "PoI" tetap point of interest, karena 3% dari foto-foto saya ingin saya komunikasikan dengan orang lain. Tapi 97% foto-foto saya nggak punya "PoI" karena memang buat saya simpan sendiri. :p
makasih buat yang sependapat...now, let me give u all a sample of photography... judulnya "traces of lights (doggy style)" di kolom komentar, saya nulis "simple snapshot, traces of light, long exposure...fine-art snapshot photography" (kalo nda keliatan di sini, check out my personal page) i got 1 ThumbDown, 2TU, 1TU... foto ini memang cuma snapshot, but i have my own POI in this photo, yaitu : Points of Improvisation : kurangnya cahaya (but i don't really like using flash light), jadi pake bukaan besar, long exposure (2 detik), hasilnya warna hangat, monotonal, dengan moncong anjing (hitam) sebagai penyeimbang... Points of Inaccuracy : karena long exposure, the dog's movement terekam dengan sempurna menimbulkan kesan inaccuracy.. (i'm not a sport photographer using 1/64000)...hasilnya surrealist Points of Idealism : Snapshots can be art !!! Points of Identification : this is a dog, can't u see it?? Points of Illusion : nda perlu dijelaskan lagi... Points of Irritation/Impact/Implosion : buktinya dapat 1ThumbDown (worst of all critiques) Points of Imperfection : u can see it u'rself and other Points i wrote before... sekali lagi ini cuma snapshot, but carefully planned in my mind...when i shoot, i shoot with my mind... simple object with irrational quality, sesuatu yang membuat fotografi berbeda dengan lukisan, which is, bisa menangkap traces of light and movement.... one more thing...judulnya (doggy style) mengandung Points of Indecency/Impoliteness (kalau di baca dengan pikiran ngeres)... kalau dipandang dari sudut lain, ini foto tentang anjing yang lagi bergaya... jelas kan di judulnya doggy-style...hehehe... ini juga berarti, act of photography juga act of communicating... maksudnya seni foto jangan hanya sampai di mengambil gambar, sedangkan pemberian judul tidak mempunyai makna apa - apa... the last for now, this photo shows my Points of Insanity...Sick-minded photographer but still a photographer...Fuzzy images with bright ideas... comments are welcome PS :saya tidak membenarkan photography itu bisa sesuka - sukanya pemotret, photography itu harus dibuat dengan perencanaan estetik termasuk perencanaan teknisnya juga, walaupun itu hanya snapshot...for information, foto anjing ini merupakan hasil yang paling dekat dengan keinginan saya dari 72 shots yang saya ambil... "fine-art snapshot photography", let's create this movement...
Oleh: Grace Utomo (10175) 20 tahun yang lalu
the POI of Photography is the Photographer...:D
Tulisannya Kang Rochim bagus. Saya sangat setuju dengan paragraf terakhir dari tulisannya.Bung Alva, saya yang kasih anda 1 TD di 'traces of light' anda tapi itu bukan berarti saya gak setuju dengan tulisan anda di sini kok. Hal itu saya lakukan setelah lama mengamati karya anda itu dan saya memberikan nilai sebelum saya baca thread ini. Kenapa saya berikan 1TD, karena saya tidak paham dengan konsep serta tema yang anda tuangkan dalam karya anda walau anda harus ambil 72 shots. Bahkan setelah anda beberkan panjang lebar di thread ini, saya beberapa kali lihat traces of light itu lagi tapi, maaf, saya masih belum paham. Mungkin saya aja yang bebal :DPS : "suka-sukanya si fotografer" bukan berarti tanpa perencanaan estetik dan teknis lhooo.
Oleh: A. Raditya Pratistha D,Ndoro Tuan (44548) 20 tahun yang lalu
sesuka-sukanya seorang penggemar fotografi ( sengaja saya tidak menulis fotografer ) alangkah baiknya dia juga memadukan seni dan estetika di dalamnya.
traces of lights dibuat pada waktu ada kesempatan main dengan my friend's dogs, trus ingin memotretnya, tapi bukan dengan hasil yang sering saya lihat di majalah atau kalender Pets. kemudian diputuskan untuk motret pake my versions of POI hasilnya memang lain, tapi kayaknya masih kurang dipahami oleh sebagian orang, now, to make my Points even more "understandable" (walaupun itu akan mengingkari Irrational/Illogical quality dari karya saya), these are some shots yang tidak terpilih... traces of light #04 same place, same lighting condition, different dog (keponakannya)... bukaan besar, long exposure, no flash-light konsepnya sama yaitu ingin menangkap traces of lights/movement, tapi saya kurang suka dengan tonenya yang kelewat hangat, trus tidak ada Points of Imbalance (titik ketidakseimbangan) pada monotone-nya
traces of light #006 keponakan si anjing, same place, same lighting condition bukaan lebar, long exposure, flash fill-in tone tidak hangat, tidak ada Points of Imbalance pada tone (walaupun pada posing dan composition sudah ada), Movement kurang (anjingnya diam aja) yang berarti kurang Irrational/Illogical
traces of light #012 the "dog", same place, same lighting condition bukaan lebar, long exposure, no flash light almost selected, karena tone udah dapat, tapi bagian sofa dan jari (kanan bawah) menghilangkan Points of Illutions. Sofa dan jari masih menandakan bahwa foto ini tidak dalam dunia ilusi.
traces of light #042 the "dog", same place, same lighting condition bukaan besar, 1/60, flash fill-in yang ini jelas - jelas tidak masuk dalam konsep saya, walaupun memang posing si anjing sangat cantik, dan monotonal-nya udah bisa dicapai foto ini jelas - jelas ada di dunia rational dan logical
traces of lights #049 the "dog", same place, same lighting condition bukaan besar, long exposure, flash fill-in posing si doggy udah pas, movementnya ada tapi kurang, dan flash light mengurangi efek yang ingin dicapai
traces of lights #055 the "dog", same place, same lighting condition bukaan lebar, long exposure, flash fill-in posing ini sebenarnya menurut saya paling bagus, seandainya movement si doggy bisa terekam dengan sempurna, dan sekali lagi flash light mengurangi efek yang diharapkan. PS : memang sebenarnya untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dengan cepat, bisa saja saya menggunakan PS untuk mengolah foto - foto tadi tapi...ah, itu akan mengurangi tantangan/kenikmatan motret...dan sebenarnya lagi untuk meningkatkan tantangan, bisa saja saya pake SLR 35mm, but my scanner sucks(!!) hasil scannya jauh dari memuaskan.. comments are welcome, thx
Oleh: Damon Rizki (9249) 20 tahun yang lalu
Wah berat nih diskusinya...Kalo buat saya yang pemula ini, Point of Interest adalah hal terpenting dalam sebuah foto, terlepas dari apakah bentuk interestnya itu.... Tapi kalo di FN ini kan viewer itu beraneka ragam, ibaratnya ada yang suka house progressive, metal, keroncong, main steam, ataupun dangdut...Kebetulan saya yang kelas dangdut, maonya liat foto yang jelas dan bisa dinikmati, mas Alva, trus treang untuk karya2 anda, saya belum bisa menikmatinya dari sisi manapun... Salam
Alva F.P. Sondakh: "kemudian diputuskan untuk motret pake my versions of POI hasilnya memang lain, tapi kayaknya masih kurang dipahami oleh sebagian orang," Mungkin bila foto terasa kurang diapresiasi scr benar, nggak keburu mengira bahwa foto itu kurang dipahami sebagian orang. Banyak member FN saya kira telah melihat sangat-sangat banyak ragam foto dan menggali konsep dr setiap foto yg telah dilihatnya. Foto efek movement telah banyak sekali kita lihat di FN, mungkin karenanya enggak terlihat menarik lagi(?). Bukan ingin mengecilkan hati lho, ketika kita berkreasi dan merasa telah membuat sesuatu yg kreatif dan berbeda, bisa jadi itu sudah sangat biasa bagi orang lain. Kunci dalam memahami penilaian orang barangkali mengandaikan suatu fakta bhw wawasan banyak orang selalu lebih luas dr kita, bisa jadi jauh lebih luas dr yg kita kira. Membuat sesuatu yg kita rasa berbeda dari kebanyakan adalah selalu bagus, tapi bukan berarti foto telah final, mungkin kita matang pd konsep yg ada di benak kita tapi belum pd eksekusi. Mungkin eksekusi kita rasa bagus, tapi sebenarnya konsepnya sudah umum atau perulangan. Kuncinya hanya jangan segera puas pd satu kali rangkaian percobaan, dan jangan pula segera kecewa pd suatu penilaian.
Oleh: Valens Riyadi (22589) 20 tahun yang lalu
Pada foto yang secara teknis gagal eksekusinya, meskipun memiliki konsep yang baik, tentu kita tidak bisa bilang bahwa itu foto yang baik. Secara sederhana, konsep dan teknis harus berjalan seiringan. Ada beberapa teman fotografer yang kemudian menjadikan kekurangan teknisnya sebagai excuse dengan mengedepankan konsep yang dimilikinya. Yang namanya konsep, lebih abstrak ketimbang teknis, meskipun teknisnya berhasil sekalipun, kadang tidak sampai ke penonton. Apalagi kalau teknisnya buruk. Fotografi buat saya adalah dua hal. Teknis dan seni. Mungkin kalau dianalogikan dalam dunia arsitektur, teknis dan seni ini memegang peranan penting. Coba, kalau Anda memilih rumah, milih yang tidak nyeni tapi kuat, atau yang nyeni, tapi tidak kuat? Saya sih pilih yang kuat meskipun tidak nyeni. Tapi tentu saja, dalam kondisi ideal, saya milih yang nyeni dan kuat. So? Balik lagi ke fotografi. Kita juga butuh keseimbangan antara konsep dan teknis. Pada saat keduanya tidak bisa dimasukkan secara bersamaan, mana yang harus dipilih? Keduanya bisa, itu hak seorang fotografer, seiring juga dengan hak penonton yang kemudian hanya berpendapat bahwa foto itu sudah gagal.
Oleh: Dhian Raharjo (11690) 20 tahun yang lalu
saya teringat guru kesenian saya waktu sma dulu. dia menyebut lukisannya itu adalah aliran "kontemporer" --atau apaa.. gitu--. entah bagaimana sampai disebut begitu saya tida mengerti soalnya buta lukisan. beberapa even pameran dia ikuti, dan katanya apresiasi dari pengunjung sangat kurang akan lukisannya. dia memang mengaku kalau lukisannya itu lain dari yang lain. katanya lagi, kalau diluar negeri lukisan semacam ini sudah banyak peminatnya --mungkin saja--. mungkin ada kemiripan dengan pembahasan thread ini. intinya... meskipun aliran kontemporernya itu kurang apresiasi dari masyarakat lukisan, toh guru kesenian saya itu tetap bahagia :D. kebahagiaannya itu menurut saya karena beliau sudah bisa "menerima" bahwa mungkin untuk saat ini lukisannya hanya bisa ia nikmati sendiri :). entah esok atau lusa. salam....
Saya harus akui bahwa saya ini masih baru dengan fotografi, bulan ini genap setahun saya pegang SLR (Vivitar v3800N, completely manual and cheap)..belum pernah motret model pake studio lighting, motret makro masih pake LUP (is it new technique??), pake flash light standard, belum pernah pake flashmeter, spotmeter, belum pernah pake fast-zoom-lenses apalagi 600mm...belum pernah melihat lampu spot, barndoor, umbrella secara langsung (hehehe)...digital camera pinjem temen, and milik bokap...jadi member FN bulan Maret tahun ini, karyanya aja baru 11 buah (at least yang di upload), kalo sekedar foto essay, arsitektur, landscapes, sudah ada beberapa (no less than 600 foto)....belum sempat browse foto - foto para "master" di FN yang pointnya di atas 5 digit (kapan ya saya bisa capai point itu??) tapi aesthetically and conceptually, saya kira wawasan sudah lebih dari sebagian member FN yang lain (tidak mau arogan sih, jgn tersinggung ya...i'm smiling right now)...kenapa?? sedikit background...saya arsitek...suka baca philosophy, art history, art critiques...pemikiran saya lebih banyak terpengaruh oleh pemikiran - pemikiran Post-Structuralist, yang meninjau kembali paham - paham oposisi keindahan - keburukan... (Mas Valens, soal Arsitektur, saya kurang setuju anda membaginya dalam teknis dan seni...kalau anda mau yang kuat meskipun tidak nyeni, kenapa nda tinggal di gudang baja saja...hehehe) fotografi saya berangkat dari pemikiran - pemikiran tersebut, saya ingin melihat sebuah dunia indah yang mengandung keburukan di dalamnya...fotografi saya ingin menunjukkan bahwa keindahan itu muncul bersama-sama dengan keburukannya...(keindahan - keburukan harus dipahami secara luas, mis. teknis baik - buruk, foto gagal - berhasil)... POI yang saya tawarkan di atas juga berangkat dari pemikiran ini. Tapi saya menolak bahwa POI ini diartikan sebagai "Photography of Irrasionality", atau fotografi yang hanya mengandung irasionalitas...POI yang saya tawarkan harus dimunculkan bersama - sama dengan "Point of Interest" (lihat di bagian Peringatan!) dalam sebuah foto...Foto harus mengandung keindahan dan keburukan... Saya tidak menolak foto yang indah, tapi absolutisme keindahan foto...saya tidak menolak foto yang diambil dengan teknik yang tepat (pencahayaan, komposisi), tapi keharusan mengambil foto dengan tepat... Foto itu harus memunculkan keindahan - keburukan alam, bagaimanapun orang menerjemahkannya...Mis. foto tahanan di penjara di Irak (terutama dimana seorang tentara wanita memegang rantai yang dipakaikan di leher seorang tahanan)...menurut saya foto ini lengkap, komposisinya baik, pencahayaannya baik, tapi fokusnya kurang baik, makna yang dilekatkan juga kurang baik (tergantung sudut pandang sih)...foto ini memunculkan keindahan - keburukan alam dalam sebuah frame... (sebuah contoh mengenai analisis POI bisa dilihat dalam komentar saya terhadap "Pemancing", karya Hedi Priamajar) traces of light juga ingin menampilkan pemikiran ini (rasanya memang terlalu memaksa orang untuk mehamami foto ini, tapi tak apalah...i'm just trying to put setitik nila dalam sebelanga susu)...objek anjing memang sudah biasa (sebagian orang akan melihatnya sebagai suatu keindahan), konsep movementnya juga sudah biasa (panning, long exposure, dll), tapi bagaimana bisa memunculkan keburukan bersama dengan keindahan - keindahan ini adalah konsep saya yang paling utama...(Irrationality dalam Interest) Mengenai hak penonton...memang sekarang di dunia art (kecuali arsitektur(mungkin??)) terutama fotografer, nilai - nilai seni sudah bergeser ke arah konsumerisme massa...foto itu bernilai ketika massa menganggap itu bernilai...ekspresi diri seorang fotografer sudah ditekan oleh nilai - nilai massa...(maaf kalau saya salah, saya belum pernah bergaul dengan seorang fotografer profesional)...pendapat penonton rasanya menjadi patokan ketika kita memotret, kalau penonton puas berarti kita berhasil.. memang fotografer berbeda dengan arsitek...arsitek masih memiliki kesempatan untuk mengekspresikan dirinya untuk kepentingan klien...sedangkan fotografer hanya mempunyai kesempatan untuk berekspresi ketika tidak ada kepentingan klien...(maaf lagi kalau saya salah, mungkin saya buta, tapi ini yang saya lihat)... terakhir, for now, saya menolak adanya dikotomi konsep dan teknis/eksekusi...teknis itu ada bersama dengan konsep, dan sebaliknya...ketika saya mengatakan akan menggunakan bukaan sekian, kecepatan sekian (secara teknis), bukankan itu menunjukkan suatu konsep...atau ketika saya mengatakan konsep saya ingin menangkap movement, bukankah itu juga menunjukkan teknis pengambilan foto itu.... PS: read this wih cool heads, ok...saya tidak mau pertentangan, saya hanya ingin menggelitik pemikiran - pemikiran saudara semua... and about teknis yang gagal eksekusinya, bukankah kamera dibuat dengan variasi bukaan, kecepatan yang beragam?? kenapa kita harus risau dengan kegagalan teknis, atau ini sebuah bentuk protes pada pembuat kamera yang membuatnya beragam?? last PS, for now (hehehe), tulisan ini bukan pemaksaan kehendak, hanya pembuka wawasan, dan penyalur keinginan saya untuk berdiskusi... comments are welcome, please...i need those comments...
Oleh: susilo w. (50869) 20 tahun yang lalu
Wahhhh.... ini baru diskusi.... tapi kalau orang se level saya bisanya cuman jadi penonton.... maaf ya.... makasih kakak2 semua udah berbagi wawasan ama kita2 di sini.... kalau saya pribadi sih asal senang ama foto hasil karya kita sendiri ya udah.... masalah ada orang lain yang gak senang ya gak papa lah.... itu kan hak mereka...
Oleh: Yoni Tan (13785) 20 tahun yang lalu
@-) apa yang disenangi seseorang belum tentu merupakan kesenangan bagi orang lain. Soal teknik dan konsep, memang pernah dulu dibahas bahwa mending orang teknisnya kuat dulu kemudian baru coba motret dengan konsep, karena kalau belum apa2 mikir konsep tapi teknik belum bisa, maka eksekusi tidak terpikir gimana caranya dan trial error saja. IMHO lho ini karena sampai sekarangpun saya sulit juga mengisolasi POI yang ada lewat teknis fotografi kecuali dengan bantuan Photoshop. Kayak misalnya foto * dari Alex (sorry Lex, minjam fotomu), ini khan moto nggak cuman moto aja, tetapi ngerti meteringnya kebagian mana dan juga kompensasinya berapa stop.
soal teknis, saya setuju dengan Y.Tan...tulisan terakhir saya memang kayaknya buat orang yang setidaknya tau megang kamera... karena nda mungkin seorang melukis tapi nda bisa megang kuas... tapi trial error juga merupakan latihan yang paling efektif untuk mencapai konsep lho...(so to speak, kalo memang konsep dan teknis dimengerti sebagai 2 hal yang berbeda) more comments dong...