Oleh: Dwi Lestari (3443) 20 tahun yang lalu
Sebagai anggota baru yang tergolong masih pemula dalam fotografi saya merasa senang sekali bahwa foto yang saya upload dapat penilaian dari cukup banyak fotografer yang senior, disamping rasa senang itu ada rasa heran pada diri saya, rasa heran ini timbul karena sebelum saya upload 2 hari y.l saya sempat mengomentari sebuah foto yang saya anggap cukup berbobot (Menantikan Sedekah, foto pengemis tua); tetapi pada kenyataan yang saya lihat foto saya yang objeknya sederhana nilainya jauh melebihi foto tersebut. Saya pernah membaca sebuah buku fotografi yang pada intinya menyebut bahwa foto yang bagus adalah foto yang bercerita banyak dari dalamnya, disitu ada ilustrasi foto penduduk Afrika yang kelaparan (kurus kering dan dikerubuti lalat), rasanya memang foto ini mengungkapkan suatu perasaan iba dan mengharukan dan ternyata foto tersebut mendapat penghargaan tingkat dunia. Saya tidak tahu apa pendapat saya ini keliru, tapi bila kita buka Galerry di situs inipun untuk 50 foto dengan nilai tertinggi umumnya foto-foto tersebut adalah karya foto yang CANTIK baik itu objeknya manusia, hewan ataupun pemandangan, sedangkan foto yang berbobot seperti yang saya maksudkan (human interest) hanya 10 % dari foto tersebut, Apakah hal ini disebabkan karena Kaidah Penilaian Karya Foto di Indonesia (fotografer.net) bertumpu pada Karya yang cantik saja yang baru bisa diterima masyarakat foto kita??? Padahal kita semua mengetahui bahwa banyak foto-foto cantik yang dapat didapat dari dalam internet, dan dapat kita download secara gratis sehingga Greget sebagai suatu karya foto menjadi hambar dan tidak istimewa karena begitu banyaknya foto kategori seperti itu (inflasi) Bagi pemula seperti saya yang masih meraba kearah mana sebenarnya foto yang bisa dianggap sebagai Karya foto yang bagus sekaligus berbobot sebenarnya ingin tahu pendapat atau konsep dalam menilai foto dari para senior khususnya di dalam lingkungan Situs ini. Mudah-mudahan saya tidak dianggap keminter dengan tulisan ini dan tentu saja terima kasih bagi para senior yang mau memberikan ulasannya. SALAM
Oleh: Judhi Prasetyo. (38908) 20 tahun yang lalu
Ooo sama sekali tidak keminter. Banyak kok yang berpikiran sama seperti Anda, coba aja lihat topik yang sudah-sudah, ada berapa banyak topik yang serupa? :D Yang jelas selera orang nggak bisa dipaksakan. Kalau misal ternyata kebanyakan orang seleranya 'dangdut' ya mau apa lagi? Hehehe...
Oleh: Kristupa W Saragih (176444) 20 tahun yang lalu
Kalau hendak mengusulkan sesuatu, mulailah dari diri sendiri. Memberi teladan bagi orang lain tak perlu tunggu waktu menjadi senior dan tak perlu minder karena masih muda. Mulailah sekarang juga. Tidak ada apa yang disebut "kaidah" seperti disampaikan Dwi lestari. Sekali lagi, tidak ada. Sebagai forum yang terbuka, kita menerima segala aliran. Dan, setiap aliran punya rambu masing-masing. Oleh karena beragamnya aliran tersebut maka semua aliran hendaknya saling toleran. Tak ada arus yang mendominasi arus lain, dan tak ada arus yang memotong arus lain. Sekali lagi, karena konsekuensi wadah yang terbuka tadi, tak ada aliran yang mendominasi. Kita tak ingin FN didominasi aliran foto fine-art sementara foto wedding tersisih, kita juga tak ingin FN didominasi foto-foto salon sehingga foto-foto jurnalistik tersisih, demikian pula dominasi aliran-aliran lain maupun ketersisihan aliran-aliran lain. Penilaian tentu disesuaikan dengan kompetensi. Fotografer wedding boleh-boleh saja mengomentari foto jurnalistik, sesuai dengan kompetensinya. Artinya jangan menganalogikan segala momen di foto jurnalistik bisa dikendalikan seperti ketika memotret wedding. Demikian pula, tak ada larangan bagi fotografer salon piktorial mengomentari foto fashion sesuai dengan kompetensinya. Artinya fotografer salon jangan menganalogikan pakem-pakem foto salon ke foto fashion yang modern, kreatif dan kontemporer. Penilaiannya dialihkan ke standar fotografi umum dan apakah foto tersebut enak dilihat atau tidak. Kalau fotografer fashion mengomentari foto fashion, tentu tak terlalu bermasalah. Demikian juga ketika foto jurnalistik dikomentari pewarta foto. Kalau Anda melihat salah satu aliran menjadi minoritas di FN dan Anda berniat menggiatkannya, saya dukung penuh.
Oleh: Widarto Adi, darto (13411) 20 tahun yang lalu
karena itu agar sebuah penilaian menjadi baik dan benar, keterangan dari sebuah foto juga mesti diisikan pada kolom keterangan... dan pada saat memposting sesuai dengan kategori, example : jangan seorang model lagi duduk ikut seminar, difoto dan dimasukkan kategori model, jelas2 foto snapshot..IMHO
Oleh: david hermandy (3403) 20 tahun yang lalu
Foto yang nilainya rendah bisa juga disebabkan karena yang melihat foto tersebut merasa de javu, foto pengemis tua (misalkan) sudah banyak sekali seingga siapapun yang melihat akan menganggap itu sebuah foto biasa. Disinilah tantangan bagaimana kita menghargai/mengapresiasikan sebuah karya dan bagaimana kita menghargai ide dari fotografer. :)
Oleh: Agan Harahap (77838) 20 tahun yang lalu
saya setuju sekali sama mbak..untuk itulah mbak...mari kita bikin foto2 yang gak sekedar cantik secara visual..tapi cantik pula secara kosep dan ide...
Oleh: Aditya Budi Pratomo (7325) 20 tahun yang lalu
David : Kalo foto2x cewek seksi koq banyak yg gak merasa de javu ya... :D Dwi Lestari : Coba anda mampir ke situs fotografi lainnya, khususnya yg dari luar negeri, biar anda punya perbandingan dan mudah2xan memperkaya inspirasi. Trus jgn segan2x utk upload ke Fn ya...
Oleh: Kristianto Gunawan T (145148) 20 tahun yang lalu
Well, kebetulan foto pengemis tua itu milik saya, De Javu seperti kata Pak David Hermandy? mungkin saja, pengemis di Indonesia ada ribuan (yang penting bukan plagiat Pak), dan untuk itulah foto tersebut saya upload sebagai Himbauan Sosial bagi saudara-saudara kita yang nasibnya kurang beruntung, bila ada yang melihat saya sudah senang, soal nilai terus terang saja saya cuek, karena bila himbauan saya ini dilihat orang syukur banyak orang yang tergerak hatinya, wow itu suatu nilai yang luar biasa, dan kepuasannya melebihi sistim nilai yang berlaku. Karena Fotografi sebagai suatu karya seni erat kaitannya dengan dengan soal selera dan kepuasan; Selera tidak bisa dipaksakan, seorang yang suka makan rendang daging tidak mungkin dipaksa makan balado yang pedas, demikian pula sebaliknya, dalam sebuah even resmi lomba foto (Salon Foto Indonesia, tahunnya saya lupa) ada seorang juri yang memberikan nilai maksimal untuk foto favoritnya dan secara ekstrim memberi nilai minimal bagi seluruh karya foto yang ada, Salah? mungkin saja, tapi itu haknya untuk menentukan suatu kritea penilaian, dan semuanya tentu tidak terlepas dari kepuasan yang didapatnya secara pribadi. Untuk Dik Dwi, banyak-banyak melihat dan belajar, resapi dan ikuti saja apa kata hatimu, yang penting teknik foto terus ditingkatkan, dan keep Upload, karena dari situs ini minimal kita semua bisa share dan bagi pengalaman.
Kristianto, saya tidak mengatakan foto yang umum adalah plagiasi, saya lebih menghargai foto yang umum dibandingkan mereka yang membuat foto demi kepuasan publik, atau istilah kasarnya melacurkan diri, seperti memaksakan diri memotret foto wanita dalam pose seksi hanya untuk memperoleh perhatian lebih dari publik. Cara-cara kotor yang hanya ingin memperoleh pengakuan dari publik sebenarnya adalah racun nikmat yang tidak kita sadari. :) Aditya, begitulah lelaki :D
Oleh: Mira TJ (4738) 20 tahun yang lalu
Foto berbobot itu seperti apa? Apakah human interest itu satu-satunya foto berbobot? Lalu apakah human interest itu hanya berkisar tentang orang-orang malang dan buruk rupa? Apakah orang-orang ber-uang atau cantik/gagah itu tidak termasuk human interest? Menggerakkan hati? Menggerakkan hati ke arah apa? Apakah selalu ke arah mengasihani? Apakah tidak pernah ke arah mengagumi? Ke arah menghujat? Ke arah nafsu badani? Bukan maksud untuk mendikte, bukan pula maksud untuk memaksakan kehendak lhoooo :)>- hehehe, hanya ajakan untuk melihat dunia yang luas ini. Saya pribadi selalu mencoba dan mencoba untuk membuka pikiran saya lebar-lebar...kalau lagi bisa...hehehehehehehehhh >:)Art is anything...you can get away with quoted by Andy Warhol.
Kristianto Gunawan: Galeri foto di FN bukanlah arena lomba foto, karena itu tidak ada jurinya. Menurut saya, tidak pada tempatnya untuk disamakan. Salon Foto Indonesia sejatinya juga bukan lomba foto, tapi sejumlah kelatahan yang berkelanjutan membuatnya jadi seolah lomba foto. Mira TJ: Art depends on the eye of the beholder... Karena itulah sudah saya sebutkan, bahwa setiap orang menilai sesuai dengan kapasitas dan kompetensinya masing-masing. Jangan sampai fotografer wedding memaksakan kebiasaan yang biasa dialaminya ketika memotret wedding ke dalam komentarnya untuk sebuah foto jurnalistik. Jangan kita menganggap semua anggota FN sama kompentensi dan kapasitasnya dalam mengomentari. Tapi, jangan pula sampai seseorang menjadikan kata "pemula" sebagai excuse atas komentarnya yang kurang berbobot. Dwi Lestari: Sebagai pemulai topik diskusi, seandainya Anda aktif menanggapi alur diskusi yang berkembang dan tidak hanya sekedar membaca saja.
Oleh: Suryo Wibowo (25088) 20 tahun yang lalu
saya pikir: susah untuk menilai foto itu bagus atau nggaknya. apalagi untuk menyamakan penilaian dengan semua orang. saya katakan: semua...berarti secara masal. nggak mungkin bisa sih untuk menyamakan selera/pendapat pribadi/penilaian. kalau menilai foto mungkin konsep/pemikiran utama yang dipakai adalah common sense dari keindahan. adapun tentunya masing-masing punya "bayangan" alias asosiasi sendiri² ttg keindahan. walaupun begitu, saya yakin kalau keindahan itu mempunyai hakikat yang sama, hanya interpretasinya yang lain-lain, sehingga juga "bayangan" masing² pribadi ttg keindahan juga lain. imo. Kristupa: menurut saya lho...secara nggak sengaja sebetulnya FN ini adalah ajang lomba foto ( mungkin kita punya asosiasi bahwa lomba itu mempunyai hadiah ). di FN juga ada hadiah kok, walaupun nggak berupa barang material, tapi berupa kepuasan, pelajaran dan juga persahabatan. mungkin bagi segelintir orang hadiah yang ada di FN adalah bintang FPE atau nilai lebih dari 200 hehehe. :D:D ohya, btw, Dwi Lestari di sini memulai diskusi ttg konsep penilaian secara matematis ( alias angka ) atau secara impact foto ya?
Oleh: Andi Lubis (14072) 20 tahun yang lalu
tak ada foto yang jelek... semuanya bagus....
Oleh: Alfian Noor (6138) 20 tahun yang lalu
Orang sono bilang: One man's art is another man's junk, kalau di kalangan fotojournalis, foto yg lebih berceritalah yg paling baik. Sesuai dengan penjelasan beliau x2 di atas, FN bukan lomba foto karena banyak parameter untuk penilaian selain keindahan dan isi cerita foto, misalnya jumlah yg memberikan nilai. Kalau 1,000 orang memeberi nilai 1TU, maka akan "terlihat" lebih tinggi dari foto dengan 100 orang dengan 3TU. Jadi ya berkarya saja lah... IMHO...