Oleh: Yosi Matsu (9304) 20 tahun yang lalu
Saat pulang kerja, Entah setan mana yang membuat aku membuka lagi memori masa kanak kanak. Dulu sekitar tahun 1984 saat pertama kali aku ke Bandung, ke rumah saudara di bilangan Gegerkalong setia budi. Sunggu sangat mencengangkan, di dekat rumah ada sungai arus deras berbatu batu, dengan air cukup jernih dan dingin. dikelilingi hamparan sawah, udaranya sejuk . Yang lebih heboh, mata air yg jernih luar biasa, sama jernih dengan EVIAN... ada di sisi-sisi sungai itu. Menjadi tempat mencuci, mandi, serta air untuk memasak oleh penduduk sekitar. Oh gosh benar benar surga dan membuat ku ketagihan liburan kesana. Hampir setiap liburan aku kesana. tapi friend..percayakah anda semua...hanya dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun, sungai itu sudah keruh, cokelat, serta makin gersang.Aku yakin itu karena daearah atas sudah gundul dipenuhi hunian hunian kaum elited.Menyedihkan dan untunglah mata airnya masih tetap jernih masih tetap ada seperti dulu, hanya itulah kenangan yang tersisa, dan aku sama sekali nggak punya dokumen foto foto masa lalu tentang sungai itu, ironis sekali bila aku sekarang memiliki kamera tapi sudah terlambat untuk mengabadikan semuanya. Aku sedih, aku kecewa dengan kenyataan ini. Aku harap bila teman teman semua menemui suatu tempat yang masih perawan, jangan sia siakan untuk diabadikan, dalam waktu tak lama mungkin tempat itu juga akan hancur karena polah serakah manusia yang katanya mahluk paling mulia di bumi ini... :((
Oleh: Thomas Oni Veriasa (15772) 20 tahun yang lalu
Setuju...tapi mgkn tidak hanya mengabadikan fotonya saja... :) Saya kira "Environmental Friendly" bisa dimulai dari diri masing2... OK ?.. ;)
Oleh: Nina Marzoeki (27061) 20 tahun yang lalu
emang sad ya... :( mulai dari diri kita sendiri... :)
Oleh: Rieska Wulandari (10745) 20 tahun yang lalu
bandung/:((
Oleh: Bernard Juniardy,Beben (50050) 20 tahun yang lalu
Benar sekali mas Yusaidin, sekarang ini alam yang masih perawan di Indonesia makin lama makin langka.. yang ada nantinya hutan beton.. Tapi kalo sampean mau cari hutan atau alam yang masih perawan kayaknya sampean perlu ke Kalimantan atau Papua..
Mas Beben bilang : hutan / alam Kalimantan dan Papua masih perawan... ..Ah Masak ? :O :- Kayaknya malingnya banyak juga tuh mas... :)
beben...hutan kalimantan sama papua itu udah dalam keadaan warning juga dear.... dari samping keliatan lebat kayak bulu kaki si nina surya..tapi dari atas mulai pitak disana sini kayak kepala si alex...:))
Oleh: D. Setiadi (81319) 20 tahun yang lalu
Beben, kondisi hutan di Kalimantan itu sudah termasuk parah. :)Saya taunya juga dari laporan/berita televisi di sini. Hutan di sana udah gak kribo lagi kaya brokoli, tapi udah kaya jamur....;))Iyus bilang : Aku harap bila teman teman semua menemui suatu tempat yang masih perawan...Tempat yang masih perawan? maksudnya tempat yang dihuni cuma sama perawan aja ya? kaya Virgin Island....;))Yus...masih inget waktu elu kecil sering nangis kejer gara-gara sering digatak ( jitak ) sama si Dudung...=))
Oleh: Valens Riyadi (22589) 20 tahun yang lalu
saya pindah ke topik landscape/nature.
Oleh: A. Raditya Pratistha D,Ndoro Tuan (44548) 20 tahun yang lalu
Yus...kayaknya ntar kamu bakalan cuman bisa mewarisi "hutan buatan" / museum hutan ke anak-cucumu...makanya berpolitik sana, terus nyalonin jadi mentri lingkungan hidup...:D
Oleh: Heru Tjandranata (11161) 20 tahun yang lalu
Duh, jangan puluhan tahun bung, saya 8 tahun di bandung aja kerasa banget berubah. Dulu bandung sepi, nggak macet, makan di pinggir jalan gardu jati, cibadak, sangat nyaman. Dago masih teratur tanpa daerah komersil. Jalan pasteur sangat asri dengan pohon2 besar. Sekarang super males banget klo diajak makan di jalanan. Pengamen datang dalam hitungan detik, dan marah klo dikasih 100, apalagi nggak dikasih. Dago semrawut penuh plasa. Junkies2 nya... Hiiii... Pasteur pohonnya berganti dengan proyek macet jalan layang Pasupati yang udah bertahun2 nggak selesai2 :((
Oleh: Judhi Prasetyo. (38908) 20 tahun yang lalu
Pertama ke Bandung sekitar tahun 1976 di kawasan Cipaganti. Kalau bangun pagi masih bisa lihat kabut. Agak siang dikit bisa lihat embun menetes. Sekarang :(( :(( :((
btw, di bandung th 72an... minyak goreng di dapur beku... :Djadi inget colenak yg di gg. ciloa - cisadea... yummy... colenak... :x
Oleh: Fadil Aziz (7946) 20 tahun yang lalu
Setuju dgn himbauannya utk mengabadikan. Pengrusakan terjadi dimana-mana. Juga betul dgn hutan Kalimantan dan Papua. Tapi jangan lupa, dlm mengabadikan juga kita jangan sampai merusak. Mulai dr yg kecil, seperti jangan ada dahan atau ranting yg dipotong, bunga yg dipetik, hingga sampah yg ditinggalkan. Walau hanya bungkus film, atau baterai, dsb, apalagi nasi bungkus :) We've got to be wise. IMHO, pengabadian itu dapat menjadi pesan bagi semua yg melihat dan menikmatinya utk selalu menghargai alam dan akhirnya menjaga kelestarian alam... bukan begitu? Pengalaman saya, walau sudah di taman nasional sekalipun, jarang sekali bisa langsung memotret tanpa harus membersihkan sampah-sampah yg bertebaran. Mulai dari kantong plastik, tali-tali rafia, botol aqua, dsb. Sungai...? Apalagi...!
Oleh: Edward Ng (71) 20 tahun yang lalu
wah sedih sekali mendengarnya. padahal rencana gue pengen fotoin Taman nasional tapi setelah denger cerita mas Fadil, jadi agak kurang bersemangat nih. Benarkah separah itu?? lantas ada langkah2 perbaikan yang dilakukan aparat? Kenapa yah kesadaran sangat kurang? Seharusnya orang2 perlu dididik unutk melestarikan taman nasional. Kalo enggak dirawat, generasi muda sesudah kita enggak bisa liat lagi. Turut prihatin.
Oleh: Henry Samudera (39620) 20 tahun yang lalu
setuju dgn bung fadil aziz pengalaman saya sama. sampe ke puncak gunung aja masih ada sampah :)
Oleh: Herman W. (9836) 19 tahun yang lalu
Selama keuntungan jangka pendek yang diutamakan, maka alam Indonesia tidak akan bertahan setelah 2010. Kini pabrik kayu lapis di Kalimantan sudah banyak yang tutup karena kehabisan bahan baku kayu. Malaysia adalah negara tetangga yang perlu dijadikan contoh; memanfaatkan hutan untuk tujuan wisata merupakan keuntungan jangka panjang yang tiada habisnya.
Oleh: Frank Bambang Yuwono, FBY (52910) 19 tahun yang lalu
Malaysia sebagai contoh? Hutan mereka masih utuh karena kebutuhan kayu mereka diambil dari Indonesia! Sekarang saya malah curiga kayu Indonesia larinya sampai ke China...