Oleh: wicaksono daniel prabowo (558) 20 tahun yang lalu
saya adalah seorang fotografer dari media IT, kebetulan tadi pagi dapat mengabadikan foto terbakarnya sebuah mobil. foto ini sudah diupload ke FN dengan judul kebakaraaaan... yang saya ingin tanyakan, bagaimanakah caranya agar foto saya dapat dimuat di sebuah media berita? sebetulnya tadi saya langsung ke kantor harian sore terkenal di Dewi Sartika, Cawang, tapi hanya dapat berhubungan lewat telpon dengan seorang redaksi dari ruang resepsionis, lalu tanpa dilihat terlebih dahulu foto saya ditolak dengan alasan mereka hanya memuat foto dari wartawannya. ayo kita diskusikan bersama, lalu bagaimana dengan ke-etisan, dimana sebetulnya saya telah terikat kerja dengan suatu media IT?
Oleh: Afriadi Hikmal (12144) 20 tahun yang lalu
Mengabarkan berita adalah salah satu tanggung jawab moril seorang wartawan (saya nggak tau itu benar atau nggak B-) ). Penolakan foto mas wicaksono oleh sebuah media mungkin karena kebijakan media tersebut. Mungkin mas wicaksono bisa menawarkan pada media lain karena pasti masih ada media yang menerima kiriman berita/foto dari luar.Mengenai keetisannya, agak bingung juga ya. Seperti yang mas katakan bahwa mas bekerja pada media IT sedangkan foto yang mas dapat sepertinya nggak memungkinkan untuk masuk media tempat mas bekerja. Tapi bila mas memberi pada tempat lain yang ditakutkan nantinya adalah dikira kantor jualan foto :D Sepertinya kita perlu pakar nih #-o
Oleh: Mamuk Ismuntoro (4934) 20 tahun yang lalu
Di negeri kita kultur "jual" atau "beli" foto ( foto peristiwa) memang belum bisa diterima sepenuhnya. penyebabnya bisa macam-macam, kebijakan media seperti kata cak Hikmal adalah salah satunya. Selain itu penghargaan kepada foto jurnalistik ( spot, features dll) saat ini tidak banyak diakomodir media kita ( apalagi foto2 dari fotografer lepas) Yang saya tahu ada media kita yang justru membolehkan fotografernya 'menjual ' foto ke media lain, tapi dg catatan pekerjaan kantor beres dan harus "menjual" foto ke media yg lebih besar, kalu perlu media asing. Tujuannya, selain memacu semangat juga menambah wacana sang fotografer ( selain juga dapat penghasilan tambahan..he..he..) jangan khawatir kak Daniel, di negeri kita ada beberapa media yang siap nerima foto dari luar kok. Setahu saya ada "pantau", Djakarta, latitudes, dan Panji Masyarakat, yg lain mungkin ada lagi. Tapi yo ngono, itu semua tergantung media sampeyan. Ikhlas gak kalau wartawannya jualan foto ke orang lain..he..he Semoga berkenan..
Oleh: Subianto A. (12345) 20 tahun yang lalu
mungkin peristiwanya tidak luar biasa.......?
Oleh: Andi Hasyim (873) 20 tahun yang lalu
ada vita sari, ada desi sari, ada banyak nama, ada rp 150.000, ada ada saja
Oleh: Iwan Setiyawan (8421) 20 tahun yang lalu
faktor utama sebuah foto bisa dimuat di media massa terutama koran adalah soal nilai beritadari foto tersebut. kalau foto Anda merupakan peristiwa yang luar biasa dan bernilai berita tinggi, saya yakin tanpa menawarkan ke media massa foto Anda pasti akan ditawar langsung jika memang media tersebut tidak mendapatkan rekaman/foto seperti Anda. alasan media menolak selain kebijakan seperti yang Anda alami mungkin juga karena menilai foto Anda kurang memiliki nilai berita dibandingkan peristiwa lain yang terjadi hari itu, alasan lain mungkin media tersebut sudah mendapat foto dari peristiwa tersebut entah dari wartawannya atau orang lain. banyak contohnya foto-foto berita terutama spot news yang dibuat oleh orang yang bukan bekerja sebagai fotojurnalis, seperti contoh kasus bom Bali. sebagian besar foto-foto yang diambil sesaat setelah kejadian adalah karya orang biasa yang bukan fotojurnalis. mengenai etika jual/beli foto seperti yang Anda sampaikan semua itu tergantung bagaimana kebijakan tempat Anda bekerja, termasuk juga perjanjian kerja Anda dengan tempat kerja menyangkut hak cipta dll. kalau Anda sudah terikat kontrak kerja dan mendapatkan fasilitas kerja dari perusahaan ada baiknya Anda mengkonfirmasi bleh/tidaknya Anda menjaul foto tersebut ke media lain dengan alasan media Anda tidak mungkin menggunakan foto itu dan foto tersebut bernilai berita tinggi dan jarang orang yang mendapatkannya.
Oleh: Guewin_WY ( Wiwin Yulius ) (103497) 20 tahun yang lalu
Terima kasih mas Iwan,.....
Oleh: Basyirun Adhim (180) 20 tahun yang lalu
nambah pertanyaan untuk Mas Mamuk. Gimana dengan Asiafoto.net? apakah itu dapat dikategorikan fotomedia. Soale mas, aku masih penasaran dan gemes pengin kirim foto ke situ... Pye Hunting di Lamongan? 23 maret, bisa gak?
Oleh: Arbain Rambey (103716) 20 tahun yang lalu
Kompas setiap hari juga mendapat penawaran foto dari fotografer-fotografer lepas. Tapi ya itu: umumnya sangat tidak kuat. Jawaban penolakan sering klise: Kompas sudah punya fotonya dari wartawan sendiri. Penolakan juga bisa karena masalah reputasi. Umumnya yang menawarkan foto adalah fotografer pemula sehingga kredibilitasnya sulit diukur. BIsa jadi foto yang dia tawarkan buatan minggu lalu misalnya. Di sini, Kompas bermain dengan dilema: memuat tapi ada risiko foto "busuk", atau tidak memuat sama sekali. Secara logika, pilihan kedua diambil karena toh fotonya tidak kuat benar. Lain halnya dengan kejadian Februari 2003. Saat itu Pasar Tanah Abang terbakar. Ada cewek yang menawari foto Tanah Abang terbakart dari udara. Jelas tawaran ini tidak ditolak karena foto jelas bukan basi. Tanah Abang belum pernah terbakar sebesar itu sebelumnya. Jadilah foto itu jadi foto halaman 1 atas... Jadi, menawari foto ke suatu media memang gampang-gampang susah. Cukup bonafidkah Anda, juga hebatkah adegan yang ANda foto ?
Oleh: Wisnu Krisnanto (3034) 20 tahun yang lalu
wah kalau pengin foto dimuat terus memang paling asik ya jd wartawan foto suatu media, lebih besar kemungkinan dimuatnya. bener nggak mas arbain? salam dari peserta workshop motret pemilu 2004.
Oleh: Fehmiu Roffy Tavare (16427) 20 tahun yang lalu
Pewarta fotonya keberatan nggak yah...?? Spik-spik, saya punya pengalaman, kata mereka, tidak menerima foto dari luar. Saya bilang, apa takut rejekinya dimakan kita? Eh, marah-marah.......Lha Wong cuma nanya, je.....