Oleh: Judhi Prasetyo. (38908) 20 tahun yang lalu
OK, saya sengaja mengangkat isyu yang sangat sensitif mengenai fanatisme di kalangan fotografer. Jelas yang saya maksud adalah fanatisme dengan suatu merek tertentu, sampai-sampai dibilang agama. Berdasarkan pengamatan, sebetulnya alasan-alasan kenapa sampai terjadi fanatisme itu seringnya disebabkan karena:
Oleh: iing Gunawan, sidoel (27236) 20 tahun yang lalu
judhy: Jelas yang saya maksud adalah fanatisme dengan suatu merek tertentu, sampai-sampai dibilang agama. yah di sini pada bilang agama kan cuman buat iseng2 doank lagi guyonan doank hehe, don't take it seriously. kalo elo ada 2 gambar satu dari nikon d100 sama satu canon eos 10d kalo kagak 300d , gua bisa nebak kok yang mane d100 yang mane eos 10d tanpa liat EXIF :D
Iya, agama itu cuma Canon dan Nikon, lainnya cuma aliran kepercayaan, apalagi Kodak, cuma tradisi :D Beneran nih Ing bisa bedain? Bukan karena link yang kemarin gua kasih di thread lain kan? Gimana kalau fotonya bukan candid atau snapshot tapi beneran foto di studio yang dipersiapkan secara matang? Emang di mana bedanya?
Oleh: Rudy Subagyo (8761) 20 tahun yang lalu
peace of mind ini sehubungan dengan ketenangan batin, maksudnya, jika saya sudah percaya dengan suatu merk, saya ingin percaya jika saya beli barang dengan merk yang sama, tentunya akan medapat kualitas yang sama. Apalagi sekarang, banyak banget merk...
Oleh: Kusuma Adi Ningrat (13289) 20 tahun yang lalu
saya gak fanatik thd merek. kalau untuk digital, menurut saya canon masih lebih baik daripada nikon. tapi untuk film saya pake nikon, karena banyak ayng punya, jadi gampang tukeran lensa. :-)
Oleh: Arbain Rambey (103716) 20 tahun yang lalu
Untuk DSLR saya pakai Nikon karena deretan lensa Nikon kantor sangat banyak. Untuk poket digital saya pakai Canon karena G5 dan S50 rasanya terbaik bagi saya saat ini (ukuran fisik, harga, mutu dan sistem memory cardnya yang CF). Untuk mediom format saya mendewakan Mamiya, sedangkan untuk large format saya mengincar Sinar. Jadi, agama saya apa dong Jud ?
Oleh: Rochim Hadisantosa (104553) 20 tahun yang lalu
Alasan utama kefanatikan menurut saya justru karena percaya pada kualitas itu, kualitas hasil, ketangguhan, plus kesukaan pada bentuk/model kamera, keluasan aksesoris, kemudahan, kecocokan pada fitur2, dsb hal2 yg abstrak darinya. Bukankah orang pertama memilih karena ia percaya? walaupun misal alasan pertama krn harga yg sesuai, tapi kalau nggak percaya nggak bakal dibeli. Dan yang membuat orang suka dan bertahan pada satu merek adalah kepercayaan. Alasan2 yg disebut Judhi menurutku malah bukan menunjukkan alasan kefanatikan, tapi sekedar alasan mengapa orang tetap di satu merek tertentu, dalam kondisi sedikit terpaksanya. Itu bukanlah bentuk kefanatikan. Saya sendiri bertahan pada satu merek kamera, ya karena percaya pd kualitasnya. Dalam masyarakat, mendengar kata 'fanatik' sendiri, spt "si Fulan orangnya fanatik", salah satu kata terdekat yg berhubungan erat adalah 'Believe'. Yg Judhy tulis "Lalu bagaimana mengenai masalah kualitas? Sama sekali bukan alasan", dng memberi alasan bhw orang nggak bisa membedakan merek2 kamera dari hasil foto. Saya agak kurang pas dng contoh itu, krn bisa jadi orang awam memang nggak bisa membedakan/mengukur kualitas hasil merek kamera, tapi ia toh tetap dapat membedakan kualitas secara ilmiah lewat hasil2 test lensa, test hasil merek kamera ini itu yg mudah didapat di internet, majalah, dng bbrp skala penilaian. Hasil foto hanyalah salah satu ukuran saja. Dan fanatiknya/kuat bertahannya seseorang pd satu merek -dng kecintaan- bukanlah hanya soal keunikan atau kepalingunggulan kualitas hasil. Bisa jadi ia tahu bhw kualitas merek lain sama dng yg dipakainya, atau malah lebih baik, dan ia mampu membelinya, tapi ia tetap fanatik di merek itu, krn hal yg sudah saya sebut di paragraf atas.
Mengutip Kak Rochim: Bisa jadi ia tahu bhw kualitas merek lain sama dng yg dipakainya, atau malah lebih baik, dan ia mampu membelinya, tapi ia tetap fanatik di merek itu, krn hal yg sudah saya sebut di paragraf atas. Jadi tidak salah ya kalau kualitas bukan alasan untuk fanatik?
Oleh: Dedy P Putra (5942) 20 tahun yang lalu
kualitas pun juga tergantung dari parameternya apa.
Oleh: Indi Soemardjan (7483) 20 tahun yang lalu
Consumer determines the quality, manufacturers can only guess.
Oleh: Damon Rizki (9249) 20 tahun yang lalu
Kalo saya pake canon, tapi dulu saya pake nikon. Kalo menurut saya perpindahan saya ini semata-mata karena pertimbangan beberapa refrensi aja sih, kalo soal fanatisme saya sebenernya engga yah, kan tulisan itu bukan tergantung dari penanya tapi lebih kepada penulis ataupun isi tulisannya. Tapi sekali lagi kamera yang baik akan sangat membantu untuk menghasilkan foto yang baik. Jadi kalo dibilang fanatisme saya rasa terlalu berlebihan deh, mungkin bisa dibilang prefrensi aja.
kategory baik pun juga macam macam. itu pun juga ngak ada tolak ukur yg jelas. ok ada beberapa orang yg menreview secara head to head. tetapi perlu di ingat setiap merk punya charakter sendiri sendiri. jadi kalaupun itu di set sama tapi hasil dari salah 1 ( merk A) lebih bagus, faktornya belum tentu A lebih bagus. bisa saja merk B harus di set up lain untuk mendapatkan hasil sama yg di hasilkan merk A pada set up tersebut. kalau fanatik akan merk tertentu, kalau saya berdasarkan karena saya lebih mengenal charakter merk tersebut dan lebih mengerti cara menggunakannya.
Bung Judhy, kesimpulannya kok demikian. Barang berkualitas tetaplah berkualitas walau ada barang lain yg kualitasnya lebih tinggi. Jangan campurkan pengertian "berkualitas" yg saya tulis di kalimat itu dng pengertian "paling tinggi kualitasnya". Jadi "kualitas bukan alasan untuk fanatik" yg anda tulis menurut saya salah. Saya percaya digikam olympus saya berkualitas, dan saya fanatik karenanya. Mengenai adanya digikam lain yg lebih berkualitas tidak mengubah kepercayaan saya thd kualitas Olympus. Ketangkep? Moga bisa clear sekarang he he :)
Kualitas itu sebetulnya hanya sebatas ini: Apakah janji yang diberikan sebuah merk itu betul2 bisa ditepati oleh barang yang dibeli dan dipakai oleh seseorang? Lucunya fanatisme terhadap barang terkadang bisa melebihi fanatisme terhadap sebuah konsep agama - Walaupun keduanya mempunyai potensi untuk mengecewakan sang pemakai.
Kalau sudah fanatik betul terhadap satu merek, seseorang akan sebodo amat sama merek/model lain walaupun nyata-nyata dia sendiri mengakui bahwa kualitas merek/model lain itu lebih bagus dengan harga sama atau bahkan lebih murah.
Betul, model yg lebih bagus akan selalu muncul bersama berkembangnya teknologi, ada orang sibuk membanggakan alat atau merek, ada orang yg berorientasi pd karya.
Jadi rasanya tulisan di atas sudah cukup lengkap, apalagi ditambah masukan-masukan dari Kak Rochim, Kak Arbain dan teman2 semua. Bisa digembok?
Oleh: Sandjaja Kosasih, SanKo (29705) 20 tahun yang lalu
Kalau saya kenapa pakai Canon dan bukan Nikon, ceritanya panjang. Dulu yang namanya Canon itu pasti lebih murah dari Nikon (dulu itu ya kira-kira tahun 1980-an) dan dari segi kualitas lensa Canon secara rata-rata sedikit dibawah Nikon. Itu menurut resensi majalah-majalah fotografi. Lalu pakai Canon karena memang banyak teman yang pakai Canon jadi dari segi kepraktisan kalau lagi hunting dengan tukar-tukaran / pinjam-meminjam lensa tentunya enak yang sama-sama Canon (dan lensa merk lain dengan mounting Canon). Lalu kebetulan juga teman yang juara foto dapat hadiah SLR Canon yang dijual second hand sehingga akhirnya investasi di Canon keterusan sampai terakhir pada seri T70 dan berhenti investasi ketika seri EOS dengan lensa EF-nya keluar. Pada waktu itu Nikon lebih unggul karena body Nikon yang bisa pakai lensa autofokus masih bisa menerima lensa Nikon yang manual. Canon tidak. Benar-benar melakukan revolusi lensa sehingga jajaran lensa Canon lama tidak bisa dipakai di jajaran kamera Canon EOS. Waktu berputar 20 tahun lebih kemudian dan saya balik lagi pakai Canon bukan Nikon atau yang lain. Juga kondisi saat ini tampaknya masih tetap Nikon sedikit lebih unggul dibanding Canon, tentunya tetap ada keunggulan Canon yang mungkin belum tertandingi Nikon yaitu jumlah pixel di Canon EOS 1Ds yang mencapai 11 Mpixel, sementara merk lain masih maksimal di 8 Mpixel (akhirnya Canon pun mengeluarkan EOS 1D Mark II). Sekali lagi juga ada alasan masalah harga dan kemudahan beli di Indonesia. Canon tetap sedikit lebih murah dibanding Nikon. Dan yang terakhir saya berhak menjual produk-produk Canon di kota saya dengan harga perolehan yang khusus dari Datascrip :D yang ini alasan bisnis.Yang pasti di atas Nikon dan Canon masih bertengger merk-merk bergengsi dari Eropa, bukan persaingan merk Jepang yang jadi "agama" sekarang ini. Terakhir, semua orang punya alasan sendiri-sendiri untuk memakai merk kamera, dan yang penting orangnya yang mengeksekusi. Kamera digital saya yang pertama adalah merk Intel :)
Kamera merek Intel? Wah, kamera digital pertama yang saya pakai mereknya Canon kepunyaan kantor, ironisnya waktu itu saya sedang kerja di Intel :D