Oleh: Feri Latief (10508) 21 tahun yang lalu
Karena foto potret selalu manusia sebagai obyeknya maka Gerakan Tubuh (Gestur) dan Garis Muka (Mimik) menjadi penting. Gestur dan mimik inilah yang membentuk cerita dalam sebuah foto potret selain seting adegannya secara keseluruhan. Untuk itu pemahaman akan bahasa tubuh menjadi hal yang perlu mendapat perhatian serius dalam foto potret. Sebuah gerakan tangan yang sederhana atau sebuah tarikan garis wajah saja misalnya bisa menyiratkan hal tertentu tentang kepribadian orang yang di potret. Hal-hal sederhana inilah yang bisa menyingkap topeng manusia yang dipotret. Maka fotografer potret dituntut kepekaannya dalam membaca Gestur dan Mimik ini. Sebuah senyuman yang sinis atau pandangan kosong seseorang bisa bercerita banyak tentang orang yang dipotret. Ini ada contoh foto klasiknya Curtis, silakan cerita apa yang terlihat pada foto itu.
Pak Poriaman Sitanggang bercerita: Suatu saat ada ceramah soal pemberantasan korupsi dari pejabat tinggi RI di Aceh, kebetulan yang berdiri disebelah pejabat itu adalah pejabat militer yang berwenang di Aceh. Pejabat tinggi ini dengan berapi-apinya pidato soal pemberantasan korupsi, sementara disebelahnya sang petinggi militer berdiri dengan gelisah sambil menggaruk-garuk kepala dan memegang-megang kuping, dan sesekali memalingkan wajah. Nah, fotografer yang peka dengan cepat mengabadikan peristiwa yang sangat kontradiktif itu, hasilnya adalah sebuah adegan kepalsuan yang penuh retorika anti korupsi. Untuk lebih memudahkan memahami hal ini akan saya perlihatkan sebuah foto dari Stefan Moses yang memotret para guru wanita sebuah sekolah senam di Jerman. Perhatikan dari ketujuh guru senam itu tak satupun yang memiliki gerakan tubuh dan ekspresi yang sama. Melihat foto ini dengan cepat kita bisa melihat cerita sifat manusia yang terpaparkan di foto potret itu. Ada yang pemalu (terlihat dari kedua tangan yang dilipat), yang Pe De abis (paling kanan), ada yang sensual (yang memegang rambut), ada yang sangat feminim gerakannya (depan kanan yang duduk). Silakan terka sifat para guru yang lainnya.
Dalam foto potret ada istilah face shoot, tembak muka, maksudnya bukan menembak muka seseorang dengan pistol tetapi memotret hanya bagian wajah saja. Seperti juga gestur, garis wajahpun akan bercerita tentang banyak hal. Garis-garis itu seperti lembaran-lembaran buku yang bercerita. Ini ada salah satu foto face shoot yang baik dari Walter Chin.
Oleh: D. Setiadi (81319) 21 tahun yang lalu
Kak...gak diposting ke Artikel aja?
Annie Leibovits lebih eksrem pendekatannya. Beliau suka menciptakan adegan face shoot ini untuk tokoh celebritis, tapi kok ya tetap terlihat spontannya walaupun adegan itu disutradarai. Bahkan adegan itu lebih memperkuat karakter tokoh yang dipotretnya seperti potret aktris Merryl Streep ini. Foto ini mungkin foto potret Merryl Streep terbaik yang pernah dibuat.
D. setiadi: Kalau Artikel cuman searah, nggak seru.
Annie memang terkenal sebagai fotografer potret celebritis yang hebat. Bob Dylan yang urakan dan pemberontak serta selalu punya cara memandang dunia dengan caranya sendiri diabadikannya dalam face shoot ini.
Harapan dan nasib baik yang timbul menyertai Tom Hanks diabadikan dengan baik oleh Annie dalam foto ini.
Ini contoh face shoot yang bak dari Annie ketika memotret Samuel L. Jackson. Sederhana, apik dan memiliki kedalaman, seperti karakter sang tokoh ini.
Oleh: Tanti Johana (37658) 21 tahun yang lalu
Mas Feri, jadi logikanya kalau kita dekat dan punya hubungan baik dengan seseorang mestinya kita bisa memotretnya/menangkap ekspresinya dengan baik yah ? Karena kita sudah mengenal karakternya :) Mungkin bisa dimulai dengan lingkaran terdekat, orang tua, teman akrab, pacar dan lain-lain. Paling enggak, yang kita potret harus merasa aman dan enjoy dengan kita, hhmmm... jadi fotografer harus "menyenangkan" juga yah ?
Btw, sumber/kredit fotonya dari mana kak? :-?
Untuk Mbak Tanti: Harusnya sih memang begitu tak kenal maka tak sayang. Tapi kalau kitanya juga kurang peka hasilnya juga kurang mampu menampilkan karakter yang dipotret. BTW, sejauh ini foto diri Tanti sudah mendeskripsikan karakternya kok...ha...ha...ha....imut-imut dan lucu. D. Setiadi: Minjem CDnya dari teman saya, kak.
Oleh: susilo w. (50869) 21 tahun yang lalu
Wah...... nambah pening aja kak, tapi asyik.... he he he... makasih kak Feri... :)
Iyah Kakak Feri, jadi fotografer harus cekatan :) Makasih sudah bersedia berbagi, ada lagi lanjutannya ? :)
Oleh: Rochim Hadisantosa (104553) 21 tahun yang lalu
THx sharingnya Mas Fer, sangat bermanfaat. Kalau potret people -bukan tokoh- sangat menarik buatku untuk dibuat secara candid. Imo dalam hal ekspresi, lebih mewakili karakternya. kekurangannya kita gak bisa ngatur lighting sesuka kita, tergantung kondisi apa adanya. Kekurangan2 lain dalam kondisi yg ada susah untuk kita perbaiki. Spt pd foto di bawah, saya ambil secara candid, perbedaan stop yg tinggi antara wajah dan topi, dan background, membuat topi yg berwarna gelap nyaris berbaur seluruhnya dng BG. Fill in tentu nggak saya pakai untuk mengisi bagian wajah dalam bayangan gelap di bawah topi, krn pd potret ini saya ingin mengambil bbrp shot tanpa ia tahu. Bila saya meminta ijin, dan menggunakan flash fill in, mungkin akan lebih baik (?), tp bukan lagi potret people senatural yg saya inginkan lagi.. susah juga ya.. :-?
Emang paling enak bikin potret orang di sekitar kita.... :)
Oleh: Hasbi Azhar (1832) 21 tahun yang lalu
saya punya selera yang sama dengan mas Rochim... lebih parah lagi kalau saya diminta untuk memotret seseorang maka saya akan bingung mengatur supaya memperoleh foto yang baik... :) dan satu lagi yang saya suka adalah ekspresi dan situasi disekitar model...
Oleh: ferdy siregar (5173) 21 tahun yang lalu
manusia..manusia..tak habis-habisnya untuk dieksplotasi...
Oleh: Agan Harahap (77838) 21 tahun yang lalu
fredy siregar : ya iya lahhh....masa iya kita mau berhenti meng-eksploitasi manusia?? ya nggak dong awww....
Oleh: Wiratno (11293) 21 tahun yang lalu
Thanks.. mas feri.