Oleh: Irwansyah S (52460) 21 tahun yang lalu
Tergerak oleh keingintahuan oleh kualitas JPG antara Large/Fine dan Large/Normal pada kamera EOS-10D, maka saya mencoba melakukan percobaan sebagai berikut. Saya set flash 550EX ke "Manual" pada power 1/4, lalu mengatur kamera ke "Manual" pada 1/125 dan F16. Kamera pada tripod yang kokoh dengan lensa Sigma 105/2.8 EX-AF Macro dan hood. Gelang fokus saya atur ke infinity, lalu sistem auto fokus diaktifkan, selanjutnya saya melakukan fokus pada subjek yang akan dipotret. Setelah mendapat fokus sesuai dengan kode led autofokus, sistem AF lensa saya matikan dengan menswitch tombolnya dari AF ke MF. Pre-fokus selesai, dan ini tidak saya rubah lagi, standby. Feature "Mirror Lock" sudah saya aktifkan demi mencegah adanya kecurigaan vibrasi yang akan menyebabkan salahsatu image kabur dan menurunkan kualitasnya. Dengan memakai Remote Release RS-80N3, maka pengambilan gambar dilakukan. Saya menunggu selang 3 menit untuk mengambil gambar kedua agar flash mempunyai charge yang cukup dan tidak ada alasan exposure pada kedua gambar tersebut tidak sama persis. Shot dilakukan dua kali. Yang pertama pada setting "LARGE/FINE" L/F, dan yang kedua pada setting "LARGE/NORMAL" L/N. Setting L/F, menghasilkan filesize sebesar 2.11MB, sedang setting L/N menghasilkan file sebesar 1.01MB. Jadi lebih kecil hingga 50%. Berikut contoh gambar hasil percobaan ini dari: image asli, pembesaran 200%, dan pembesaran 500%. Pembesaran ini untuk menemukan seberapa besar bedanya kesinambungan tone dan artifacts (segi-segi) yang ditimbulkan oleh kompresi L/N dibandingkan dengan kompresi L/F. Editing dilakukan di PhotoShop7, dan kropingnya di "Save as Web" pada kualitas 80%. Silakan menurunkan pendapatnya.
LARGE/FINE - Krop 1:1 dari gambar asli:
LARGE/NORMAL - Krop 1:1 dari gambar asli:
LARGE/FINE - Pembesaran 200 % dari gambar asli:
LARGE/NORMAL - Pembesaran 200 % dari gambar asli:
LARGE/FINE - Pembesaran 500 % dari gambar asli:
LARGE/NORMAL - Pembesaran 500 % dari gambar asli:
Kesimpulan: Jangan takut pakai kualitas "Normal", kalau kita tidak sering mencetak lebih besar dari 10R. Kalaupun perbedaan itu ada itu cuma akan nampak dengan pembesaran sekian kali di layar monitor. Pada saat dicetak ke kertas foto, maka perbedaan itu perlu lup untuk menemukannya :D. Perbedaannya tidak terlalu banyak IMHO. Dengan memakai pilihan kualitas JPG ke LARGE/NORMAL, maka saya mendapat 420 frames dari 204 frames pada LARGE/FINE dengan Compact Flash 512MB/ISO100. Penambahan jumlah frame ini akan sangat berarti kalau kita sedang foto sport atau fireworks untuk memakai bracketing dan continuos drive yang boros memory. Kalau selama ini saya selalu memakai kompresi "Fine", maka sekarang saya tidak ragu lagi memakai "Normal" kalau keadaan medan (butuh banyak frame/CF) membutuhkannya. Bagaimana pandangan mata kawan-kawan?. Silakan disampaikan.
Oleh: Widarto Rachbini (24647) 21 tahun yang lalu
yang begini apa nggak sebaiknya masuk artikel aja mas. supaya bisa jadi referensi bagi yang mau belajar seperti saya. kalo saya diminta pendapat ato mengomentari tulisan ini, ilmunya belon nyampe. jadinya ya setuju2 aja. tks atas uraian yang cukup informatif dan mendetail. :)>-
Oleh: D. Setiadi (81319) 21 tahun yang lalu
Sekarang jadi peneliti ya? :-"
Oleh: Yusuf Paulus (31587) 21 tahun yang lalu
Terima kasih Mas, atas sharingnya...
"Pandangan mata" nya mana mas? :D. Saya hanya ingin tahu seberapa banyak yang setuju dan yang tidak setuju :).
Oleh: Hilman Patria (18646) 21 tahun yang lalu
makasih info nya mas irwansyah.. :D
Oleh: Gunawan Wibisono (26231) 21 tahun yang lalu
S E T U J U :D
Oleh: Dedi Rosadi (3024) 21 tahun yang lalu
Om Irwan, mending beli beli cf 512 lagi yang banyak kalo punya duit :)) Kalo yang nggak pro dan kaga punya duit kaya gue sih, mane aje lah ... :p SE7 BUANGET POKOKNYE
Oleh: Yoni Tan (13785) 21 tahun yang lalu
Wah obyeknya kok pakai lensa yah ? Pake yg agak komplek dikit bisa ? Kayak kain bermotif ataupun urat pohon ? kalau obyeknya simple sih tidak begitu berpengaruh pada penurunan kualitas gambar secara keseluruhan
Oleh: Andreas Darmosaputro (18715) 21 tahun yang lalu
Mas Irwan - setuju, kelihatan bedanya cuman kalo dibesarin... pada pembesaran 100% sebetulnya sudah mulai kelihatan (artifacts di sekitar angka dan huruf misalnya) tapi saya rasa kalo dicetak 5R aja belum kelihatan bedanya...
Oleh: Edgar Manik (625) 21 tahun yang lalu
Mas Irwan, Saya setuju dengan Yoni Tan, kalau bisa objeknya jangan lensa, tapi objek dengan detil yang rumit, yang memang susah dikompress rendah tanpa menghilangkan detil. Disitu baru kelihatan beda antara kompresi tinggi dengan kompresi rendah. Setahu saya, kompresi jpeg juga mengkompres variasi warna, ini bisa dilihat di foto dengan pembesaran 500%, dimana fine masih menghasilkan variasi warna grey disekitar angka 0, sedangkan normal sudah hampir flat tanpa variasi. Pada akhirnya, saya memang setuju dengan kesimpulan anda, gunakan kompresi yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Tapi jika memang tuntutan harus merekam detil sebaik2nya untuk cetak ukuran besar (katakanlah di atas 40x60), gunakan yang terbaik, dalam hal ini RAW.
Hmmm, benar juga ya, akan saya coba dengan memotret benda yang lebih bertekstur. Pemikiran saya: Karena tulisan angka lebih familiar dimata kita, maka saya memilih memotret angka-angka yang ada di lensa itu. Valuable input Yon dan Edgar. Thanks.
Hehehe, sorry ya malah ngrepotin Pak Irwan. Saya dulu pernah juga mengalami hal itu dimana CF saya yang terbatas itu akhirnya harus saya kompensasikan dengan tingkat kompresi yang lebih tinggi. Akhirnya meskipun 4MP tetapi dicetak 4R-pun grainy-nya keluar semua. Tapi emang sih powershot G2 tidak bisa dibandingkan hasilnya dengan 10D tapi paling tidak dalam hal ini penurunan kualitas di G2 itu sangat drastis menurut pengalaman pribadi saya. Obyek yang saya foto waktu itu Kunjungan ke Gua Maria Lourdess di Posarang, Kediri
Oleh: Rendra Kartadinata (19382) 21 tahun yang lalu
Opini saya, tergantung seberapa penting foto yang dihasilkan. Ini tentunya menentukan tingkat pemadatan (kompresi) dari gambar yang dipilih. Saya ambil contoh pengalaman bung Pinky Mirror yang rata-rata mengambil gambar dengan format RAW untuk tiap sesi pemotretannya. Mengapa ? karena kualitas gambar yang dihasilkan dan juga masalah hak cipta. (benar kan bung Pinky ?) Saya sendiri hampir 95% dalam memotret selalu memakai JPEG dengan tingkat kompresi terendah dan resolusi tertinggi, Bagi saya ini sudah sangat memadai sekali.
Oleh: Pinky Mirror (6382) 21 tahun yang lalu
Usaha mas Irwansyah cukup menarik. Menurut saya, semakin Anda mendalami, maka akan ada hal-hal baru yang Anda dapatkan. Jadi masalah setting semuanya kembali ke fotografernya. Kalau merasa aman dengan JPG normal, ya silahkan. Yang penting adalah fotografer in control in everything. saya sendiri 99.9% RAW.