Oleh: Bren W (879) 21 tahun yang lalu
Saya br saja meliat karya foto berjudul "breast" dimana ada sbh komen yg menarik karena menurut si penulis karya2 foto nude tdk pntas ditampilkan dlm situs fotografi umum spt FN, menurut saya seharusnya yang membuat komen tersebut lbh membuka diri dalam menilai sebuah karya foto, termasuk foto Nude jangan mengatasnamakan kaidah-kaidah ketimuran, kepatutan dan kaidah2 lain, menjadi "buta" ...Selama foto tersebut dimunculkan dalam nuansa artistik misalnya tidak memperlihatkan organ vital manusia (ti- dan me-) menurut saya maih layak untuk ditampilkan sepanjang tentunya menggunakan prinsip-prinsip dasar photography...Sebab apabila DILARANG maka itu akan mematikan daya kreatif dari seorang fotografer. Kayaknya kita sebgai masyarakat indonesia masih perlu belajar BANYAK bagaimana menghargai sebuah karya photo jg hanya melulu MELIHAT dr kacamata PORNOGRAFI...Mandul ntar kite..Stuju???...
Oleh: Arif Subekti (15289) 21 tahun yang lalu
HEY....Ada lagi judul ASLI dari DIBYO WIBOWO ?????????
Oleh: K Wijaya (9411) 21 tahun yang lalu
batas ada dalam kesadaran kita sendiri...
Oleh: Danny (13075) 21 tahun yang lalu
fine art nude kan ok juga
Oleh: Suryo Wibowo (25088) 21 tahun yang lalu
dibyo wibowo siapa???? kontroversi mengenai foto nude kan tergantung prinsip masing² orang... foto itu memang revolusional...tapi kualitas nya kurang bagus, hal ini juga saya kemukakan di komentar saya di foto itu...
Oleh: Patricia Kristy Prameswari , Kikie (11345) 21 tahun yang lalu
Porno ato nggaknya tergantung pikirannya yang ngeliat kayaknya.... (jadi inget Rhoma Irama vs Inul) :D
Oleh: Tanti Johana (37658) 21 tahun yang lalu
Seharusnya dalam mengungkapkan pendapat, ide ataupun pikiran sebaiknya dipikirkan juga reaksi yang akan muncul dari ungkapan itu. Member FN datang dari berbagai macam latar belakang, warna rambut boleh sama tapi isi kepala bisa saja beda. Oleh karena itu perlu kita menghargai pendapat orang lain, menjunjung tinggi kebersamaan menghargai perbedaan. Sekalimat, dua kalimat yang diucapkan tidak bisa dijadikan patokan untuk menilai seseorang. Foto nude (bahasa Indonesianya apa yah ? Foto telanjang ?) muncul ketika manusia tertarik dengan tubuhnya sendiri dan punya keinginan ingin mengabadikan keerotikan tubuh. Fotografi juga tak lepas dari pengaruh yang menjadi trend tahun 60-an itu, dari tahun-ketahun aliran ini berkembang, tubuh tidak dipotret hanya karena erotis, karena telanjang itu menarik, tetapi foto telanjang disetting/disutradarai untuk menyampaikan ungkapan/ide tertentu, posisinya diatur, tempat pemotretan biasanya dipilih, supaya potret hasilnya tampak elegan dan mahal. Meski kain yang melekat pada tubuh dari tahun ke tahun semakin berkurang, ada satu batasan yang harus dipatuhi, yaitu foto yang dipublikasikan tidak boleh mempertunjukkan rambut kelamin dan alat kelamin. Batasan ini hanya bertahan sampai tahun 70-an. Kemudian ada beberapa fotografer yang membuat aliran lain yang berlawanan. Saya lebih setuju jika batasan foto telanjang ditentukan oleh diri kita sendiri, seseorangpun bisa membuat aliran lain yang berlawanan. Cara belajar yang sehat bukan menerima semua yang tersedia dan semua yang baru, tetapi tak lupa memilah-milahnya, memilih mana yang baik mana yang buruk. Dalam memilih diperlukan pula alat sortir, saya pikir dalam hal ini kultur dapat memainkan peranan yang besar. Apa salahnya kultur timur dipakai untuk menilai sesuatu ? Bukankan kultur itu cukup orisinil bagi kita ? Lucu kalau kita mengadopsi kultur lain yang sama sekali kita tidak mengenalnya dengan baik. Keindahan itu subyektif tidak akan ada akhirnya membicarakan sesuatu yang subyektif. Karena masing masing pihak tentunya akan membela apa yang dianutnya. Jalan keluarnya adalah saling menghargai, toh kalau memang tidak ada titik temu, mau apa lagi ? Jika secara mayoritas foto itu tidak pantas tampil di FN, itulah pilihan mayoritas anggota FN, salah tempat saja kok. Foto itu akan mendapat penggemarnya tapi di lain lokasi. Menurut saya, kreatifitas tidak akan mati karena seseorang dilarang ini dan itu, selalu saja ada ide-ide baru yang muncul. Kreatifitas tidak bisa diartikan sebagai asal beda berarti kreatif . Kreatifitas pun perlu diolah untuk mencapai hasil yang maksimal. Untuk membuat foto telanjang yang baik, tidak cukup hanya ilmu fotografi yang dipakai tetapi juga ilmu lain yang mencakup transformasi/menterjemahkan ide, permilihan lokasi, atmosfer yang ingin dicapai dan lain-lain. Bagus jika kita punya semangat belajar yang tinggi, asal jangan salah pilih sumber. Jangan-jangan malah membentuk aliran sesat.
Oleh: F.X.Dwi Putranto,frans (8454) 21 tahun yang lalu
Penjelasan M'Tanti sudah mewakili semua keluh kesah kita.Kita semua sudah dewasa...harusnya bisa me milah2 mana yg baik dan yg tidak,Mana yg seni dan mana yg ecek-ecek.