Memperindah photo dengan photoshop! Ngga nipu kok pak ARB! Kalau pak Nurbina jago memanfaatkan "manipulasi PS"- yang justru sangat memperindah karyanya ( jaran kepang - terlampir 1)- mengapa bung reza ngga memanfaatkannya untuk menghilangkan lima buah lampu dari karya ciamiknya ini (keseimbangan -terlampir 2)

Tik ... muleh neng semarang tak enteni neng rinjani ... wani po ...

ini fotonya reza

Memperindah foto lewat PS emang menarik... tapi setahu saya foto panggung Reza ini untuk berita di medianya...kalo reza menghilangkan lampu-lampu, esoknya dia sudah membohongi ribuan pembaca. Kalo menurut saya, lampu-lampu itu malah meperindah visual foto...ada aksen sebuah panggung...salam...

Menurut saya, penggunaan software grafis pada karya foto hanya boleh dilakukan untuk beberapa hal terbatas, misalnya : memperkecil ukuran file, auto-adjustment gambar, cropping, dan mencantumkan tulisan copyright. Sedangkan hal-hal yang tidak boleh (lebih tepat: tidak etis) dilakukan adalah, misalnya : mengubah warna, mengubah kecerahan secara manual, mengubah gamma secara manual, flipping, rotating, dsb. Sebab, semakin banyak menu software grafis dikenakan pada sebuah foto, maka semakin kecil nilai fotografisnya foto itu, alias semakin besar nilai kompugrafisnya foto itu.

kalo kata saya mah... sah-sah aja di edit komputer, mempercantik foto. Asal jangan ngaku2 aseli, padahal dah di manipulasi, ga gentle man!

saya pikir kalo photonya udah bagus dari sono nya gak perlu di edit lagi, karena akan muncul kebanggaan tersendiri jika mampu membuat photo yang asli dari cetakannya udah baguss tanpa diedit.

Kalo penggunaan utilitas penghilang noise (NeatImage, SmartNR, etc)? Secara komposisi, warna, pencahayaan, kontras gambar (digital/scanned film) gak berubah.. tapi kita bisa pake ISO 3200 tanpa gangguan noise, faster shutter speed, smaller aperture but still enough lighting.. is it considered cheating also?

Condro Bawono, Apakah kita semua berpikir, bahwa film yang kita proses di lab foto itu tidak dilakukan "editing"?. Kecuali kita instruksikan secara khusus, umumnya lab foto selalu meng "edit" foto kita sebelum dicetak, terutama exposure-nya. Di lab foto, mereka selalu preview foto sebelum dicetak dan melakukan editing di mesin cetak. Belum lagi dengan tusir-mentusir di kamar gelap. PS itu cuma mempermudah saja tahapan diatas dengan tanpa perlu gelap-gelapan lagi.

Biar seru! setuju dengan Irwansyah...manfaatin aja PS, supaya karya makin bagus. memang PS. itu diciptakan untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya dan seluas-luasnya. Demi kemakmuran bangsa..... Mengenai bohong-membohongi, menanggapi pak andi lubis... sebenarnya saya pikir manipulasi digital hanya membatasi apa yang bisa dilihat oleh "audience" / atau yang ingin ditunjukan oleh Creator. Dimana sejak kita mulai merekam foto (analog) saja, sebenarnya kita sudah membatasi apa yang bisa dilihat oleh audience kok.
Pa A. Manzil, kalau misalnya Foto kita kurang bagus, terus dioleh dengan photoshop menjadi bagus atau menakjubkan... kita kan juga seneng dan bangga pa....
yang penting Jujur dan terbuka saja, simple! salam....

Sekarang tahun 2003...

Di Fotografer.net, sah-sah saja memanfaatkan Photoshop asal dijelaskan di Keterangan Tambahan. Di sini kita menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab demi kreativitas. Tentu saja, sejauh muatan fotografi lebih besar daripada komponen grafisnya.

Sementara di kancah fotografi Indonesia, apresiasi terhadap foto-foto digital dan foto-foto hasil olah digital (harap dibedakan) menjadi nisbi. Karena banyak kepentingan yang termuat dan secara ambisius ingin ditegakkan... Tergantung Anda membahas tentang foto digital dan Photoshop ini di mana.

Bang Michael... polesan PS tanpa batas memang sah-sah saja... tapi kurang arif jika diterapkan di foto jurnalistik...saya setuju bahwa dengan memotret kita sudah mencerabut secuil realitas dari lingkungan sekelilingnya. Kalo kita anggap itu sebuah manipulasi, akankah kita tambahi manipulasi itu dengan polesan PS di foto jurnalistik... di pers, sekali kita ketahuan melakukan praktek itu, kita bakal ditinggalkan pembaca, selamanya..salam...

Bang Michael... polesan PS tanpa batas memang sah-sah saja... tapi kurang arif jika diterapkan di foto jurnalistik...saya setuju bahwa dengan memotret kita sudah mencerabut secuil realitas dari lingkungan sekelilingnya. Kalo kita anggap itu sebuah manipulasi, akankah kita tambahi manipulasi itu dengan polesan PS di foto jurnalistik ?... di pers, sekali kita ketahuan melakukan praktek itu, kita bakal ditinggalkan pembaca, selamanya..salam...

Pokoknya jangan seperti kasus fotografer Amrik (lupa harian apa). Sudah kadung jadi headline...

Untuk saya PS adalah pengganti kamar gelap.Kalo dulu semua dikerjakan di kamar gelap,sekarang di Kamar Terang.Untuk Seni Foto,proses memotret tidak hanya berhenti pada saat kita menekan tombol kamera,tapi berlanjut sampai kepada apa yg akan ditampilkan.Dan itu tergantung dari persepsi masing2 orang.Untuk Foto Berita,PS hanya boleh digunakan untuk Burningin,dodging dan croping.

saya setuju dengan pak Tan Thiam Kie.

Bagi saya, memanfaatkan PS sah-sah aja sejauh di kasih atu kalo sudah ada campur tangan PS :) Soal nilai photo itu kan kembali ke person masing-masing. Saya masih bangga dengan hasil photo apa adanya. Ibarat belajar, masih bangga dengan hasil mikir sendiri. Kalo udah campur tangan PS, sama aja udah make cad cam untuk menggambar design. Jadi selama informasinya jelas silahkan aja pake Photoshop. Bagaimanapun hasil original lebih puas dari hasil manipulasi, walau hasil manipulasi bisa lebih bagus dari photo original. PEACE..... :)>-