Photos & Script: Ully Zoelkarnain
Sebuah gagasan kecil, awal dari sebuah karya besar. Sepertinya ini sebuah kutipan yang pernah saya dengar entah dari siapa, yang selalu memberikan semangat bagi saya untuk berkarya. Baik itu komersial atau seni fotografi, keduanya memiliki dasar yang sama, sama-sama bergerak dari satu kata, yaitu “konsep”. Beberapa foto yang saya hasilkan berkembang dari sebuah konsep yang sederhana, seperti konsep tentang susu, work out, orgasme, groupies band, kejahilan, bahkan beberapa ada yang terinspirasi dari cerita-cerita dongeng, seperti Cinderella, raja yang sombong, dan lain-lain.
Fotografi komersial bukanlah kerja satu orang. Seorang fotografer akan selalu dibantu oleh timnya. Untuk kebutuhan fashion spread majalah, misalnya, saya bekerja sama dengan fashion stylist dan didukung oleh seorang make-up artist, tak ketinggalan set-and-props master ikut membantu fotografer. Dari diskusi tim tersebut, konsep yang sederhana kita kembangkan menjadi sebuah cerita yang terangkai dalam beberapa seri foto. Setelah konsep itu matang, maka kerja selanjutnya menjadi sangat ringan; dan untuk 12 halaman fashion spread bisa saya selesaikan maksimal dalam lima jam kerja, termasuk make-up. Tak jarang saya bekerja tanpa persiapan yang matang. Namun dengan dasar konsep yang ada, saya sering on the spot mengembangkan konsep yang ada ke bentuk visual foto. Ini memang sangat menguras tenaga, tapi yang paling meringankan pekerjaan kita pada saat-saat seperti ini adalah kekompakan tim pendukung, dan tentu saja si model yang kooperatif. Seperti foto Ringgo Agus Rahman ini saya buat dalam waktu hanya dua jam, padahal konsepnya baru saya ketahui saat tiba di lokasi.
Dengan diskusi yang cukup singkat bersama tim kreatif majalah dan tim saya, maka dalam waktu yang singkat pula kita buat penataan seperti yang ada di foto. Lokasi yang kita gunakan adalah halaman belakang salah satu studio dari stasiun televisi lokal, dan kebetulan barang-barang yang ada di situ sangat mendukung. Dengan konsep “menjahili”, kita kembangkan menjadi sebuah set sirkus jalanan yang memiliki lingkaran papan target untuk manusia, seperti yang dimiliki pelempar pisau. Di sini ceritanya Ringgo akan menjahili Ringgo 2 yang terjebak di lingkaran target.
Contoh lainnya dari ide atau konsep sederhana yang saya kembangkan adalah cerita raja yang sangat narsis, dari sebuah kerajaan di daratan Eropa (maaf, saya lupa judul ceritanya). Raja tersebut mengadakan lomba rancangan baju kerajaan, yang dimenangi oleh seorang penipu. Si penipu berkata, ia membuat baju raja paling bagus dan tak mungkin bisa disamai oleh raja-raja lainnya; dan, singkat cerita, jadilah baju yang ternyata tak tampak. Cerita ini mendasari konsep foto untuk cover edisi perdana majalah The JakartaPost Weekender, majalah sisipan Koran The Jakata Post. Talent yang dipilih adalah Butet Kartaredjasa.
Mengembangkan konsep tidak harus selalu berakhir dengan pesan yang eksplisit, tapi bisa pula implisit atau tersirat. Seringkali saya menggunakan simbol atau perumpamaan untuk mengungkapkan pesan yang ingin saya sampaikan, terutama yang menyerempet hal-hal berbau seks. Bagi saya, seksi itu tidak harus vulgar, tidak harus straight to the point, tapi bisa diwakili melalui properti, warna, atau body language. Di sini si model tidak harus tampil vulgar, tapi penikmat foto saat melihatnya bisa menangkap ke-sexy-an itu tanpa merasa risih.
Tips dari Fotografer
Ully Zoelkarnain A professional photographer who works at ulzPhotography (under The Loop Indonesia Management), participating in a number of photo exhibitions – including art photography – and won several photography contests.
Artikel ini pertama kali dimuat di Exposure Magazine Edisi 3 Klik di sini untuk melihat dan mendownload edisi-edisi Exposure Magazine yang pernah diterbitkan. Exposure Magazine adalah majalah bulanan yang diterbitkan oleh Fotografer.net.Exposure Magazine adalah merk dagang resmi yang dimiliki oleh Fotografer.net.
3 tahun yang lalu Reply
1 tahun yang lalu Reply
8 bulan yang lalu Reply