Ini cerita dari pameran foto jurnalisitik "KunoKini". yang berlangsung pada 22-27 November 2019 di Bentara Budaya Yogyakarta. Pameran ini menyuguhkan karya yang dibuat oleh 15 pewarta foto Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara.

Lebih 100 foto yang dipajang bukanlah menggambarkan peristiwa-peristiwa "panas" seperti politik, konflik dan sejenisnya, melainkan foto-foto feature tentang keseharian, tradisi dan budaya masyarakat, khususnya Jawa, khususnya lagi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dari tajuk pamerannya setidaknya kita bisa membayangkan apa yang coba disodorkan. "KunoKini" mempresentasikan foto-foto tentang berbagai hal dari masa lalu yang tetap eksis di masa kini.

"Fenomena itulah yang mendasari adanya pameran KunoKini. Melalui rangkaian 136 foto, tersaji bagaimana kolaborasi budaya serta tradisi lokal berpadu dengan pergerakan zaman yang dinamis," papar Kepala Radaksi Foto LKBN Antara Prasetyo Utomo.

Ismar Patrizki selaku kurator pameran mengemukakan, kekuatan kultural yang masih singgah dalam nadi masyarakat di era 4.0 sekarang ini adalah sebuah keistimewaan. "Kebinekaan yang harmonis ala Jawa di tengah modernisasi itu mengundang perhatian untuk diabadikan menjadi imaji-imaji menawan," tuturnya.

"Rangkaian imaji ini," Ismar melanjutkan, "menjadi bukti betapa kearifan kuno tetap menjadi kekinian di era 4.0."

Bagi saya pribadi, pameran ini malah mengingatkan pada buku lawas berjudul "Masa Lalu Selalu Aktual" karya mendiang P. Swantoro, yang dulunya adalah wartawan Harian Kompas.

Intinya, buku tersebut menegaskan bahwa masa lalu bukanlah hal yang sia-sia. Seperti kata-kata bijak yang kerap kita dengar, masa lalu adalah guru yang sangat berharga. 

Saya kira begitulah tradisi masa lalu yang tetap hadir di masa kini, seperti ditunjukkan melalui foto-foto yang dipamerkan, misalnya tradisi nyadran, merti bumi dan sebagainya. Ia tidak sekadar dijalankan untuk meneruskan tradisi yang diwariskan nenek moyang, tapi juga bisa menjadi semacam pedoman untuk menjalani kehidupan masa kini dan esok. Jadi, masa lalu memang tak pernah basi, justru ia selalu baru.

Kira-kira looo... kalau toh salah ya mohon dimaklumi dan dimaafken.... hehehe.

Salam kunokini yang selalu asoi 😊