Seorang Bapak Tua yang lusuh selalu mucul di sekitar Bangunan tua yang juga sebagai icon kota Semarang "Lawang Sewu". Entah dari mana asalnya yang jelas Bapak ini pintar berbahasa Jepang, menyanyi lagu Heiho, boleh jadi dulu jaman masih muda dia adalah seorang pejuang. Tapi lihat saja keadaannya saat ini, homeless, sungguh tragis dan ironis.




Apalagi baru kemarin kita peringati hari Kebangkitan Bangsa. Mana Hormatmu untuk para pejuang, mana rasa banggamu untuk para pahlawan, mungkin itu yang tiba tiba muncul dari balik lubuk ini. Hal serupa juga terjadi dengan Bapak ini di lain tempat mungkin.


Hanya dengan Artikel Essay ini yang dapat saya persembahkan untukmu para pejuang, khususnya untuk Bapak yang satu ini. Saat Saya dan teman-teman baik dari semarang maupun dari luar semarang hunting foto di sini (red:Lawang Sewu) selalu menemui Bapak ini. Disela-sela huntingnya pasti ada momen diamana mengambil gambar bapak ini. Maka timbul ide saya untuk membuat satu foto essay mengenai dirinya. Karena dia adalah salah satu inspirasi saya saat hunting di Lawang Sewu.


 



MATA ANGIN

mata angin ingin.......
aku terpana oleh hembusannya
aku terlena dengan kesejukannya
aku melupakan gerahnya hari




tapi hembusan itu justru menyadarkan aku
bangun.........bangun...........aku melamun

melamun lagi soal keheningan hati
dari kegerahan hati yang sesungguhnya
melamun lagi soal kesunyian jiwa
dari kekeruhan kota yang sudah tua



mata angin ingin menggugah aku
mata angin ingin menuntun aku
mata angin adalah petunjukku



bangun ... dari semua lamunan
bangun ... dari segala impian
bangun diriku dengan cita-cita

mata angin ingin.......
karena itu bukanlah sebuah tujuan
karena itu hanya sebuah renungan



semua tak akan berubah menjadi tuntunan
selama aku tak beranjak dari renungan
bangun.......karena mata angin ingin....



Terima kasih buat Bapak ini, yang sudah memberi inspirasi saya untuk menuangkan isi hati dan karya saya ini.