Bagaimana Membuat Judul yang Menarik

Bagian pertama tulisan ini telah mengulas tentang pentingnya judul yang pantas untuk menjaga dan meningkatkan citra sebuah karya foto. Judul dalam hal ini bisa diibaratkan sebagai kemasan produk. Sebagus apapun suatu produk, bila kemasannya asal-asalan, maka citra yang ditimbulkannya akan buruk. Akibatnya, produk tersebut tidak akan banyak ditengok, apalagi dibeli. Hal tersebut juga berlaku (terutama) bagi suatu karya seni seperti fotografi, karena apa yang ditawarkan oleh suatu karya seni sebenarnya adalah citra. Suatu karya seni mempunyai nilai tinggi karena asosiasinya dengan citra selera yang tinggi, berkelas dan eksklusif. Bayangkan, misalnya, karya masterpiece Leonardo Da Vinci “Monalisa” diberi judul, “What’s Up, Dude?” atau “Apa lo lihat-lihat?” atau “Suka ga ma gue?” Tentu citra yang ditimbulkannya akan berbeda.

Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana judul yang baik dan pantas itu? Apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam memberi judul pada suatu karya foto?

Tulisan berikut ini akan mencoba mengulas serba sedikit rambu-rambu yang mungkin bisa dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan bagi penjudulan suatu karya foto. Sekali lagi, apa yang dikemukakan di sini hanya rambu-rambu. Kita sebagai fotografer tetap memiliki hak prerogatif penuh untuk memberikan judul apapun yang kita mau bagi karya kita.

Rambu pertama yang perlu diperhatikan dalam memberikan judul bagi karya Anda adalah, sedapat mungkin hidari mendeskripsikan apa yang ada di dalam foto, seperti “Si Fulan Pergi ke Pasar” atau “Negeri Antah Berantah di Malam Hari”. Deskripsi semacam ini cenderung memiliki banyak kelemahan untuk digunakan sebagai judul karya foto. Selain boros kata (klobot dan verbalis), usaha untuk memverbalkan apa yang ada di dalam foto akan mengambil sebagian besar “energi visual” yang ada di dalam foto dan membatasi interpretasi dan apresiasi penikmat foto. Kata-kata deskriptif itu seolah-olah menjadi tembok yang memagari penikmat foto dalam penjelajahan visualnya. Oleh karena itu, deskripsi cenderung “mematikan” nyawa foto.

Namun demikian, bukan berarti deskripsi tidak boleh dipakai sama sekali. Kalaupun dengan terpaksa Anda harus menggunakan deskripsi dalam judul karya foto Anda, usahakan agar deskripsi itu tidak boros kata. Pilih satu atau dua kata yang padat dan mewakili esensi karya Anda tanpa harus memberikan pra-batas yang membelenggu penjelajahan makna dan keindahan foto oleh penikmatnya. Satu kata seperti “Pasar” mungkin akan membuat penikmat foto lebih penasaran dan ingin menjelajahi dan menemukan elemen-elemen foto yang merepresentasikan kata itu, ketimbang – misalnya –  “Si Fulan Pergi ke Pasar”.

Kalau kebetulan Anda menguasai suatu bahasa asing dengan baik, mungkin Anda bisa menggunakan kata dalam bahasa asing itu yang mampu mewakili esensi visual foto Anda. ­Penggunaan bahasa asing ada plus minusnya. Di satu sisi, kata dalam bahasa asing bisa memberi kesan eksklusif. Namun, di sisi lain, penggunaan kata asing bisa jadi membuat orang tidak mengerti sama sekali pesan yang ingin Anda sampaikan – sehingga judul yang Anda pakai itu efeknya sama saja dengan membiarkan foto Anda tanpa judul alias NT (no title). Satu hal lagi yang perlu diperhatikan jika Anda ingin menggunakan bahasa asing sebagai judul foto adalah, memastikan bahwa istilah, frase atau kata asing yang Anda pakai itu dipakai dengan tepat dan cermat, karena penggunaan bahasa asing yang tidak tepat dan cermat justru bisa menjatuhkan citra Anda (kurang berpendidikan) dan citra karya Anda (judul asal-asalan).

Rambu kedua yang mungkin bisa dipakai sebagai patokan dalam penjudulan karya foto adalah, hindari kata-kata atau frase yang cliché karena sudah sering dipakai oleh orang lain, iklan, dan yang sejenisnya. Karena seringnya suatu kata atau frase dipakai, dan karena tingkat kepopulerannya yang tinggi, kata-kata seperti itu seringkali menjadi terlau encer (diluted) maknanya dan kurang mampu memberikan kejutan yang mampu mengetuk pintu mata dan hati penikmat karya foto Anda.

Rambu ketiga yang mungkin tidak kalah pentingnya dalam mengangkat citra karya foto Anda adalah kesantunan. Kesantunan selalu diasosiasikan dengan peradaban yang tinggi. Oleh karena itu, cobalah usahakan agar judul yang Anda pilih untuk karya foto Anda mencerminkan kesantunan Anda berbahasa. Judul-judul seperti “'Duuuh a'a...terus a' dikit lagi....” atau “BAPAK .....!!!! [Bantuin Aku Pegangin Anoe Kak !!!]," meskipun bisa jadi lucu dan sensasional, karena vulgar dan tidak santun, akhirnya hanya memberi kesan – maaf – “murahan” yang menjatuhkan citra karya foto yang bersangkutan.

Berikut ini akan saya sajikan dua contoh kasus penjudulan yang ada dalam portofolio saya. Mudah-mudahan bermanfaat sebagai ilustrasi.

 

Contoh 1: STEMPEL
 


 

 

                               

 

 

 

Foto ini saya beri judul STEMPEL, karena kebetulan di dalam foto ada kata itu. Tapi bukan hanya itu. Kata STEMPEL saya anggap mewakili keseluruhan foto karena orang ini tukang stempel yang mengerjakan stempel dan di sekitarnya terpajang stempel-stempel hasil karyanya. Sebagai fotografer, tentu saya bisa saja menjuduli foto ini “Bekerja Keras” atau “Konsentrasi Penuh” untuk menunjukkan bahwa tukang stempel ini sedang bekerja keras atau bekonsentrasi penuh. Namun kedua frase ini terlalu membatasi perhatian pemirsa hanya pada pekerjaan yang sedang dilakukan oleh tukang stempel ini, tanpa memperhatikan produk dan gerobak kedai yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pekerjaan bapak ini.

 
Contoh 2: JAYWALK #2

 

 

 Foto ini bisa saja saya beri judul “Menyeberang,” “Nekad” atau “Menerobos Bahaya”. Namun ketiga kata dan frase di atas saya anggap tidak seutuhnya mewakili esensi foto. Kata “menyeberang,” misalnya, terlalu luas artinya. Orang bisa menyeberang di tempat yang ditentukan atau, seperti orang-orang ini, menyeberang tidak pada tempatnya. Demikian juga kata “Nekad” atau “Menerobos Bahaya”. Bentuk kenekadan dan menerobos bahaya ada bermacam-macam. Jadi kalau saya pakai judul “Nekad” atau “Menerobos Bahaya” konotasinya terlalu luas sehingga tidak mewakili esesi dasar foto. Saya pilih kata “jaywalk” (Bahasa Inggris yang artinya menyeberang tidak pada tempatnya), karena kata ini singkat, padat, dan mewakili esensi visual dan pesan yang ingin disampaikan oleh foto ini.

 

Tentu di FN ini Anda bisa mencari lebih banyak lagi contoh penjudulan yang baik. Kalau Anda perhatikan dengan seksama, tentu Anda akan bisa belajar banyak dari rekan-rekan yang penuh perhitungan dalam memberikan judul bagi karya fotonya.

 

 

 

 

 

 

Salam FN!