Petak Sembilan Menjelang Imlek 2005

Sebelum reformasi tahun 1998 warga keturunan Tionghoa di Indonesia sangat dibatasi kegiatan kebudayaannya oleh pemerintah orde baru. Banyak larangan diberlakukan agar mereka tidak mengadakan perayaan yang berkaitan dengan kepercayaan dan kebudayaan mereka secara terbuka. Seperti perayaan tahun baru Imlek misalnya. Tetapi syukurlah setelah era reformasi dan demokrasi berjalan tidak ada larangan lagi bagi warga keturunan Tionghoa untuk merayakan perayaan  secara terbuka.

Foto-foto ini tentang aktivitas dan interaksi warga keturunan Tionghoa beberapa hari menjelang perayaan tahun baru Imlek 9 February 2005. Betapa mereka kini  sangat antusias dan bebas menyongsong perayaan tahun baru itu. Dan bukan hanya mereka saja yang bergembira dengan keadaan ini tetapi juga warga negara bukan keturunan mendapat keuntungan dari menjual barang-barang untuk keperluan perayaan tahun baru itu. Para pengemis pun banyak berdatangan ke kuil Petak Sembilan tempat warga keturunan Tionghoa beribadah untuk mendapatkan uang dari para peziarah.

Bangsa ini masih harus terus belajar untuk terus hidup berdampingan dengan bangsa dan kepercayaan lain. Toleransi dan saling menghormati harus terus dikembangkan sehingga tidak ada lagi diskrimasi atau konflik bersifat SARA yang sering terjadi.      

Lokasi pemotretan ini di kawasan pecinan Jakarta yang terkenal dengan nama Petak Sembilan. Kawasan pecinan ini sudah ada dari sejak jaman penjajahan Belanda abad 19. Pemerintah Belanda melokalisasi keberadaan kaum pendatang dari Tionghoa setelah pemberontakan warga keturunan Tionghoa kepada pemerintah Belanda. Pemberontakan itu dikenal sebagai Tragedi Pembantaian Angke. Lebih 10.000 warga Tionghoa dibantai pemerintah Belanda. Mulai dari pria, wanita, orang tua, dan anak-anak. Termasuk pasien rumah sakit dan wanita yang baru saja melahirkan.

 
      

Image001 - 23 January 2005, Dua minggu sebelum perayaan imlek jalan-jalan kawasan
Petak Sembilan mulai dipenuhi oleh pedagang yang menjual barang-barang untuk keper-
luan perayaan tahun baru Imlek



 
Image002 -  30 January 2005, Menyongsong Imlek seorang pemuda keturunan Tionghoa
sedang mencukur rambut di kios cukur kaki lima . Asimilasi dan akulturasi budaya te-
rus berlangsung  di kawasan Petak Sembilan ini.


 

Image003- 23 January 2005, Barang-barang yang sebelum era reformasi langka sekarang
dengan mudah bisa  dapati di toko-toko di kawasan pecinan  Petak Sembilan. Bahkan

menurut pedagang bukan saja mudah didapati tetapi malah kebanjiran produk tersebut
hal ini menimbulkan persaingan ketat di antara para pedagang. 




Image004- 16 January 2005, Bunga Persik adalah bunga khas untuk merayakan Tahun
Baru Imlek, kini tersedia dalam bentuk imitasi plastik. Kawasan peTionghoan itu beru-

bah menjadi sangat penuh warna menjelang Imlek seperti bukan berada di Indonesia




Image005- 23 January 2005, Setiap perayaan Imlek ada budaya pemberian hadiah-hadiah
kepada orang yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur mereka.
Sebuah toko khusus menjual hadiah-hadiah untuk keperluan perayaan tersebut




 
Image006- 23 January 2005, Seorang pedagang yang kebetulan bukan warga keturunan
sedang menjual Angpao,  amplop kecil berwarna merah yang akan diisi uang dan dibagi-
bagikan kepada saudara atau kerabat. Kegembiraan bukan hanya didapat oleh warga
keturunan Tionghoa saja tetapi juga keuntungan finansial dinikmati oleh warga bukan
keturunan


 
Image007- 30 January 2005, Dodol Cina adalah kue khas
yang selalu ada ketika perayaan Imlek. Setiap perayaan
Imlek kue dodol ini selalu hadir dan amat digemari. Apakah
keberadaan kue dodol ini budaya dari negara asalnya atau
kue yang menjadi simbol asimilasi dan akulturasi dengan
kebudayaan lokal?



 

Image008- 16 January 2005, Seorang nenek membawa
persembahan untuk ritual bersembahyang di kuil Jin De
Yuan Petak sembilan. Orang tua dalam budaya Tionghoa
mempunyai status social yang tinggi. Penghormatan kepa-
da leluhur atau orang yang lebih tua  terus berlanjut sampai
saat ini.



 
Image009- 30 January 2005, Kuil Petak Sembilan berbenah diri sepekan menjelang
perayaan Imlek. Tukang cat ini adalah warga yang bukan keturunan Tionghoa tapi dia
bekerja di Kuil ini. Hubungan social seperti ini membantu pembauran antara warga
keturunan Tionghoa dan warga bukan keturunan



 
Image010- 30 January 2005, Para pengemis berbondong-bondong mulai memenuhi
halaman kuil Jin De Yuan Petak sembilan berharap mendapat sejumlah uang dari
para peziarah kuil



 
Image011- 16 January 2005, Semakin mendekati hari H perayaan kuil Petak Sembilan
semakin ramai dikunjungi orang untuk bersembahyang. Pada hari-H nya kuil ini akan
dipadati ribuan orang yang bersembahyang sehingga asap dari hio yang dibakar akan
sangat pekat memenuhi ruang kuil.



 
Image012- 16 January 2005, Kebebasan sekarang telah bisa dinikmati oleh generasi
baru warga keturunan Tionghoa untuk melakukan hal-hal yang berkaiatan dengan ke-
percayaan dan kebudayaan mereka. Hal yang tidak pernah dirasakan oleh orang-orang
tua mereka dulu.

S E L E S A I