Tulisan ini sudah ingin saya mulai sejak beberapa bulan yang lalu, di blog saya, yang utamanya karena membaca tulisan Bunda Faiz A.K.A Helvy mengenai plagiat dan terinspirasi oleh rekan online setia, Agung. Namun setelah sempat mandek dalam penulisan, dan minggu lalu menemukan terjadinya kasus plagiatrian (demikian saya menyebut kegiatan untuk melakukan plagiat) di forum FN, hati saya tergerak untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan.

Mungkin seperti halnya, teman-teman lain yang tergabung dalam komunitas FN yang kini dapat dianggap sebagai sebuah situs penting bagi komunitas pencinta fotografi Indonesia, mulai dari tempat belajar fotografi (layaknya saya), tempat berbagi ilmu, tempat berdiskusi mengenai perkembangan fotografi, dapat juga dipergunakan sebagai ajang bursa, dsb. Fotografer dot Net yang semula hanya menjadi ajang informal bagi para fotografer, mulai mengarah sebagai situs yang "serius" untuk menajdai "tempat tongkrongan" para fotografer. Bahkan hingga dianugerahi sebagai Situs terbaik kategori hobby dari Majalah KomputerAktif.

Dalam lingkungan komunal ini, bergabung semua fotografer mulai dari yang amatiran (yah saya lagi) hingga profesional layaknya sang moderator, Kristupa, Arbain Rambey, Rarindra, dan banyak lagi yang saya belum ketahui (berhubung jam terbang saya masih kecil di komunitas ini). Dan di lingkungan FN ini pula tersebar ribuan foto mulai dari yang amatiran, snapshot jepretan pemula, hingga foto dengan model-model terkenal dan tentunya juga lanskap, fauna, portrait yang indah, dan mungkin masih banyak yang belum saya bisa sebutkan secara fasih.

Mewakili seorang pemula yang bermaksud belajar fotografi secara benar, terkadang seseorang menjadi rendah diri begitu masuk dalam lingkungan FN dengan segala macam atribut, tabiat dan aneka ragam layaknya lingkungan masyarakat di kehidupan nyata. Apalagi ketika bertemu dengan seorang fotografer, yang begitu mendengar namanya saja kita sudah mengacungkan 3 jempol apalagi melihat hasil karyanya. Sehingga tanpa sadar setiap pemula atau siapa pun menjadi termotivasi untuk menciptakan sesuatu yang "spektakuler", selain untuk mengejar nilai tinggi sebagai salah satu efek pemberian sistem penilaian di FN.

Nah, ini akan kembali pada pribadi masing-masing. Dengan sistem pemberlakuan nilai foto yang dapat dilakukan oleh masing-masing anggota, tentu pro dan kontra bagi serta interpretasi foto akan bermunculan. Dan mulailah bermunculan segala macam pujian ataupun kritikan. Satu segi positif, setiap pujian dan kritikan yang ditujukan bagi sebuah foto justru menjadi cambuk untuk memperbaiki hasil karya, walaupun foto itu sudah baik menurut sang fotografer. Sementara sisi negatifnya, adalah ketika sang fotografer hanya terpacu untuk mengejar nilai sehingga menghalalkan segala cara dan permissif terhadap hal-hal yang berbau plagiat.

Di suatu waktu, ada seorang teman saya yang juga anggota FN berujar,"Kaum fotografer merupakan kaum yang rentan akan plagitarian, penggunaan hak cipta atas foto-fotonya meraja lela sehingga jika bukan sang fotografer yang melindungi hak ciptanya, siapa lagi?".  Ini terutama dipermudah dengan digitalisasi kehidupan kita, sehingga mempermudah duplikasi. Sekali kita membuat karya foto dan jika bisa dimiliki oleh orang lain dan disebarluaskan untuk kepentingan komersil, apa yang bisa kita lakukan?

Kembali ke topik plagitarian, walaupun hal-hal ini tidak semata menimpa para kaum pemula (tanpa bermaksud menyudutkan teman-teman pemula, karena saya juga bagian dari kalian), kasus plagitarian juga bisa menimpa fotografer kawakan. Sehingga ada baiknya kita kembalikan trah situs ini kembali menjadi ajang untuk berbagi ilmu, berbagi informasi, atau mau jualan? Bukan sebagai ajang pamer sehingga menghalalkan kegiatan plagitarian dengan mengkopi hasil karya orang lain untuk diakui sebagi hasil karya kita apa pun itu tujuannya.

Jika bukan kita yang melindungi karya kita, SIAPA LAGI ?

keBO DOHan adalah melakukan sesuatu yang menyenangkan hati namun merugikan orang lain.