Menjejak di Atas Hamparan Ribuan Karya

Fotografer.net, rasanya pernah ingat ulasannya (baca: beritanya) di sebuah portal berita terkenal. Pagi tadi (Maret, 17, 2005), akhirnya terdampar dan sempat merasa terpaksa (baca: enggan) untuk  menjadi salah satu member. Bukan apa-apa, saya tidak bermaksud menjadi fotografer. Kejadian yang membawa saya kesini sebenarnya cuma keingintahuan saya mengenai Lensa Tele Conversion untuk camera digital kepunyaan kantor, yang kebetulan dipercayakan kepada saya, karena menjadi seksi dokumentasi.

Dimulai dengan sebuah thread di forum, mulai terasa kalau memang komunitas ini hidup. Seperti biasanya jika mengunjungi sebuah website, saya tidak pernah lupa  untuk melihat siapa orang dibelakangnya. Selalu menarik menemukan fakta sebuah web besar didirikan hanya satu atau dua orang dengan tujuan yang juga tidak muluk-muluk, hobby.
 
Sedikit kurang berkenan ketika harus login terlebih dahulu untuk bisa melihat sebuah karya. Namun mengingat hampir semua website menerapkan hal serupa -- masih untung free, kalau bayar ? -- akhirnya mendaftar juga. Setelah ganjalan-ganjalan kecil semua terlewati, dan akhirnya hari ini juga saya memutuskan menulis artikel ini.
 
Waktu berlalu terlalu cepat. Bagian "Foto Terbaru" dihalaman muka terus berganti. Saya jadi berpikir ini dasyat. Kalau akhirnya pihak pengelola fotografer.net sedikit memaksa agar user berbuat ini dan itu saya akhirnya menjadi paham betul. Tidak terbayang berapat hits yang harus diterima server, yang pada akhirnya berarti pihak penyedia bandwidth menjadi terganggu. Saya berharap tidak terjadi.
 
Melihat begitu banyak foto-foto yang bagus terasa nikmat berlama-lama disini. Seni itu indah, indahnyapun relatif. Dari segi ilmu bisa diperdepatkan tetapi dari segi cita rasa seseorang tidak ada yang dapat menggugat. Ada yang melihat momen, ada yang terkesima dengan obyek tertentu. Ada warna dan terlebih lagi ada cerita disetiap lembar karya.
 
Bagi saya pribadi, memang ada hal yang mungkin perlu dipikirkan untuk membedakan antara karya fotografi asli dengan karya fotografi setelah olah digital dengan photoshop misalnya. Saya setuju untuk tidak membedakan apakah foto diambil dengan camera digital atau dengan bukan --walaupun ini masih bisa juga dibedakan --. tetapi sudut pandangnya menjadi sangat lain kalau karya itu sudah mengalami perubahan secara subtansial setelah di "jepret". Hasil olah digital 100% karya seni tetapi membandingkan langsung dengan hasil jepretan dengan intuisi untuk menghasilkan effect alamiah kelihatannya tidak tepat.
Dalam hal ini user fotografer.net menurut saya akan terjebak pada saat memberi review. Demikian juga dengan pilihan opsi pada saat memberi review mungkin bisa diperkaya atau ditambah pilihan "tidak tahu" karena setelah membaca sebagian review tidak selalu ada relasi yang benar antara hasil review yang dituliskan user dengan apa yang dipilihnya pada opsi yang tersedia.
 
Diatas semuanya itu, apa yang mau saya sampaikan adalah ucapan selamat kepada pengelola fotografer.net yang sudah mengoleksi ribuan karya anak bangsa. Kekurangan timbul setelah kita berkarya itupun tergantung sudut pandang masing-masing. Maju terus fotografer.net. Semoga suatu saat saya bisa ikut memberi donasi walaupun bukan seorang fotografer. :).
 
Salam.