A Guide To Taking Better Picture

 

  

Buku ini ditulis oleh Richard I’Anson, penulis berkebangsaan Australia, yang sebelumnya telah menulis beberapa buku tentang perjalanan dan foto-foto selama perjalanannya bersama pendiri Lonely Planet , Tony Wheeler.  Beberapa judul buku diantaranya Chasing Rickshaws, dan Rice Trails: A Journey through the Ricelands of Asia and Australia. Richard I’Anson sendiri adalah seorang fotografer yang telah menghasilkan foto-foto yang diterbitkan di berbagai majalah, buku, kalender, brosur,dan berbagai macam bentuk publikasi lainnya. Dia juga sering mengadakan pameran baik perorangan maupun berkolaborasi dengan fotografer lain dan memenangi beberapa penghargaan di Australia.


Buku ini sendiri, yang diterbitkan pada bulan Oktober 2004 oleh Lonely Planet, merupakan edisi kedua.  Dibandingkan dengan buku pertama yang diterbitkan Januari 2000, buku ini telah mengalami beberapa penambahan, terutama pada bagian Digital Photography. Penambahan lain diantaranya juga caption dan data data teknis pada setiap foto yang ditampilkan.


Salah satu hal yang menarik dari buku ini sehingga layak untuk dijadikan referensi adalah adanya data-data teknis untuk setiap foto yang dibuat.  Tentunya hal ini sangat membantu para pemula di bidang fotografi untuk membuat foto fotonya menjadi lebih bagus, sesuai dengan tujuan dari ditulisnya buku ini.


Secara umum, buku ini dibagi menjadi lima bagian, bagian pertama yang berjudul First Thing First, membahas tentang alat-alat yang umum dipakai dalam fotografi, terutama yang sangat membantu untuk fotografi sambil melakukan perjalanan. Di bagian ini juga dijelaskan cara terbaik untuk memilih alat, misalnya pemilihan lensa, filter, tripod, flash, pemakaian film maupun memory card, dan asesoris pendukung lainnya.  


Di dalam buku ini, si penulis juga menyebutkan peralatan dengan sistem SLR  (Single Lens Reflex) yang disarankan, untuk dipakai di dalam perjalanan. Menurut si penulis, peralatan standar yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan fotografi perjalanan diantaranya :

·  35mm SLR kamera body
·  28-80mm f3.5-5.6 zoom
·  70-210mm f4-5.6 atau 70-300mm f4-5.6 zoom lens
·  skylight atau UV filter pada semua lensa
·  filter polarisasi untuk semua lensa

sedangkan untuk peralatan standar plus, si penulis menambahkan pula dalam daftar peralatan tersebut lensa 50mm f1.4 untuk lensa cepat dan tripod. Si penulis sendiri nampaknya adalah seorang Canonian yang memakai kamera Canon EOS 1v 35mm dan Canon EOS 10D 6.3 MP dengan lensa 24-70mm f2.8 L USM, lensa 70-200mm f2.8 L USM IS, Lensa 300mm f2.8 L USM dan sebuah 1.4x teleconverter.


Banyak orang berpikir, dengan membeli kamera digital yang canggih, dan mempunyai banyak feature, foto yang dihasilkan akan selalu bagus. Pada kenyataanya tidak demikian, kita perlu memperhatikan aspek-aspek teknis dari fotografi itu sendiri. Kita sendiri yang akan menentukan waktu dan tempat yang tepat, eksposure, komposisi dan pencahayaan yang tepat untuk mendapatkan hasil yang lebih dramatis.


Pada bagian kedua berjudul Taking Control, yang berisi tentang Exposure, Composition, dan Light.  Tiga komponen penting tersebut dibahas secara lengkap dalam bagian ini.  Di dalam bagian ini juga dijelaskan permasalahan yang sering ditemui pada saat kita memfokuskan gambar, misalnya  seringkali gambar tidak tajam, kabur atau berkesan soft.


Tahapan selanjutnya dari fotografi perjalanan adalah perencanaan perjalanan.  Di dalam bagian ketiga buku ini ditulis mengenai perencanaan perjalanan, sehingga kita dapat memaksimalkan waktu yang kita punyai untuk mendapatkan foto-foto yang terbaik pada moment-moment yang tepat. Riset dan pengumpulan data tentang tempat yang dituju juga penting, agar kita dapat mempersiapkan peralatan, keadaan lingkungan secara fotografi, sehingga kita dapat memanfaatkan waktu kita seoptimal mungkin. Di dalam bagian ini, juga dituliskan bagaimana cara menghadapi cuaca tertentu, misalkan iklim yang dingin ekstrim sampai dengan di bawah 0 derajat, daerah panas dengan kelembaban tinggi, daerah tropis, dan daerah kering berdebu. 


Setelah kita berada di tempat/tujuan yang kita inginkan, kita dapat menentukan object yang menarik sebagai sasaran kamera kita seperti yang dijelaskan pada bagian keempat di buku ini. yang dapat menjadi tujuan kita. Orang-orang dengan berbagai macam budaya dan adat istiadat di tempat yang kita kunjungi, menjadi daya tarik tersendiri bagi kita untuk mengabadikannya dalam sebuah foto. Foto portrait adalah salah satu kategori yang menantang, dan akan memperkaya foto-foto perjalanan kita. Kita juga dapat membuat suatu Portrait lingkungan, yaitu portrait dari seseorang, dengan menyertakan keadaan sekeliling, pekerjaan atau lingkungan yang mendukung tema yang kita buat.


Di dalam bagian ini juga dijelaskan permasalahan yang sering kita temui pada saat kita mengambil gambar atau memotret orang di sekitar kita. Di dalam buku ini dituliskan pentingnya suatu komunikasi untuk mengawali pengambilan foto portrait seseorang.  Komunikasi ini penting agar kita merasa nyaman untuk mendekati subject, memakai - atau mengganti -  lensa yang tepat, memilih komposisi dan angle yang tepat dan juga bisa mengambil beberapa shot. Komunikasi bisa diawali dengan cara yang sederhana, tersenyum dan menunjukkan bahwa kita mau mengambil gambar. Sangat disarankan untuk mempelajari bahasa lokal dan berbicara langsung untuk menyampaikan maksud kita. Kita juga perlu untuk mengambil foto dengan cepat, untuk menghindari si subject berpose terlalu berlebihan pada saat pengambilan foto. 


Seperti kasus-kasus yang sering kita alami, di dalam buku ini juga disebutkan bahwa di beberapa tempat, terkadang kita perlu membayar untuk sebuah foto yang kita ambil. Menurut si penulis, ini adalah transaksi yang cukup adil dan masuk akal untuk membayar sebuah foto, karena kita mendapatkan foto yang kita inginkan untuk subject tertentu yang memang unik. Jangan membayar jika memang tidak diminta, dan seandainya kita menolak untuk membayar, kita dapat saja mencari subject lain yang lebih menarik.  Disebutkan juga untuk tidak memberikan uang kepada anak anak kecil.  Namun berdasarkan pengalaman dari penulis review ini dan dari hasil diskusi dengan sesama photographer yang sering melakukan perjalanan wisata, uang dapat diganti dengan hal-hal menarik lainnya, misalkan permen, pensil, dan lain-lain.  Jika anda menggunakna kamera digital, pada umumnya anak-anak tersebut akan senang jika kita tunjukkan hasil foto yang kita buat.


Object-object menarik lainnya adalah kategori Landscape atau Cityscape. Diantaranya adalah petunjuk dan tips untuk memotret tempat-tempat menarik yang terkenal, tanpa harus menjadi foto dokumentasi wisata yang terlalu datar. Tempat-tempat ini seringkali merupakan tempat yang ‘wajib’ dikunjungi dan sudah ribuan kali difoto oleh ribuan fotografer. Meskipun demikian kita dapat mempelajari angle -angle dan posisi terbaik untuk pengambilan tempat tersebut, misalnya dari majalah, buku, brosur wisata, kartupos.   Kemudian kita  dapat mencoba untuk mengabadikannya dengan membuat komposisi yang lain sesuai selera kita  yang berbeda dengan foto yang sudah pernah ada sebelumnya.  


Saat yang tepat untuk mengunjungi suatu tempat adalah pada saat adanya event-event tertentu, misalkan festival, pesta, karnaval, parade atau prosesi, yang umumnya diadakan pada periode waktu tertentu, misalnya satu tahun sekali. Kita juga dapat mengunjungi suatu tempat dengan pertunjukan tari, pertunjukan seni, sebagai salah satu pertunjukan budaya.


Selama perjalanan, kita juga bisa mendapatkan moment-moment foto menarik pada makanan khas dari daerah yang kita kunjungi.  Demikian juga dengan kerajinan tangan dan benda-benda seni kerajinan lainnya, yang umumnya dijual di pasar-pasar tradisional, yang bisa jadi sangat menarik karena warna warni, komposisi atau unsur pencahayaannya.


Beberapa teknik fotografi untuk moment-moment tertentu seperti sunrise atau sunset, silluette, beberapa teknik fotografi untuk benda-benda bergerak, misalkan freezing atau panning, teknik foto lowlight, juga teknik indoor ataupun outdoor dalam fotografi perjalanan juga dibahas dalam buku ini.


Setelah perjalanan kita berakhir, di bagian terakhir buku ini dijelaskan mengenai bagaimana penanganan foto-foto yang telah kita abadikan.  Kita dapat memilih beberapa cara untuk menampilkan foto-foto tersebut baik dalam bentuk cetak,  negatif,slide, atau file.  Proses berikutnya adalah memilah gambar cetak/negatif film/slide/file tersebut dan membuat catatan proses pembuatan dari masing-masing foto (termasuk tanggal, tempat, dan teknik yang digunakan pada saat pengambilan foto). Kita juga bisa membuka kemungkinan untuk menjual foto-foto tersebut atau memasukkannya sebagai bahan penulisan buku, perpustakaan atau brosur-brosur wisata.


Buku ini cocok sebagai bacaan kita sebagai seorang fotografer dan juga seorang traveller untuk memperkaya wawasan baik teknis maupun pengetahuan -pengetahuan praktis lainnya. Apa yang kita pelajari dari buku ini juga sangat tepat digunakan baik dalam perjalanan di daerah-daerah di Indonesia, baik daerah tujuan wisata, atau khususnya daerah pedalaman yang belum dieksplorasi. Demikian juga untuk perjalana- perjalanan kita ke negara negara di luar Indonesia tentunya.


Buku ini saya dapatkan ketika saya sedang melakukan perjalanan wisata ke Thailand dengan harga 850 baht per eksemplar atau senilai 163.800 jika dikurskan dalam mata uang rupiah.  Menurut rencana, buku ini akan diterbitkan pada bulan Oktober 2004.  Jadi bersiap-siaplah untuk mendapatkannya di toko buku online atau mungkin jika anda beruntung, anda bisa mendapatkan buku ini di toko buku terkemuka di Jakarta.

 


 Â 
  

Copyrights (c) Pujo Rahmanto
Oktober 2004










 Â 
  

Copyrights (c) Pujo Rahmanto
Oktober 2004