Oleh: Suryo Wibowo (25088) 21 tahun yang lalu
hallo semua rekan FN, daripada pusing masalah nilai, mari kita bersama² diskusi tentang seni, sebagai lanjutan sebuah topik lama yang linksnya dikirim seorang rekan FN. Topik lama ini ditulis oleh Agustua Fajarmon pada tanggal 30 Maret 2003 dan diberi judul Sebuah Kontemplasi dan Proses Evolusi Berkarya Tulisan tersebut terus terang menendang saya dan memicu saya untuk lebih dalam lagi memikirkan tentang fotografi dan saya. Hanya saja saya lihat topik lama ini tidak begitu banyak dikomentari/ditanggapi oleh member² FN lainnya, walaupun telah banyak dilihat. Saya copy pastekan tulisan rekan Agustua Fajarmon ini di sini, supaya bisa langsung dibaca lagi.
Oleh: Sutoto (7853) 21 tahun yang lalu
dalem banget, belum pernah baca sebelumnya, tapi udah pernah diceritain sama Kusuma tentang hal ini.
Oleh: susilo w. (50869) 21 tahun yang lalu
Foto bagus berarti lain dong ama foto yang indah..? Jadi bingung.
Oleh: Herumanto Moektijono (15429) 21 tahun yang lalu
thanks untuk bang Agustua F untuk sharing 'perjalanan'nya dan untuk bang S Wibowo yang 'menyegarkan'nya kembali untuk jadi topik di forum...tulisan yang sangat berharga sekali....
Oleh: Raiyani Muharramah (67293) 21 tahun yang lalu
ya ampuuunnn ini surat cinta apa surat kabar suryo:-?:D
Oleh: Abdul Aziz (13345) 21 tahun yang lalu
tersentuh hatiku....:D :D :D
Oleh: D. Setiadi (81319) 21 tahun yang lalu
Suryo ditendang sama Abbo? :O Siapa yang berevolusi? 8-}
Oleh: Feri Latief (10508) 21 tahun yang lalu
Usul: Tulisan itu dijadikan Artikel!
sebagai tambahan, saya sendiri merasa apa yang diungkapkan bang Agustua memang sebagian bisa saya setujui...tetapi sebagian lain tidak. bagi saya, terkadang foto tidaklah harus sebuah realitas..tetapi sebuah wujud dari imajinasi...that's what i think... saya juga melihat bahwa mungkin apa yang dishare bang Agustua ini bisa bernilai bagi bang Agustua sendiri, melihat bahwa sepertinya tukang poto keliling itu adalah idola bang Agustua. Tidak salah untuk mengidolakan seseorang, tetapi bagi saya apa yang diceritakan ada unsur "subyektifitas"nya juga hehehe :D :D. peace bang Agustua! :D
Oleh: Donny Verdian (18985) 21 tahun yang lalu
Ya ya ya... kali ini menarik, Sur! Tulisan ini berguna sekali untuk pemula seperti halnya saya. Salam!
Oleh: Agan Harahap (77838) 21 tahun yang lalu
dalem........oiyahhh!!!! (sekedar info)buat para Fn-ers yg ada di bdg, kalo mau dengerin hal2 yg kayak gini2an dateng deh ke galeri kita jln riau..tgl 1 okt 03 jam 3-an..okehh????
Oleh: Edgar Manik (625) 21 tahun yang lalu
Kalau saya melihat esensi tulisan bung Fajarmon itu adalah: "foto yang bagus buat kita, belum tentu bagus buat orang lain". "foto yang menurut kita hebat, dimata orang lain mungkin hanyalah foto biasa". Lalu bagaimana penerapannya dalam komunitas FN ini? Saya melihatnya, kalau kita meng-upload foto di galeri FN, suatu foto yang kita rasa hebat (karena baru pertama kali bisa buat foto beginian), lalu dicerca oleh orang lain dan dianggap biasa aja, atau malah dianggap tidak layak tampil; kita wajib menerima-nya dengan lapang dada, tanpa rasa sakit hati. Ingat, foto yang kita anggap bagus/hebat pun, di masa2 yang akan datang mungkin hanyalah menjadi salah satu dari foto kita yang "biasa aja" di masa depan. Cheers
ada beberapa point yang saya kurang setuju belum tentu semua fotografer bisa merekam ke"fantastic-an" moment yang indah, bisa jadi malahan tak seindah aslinya, nah ,apakah ini yang dikatakan kurang kreatif? membuat foto menjadi lebih indah dari aslinya bagi saya suatu kreatifitas lho:)
Oleh: Cahya T. Jatmiko (9126) 21 tahun yang lalu
"..bahwa pencarian dalam pemahaman makna dari “karya/foto bagus”, memang tidak bisa berhenti pada satu titik, harus terus di cari sehingga pada diri kitapun ada proses evolusi yang tidak pernah berhenti pula" Kesimpulan yang penting. Mungkin ini yg benar2 dimaksutkan oleh 'sang Guru', makanya ia tak pernah memberi pujian yg 'diharapkan' oleh bung Fajarmon. Andaikan ada yang namanya foto bagus yang ultimate, niscaya seni fotografi akan mati dan fotografer berhenti untuk puas nongkrong di sana semua. Bukankah sebuah foto hanya tergeletak menjadi sebuah foto saja tanpa sang Pengamat ? Dus, nama situs ini cocok sekali bukan foto.net atau fotografi.net tapi fotografer.net Kita, lewat pemahaman kita lah nilai sebuah foto bersemayam. IMHO, lho (kok serius kali aku :D) thx Suryo, aku jadi baca tulisan hebat.
Oleh: Heri C., Winale (5653) 21 tahun yang lalu
Oleh: Muhammad Reza, Kodok (15273) 21 tahun yang lalu
Kok..... setelah saya baca ulang, mengamati , dan mencermati koment2 diatas, sepertinya (IMHO) malah mengecilkan arti proses pembelajaran seseorang (dalam hal ini ABBO). Bukan saya membela ABBO... tetapi, proses pembelajaran manusia itu bukannya berbeda-beda? :) Dan mohon sesudahnya, saya menulis ini bukan bermaksud untuk menyinggung emosi siapapun. :) Regards n Peace, Reza
Oleh: Trisnadi Sutrisno (4225) 21 tahun yang lalu
Sebuah wacana... :-?
Oleh: Gunawan Wibisono (26231) 21 tahun yang lalu
Waduh, beberapa waktu lalu saya baca, sampe saya print abis 4 halaman.... dan saya sangat terkesan.... (terima kasih sharingnya Bang) :) :) :) :) kalo saya masih belajar motret dengan benar secara teknis dulu, soalnya memang nggak punya jiwa seni.... :(
Oleh: Rochim Hadisantosa (104553) 21 tahun yang lalu
Saya lebih pengen membuat foto yang menurut saya bagus, drpd yg menurut orang lain bagus :)
Oleh: ABBO simanjuntak (2086) 21 tahun yang lalu
terima kasih karena akhirnya tulisan saya tersebut menjadi sebuah bahan perbincangan. seperti yang memang saya harapan ketika saya menulisnya tempo hari. (thanks to Suryo) Sekedar tambahan, motivasi saya membuat tulisan tersebut tidaklah untuk membuat sebuah "penyamaan visi dan pemahaman" bagi kita semua disini. saya mengerti benar bahwa, banyak sekali perbedaan di dalam dunia fotografi. baik itu visi, selera, juga motivasi, betul begitu bukan? Jadi dalam hal ini, saya hanya membagi pemahaman dangkal yang saya miliki, karena hanya itu yang saya miliki sampai saat ini (paling tidak sampai saat saya menulis tulisan tersebut)...kalaupun saya menggunakan cara penulisan yang sepertinya ada tokoh sentral yang saya panuti ditulisan tersebut, itu hanya bentuk dan cara saya mengungkapkan pikiran saya dalam bentuk tulisan. karena si tukang foto keliling itu tak lain tak bukan adalah saya sendiri. jadi sebenarnya tulisan diatas adalah dialog saya dengan diri saya sendiri.:) Jadi sekali lagi, saya senang akhirnya tulisan tersebut menjadi sebuah diskusi yang menarik. kalaupun ada perbedaan pendapat dan pandangan, itu lumrah namanya juga diskusi ya toh? Bagi saya pribadi, tetap fotografi adalah sebuah media untuk berkarya bukan sekedar media untuk merekam momen. pengertiannya media karya bagi saya adalah, ada penumpahan ide disitu, konsep pemikiran, melalui proses teknik fotografi, entah itu adalah teknik yang "nyleneh" atau yang umum. salam (semoga diskusi ini tidak berhenti disini)
ABBO tukang foto keliling?
dulu....2 tahun di TMII...1 tahun di Ragunan....4 tahun di Ancol
Oleh: Irfan A (5369) 21 tahun yang lalu
Ketika itu saya barusan datang dari pulang kampung, kemudian oleh mas Gunawan W. dipanggil dengan suara keras, yang katanya ada tulisan dari bang Abbo (dulu artikel ini ditulis oleh ABBO SIMANJUNTAK, sekarang ganti nama Agustua F.) yang sangat bagus. Selama beberapa saat saya tercenung2, saya baca berkali2, scroll bolak2, termasuk yang versi print2an dari mas Gunawan. Setelah selesai, saya sangat penasaran dengan sosok si Tukang Foto Keliling tsb. Siapa gerangan dia? begitu hebatnya dia hingga orang sekaliber bang ABBO dibuat berpusing2 dengan konsep "foto yang bagus" itu. Setelah kisah ini diangkat kembali oleh mas Suryo, dan dijawab oleh bang ABBO bahwa si Tukang Foto Keliling itu adalah beliau sendiri, wessss... tambah puyeng aku ..@-)
Tambahan :
sambungan : terakhir kok :D
Atas tanggapan Raiyani : Memang betul membuat foto lebih indah dari suasana/objek aslinya adalah sebuah kreatifitas. itu tidak bisa dibilang 'tidak. tetapi sampai sejauh apa takaran "indah" yang dimaksudkan? itu tentu relatif dan absurd sekali jawabannya. Tidak semua fotografer meng-amini satu pemahaman yang sama dengan fotografer fotografer lainnya tentang sebuah keindahan. Esensi dari poin yang saya jabarkan, yang kurang disetuju oleh Raiyani, sebenarnya adalah bagaimana kita menjadikan "itu" menjadi "ini", "begitu" menjadi "begini", "indah" menjadi "indih", "cantik" menjadi "cantak" dan seterusnya. tentu semuanya dalam kerangka berpikir fotogratif yang kreatif, dan inilah yang membedakan antara "rekaman momen" dan "penciptaan". Atas tanggapan Herry Normandy: Saya juga setuju jika yang disebut sebagai FOTO adalah harus punya kewajiban untuk membangun pesan dari fotografernya agar secara gamblang dan jelas bisa dimengerti oleh pengamatnya.(pendapat pribadi saya mengatakan, bahwa dalam hal ini biasanya penciptaannya (foto-red) terikat dalam pengaruh pengaruh komoditi tertentu. Lalu saya juga punya pemahaman sendiri tentang apa yang dinamakannya KARYA FOTO.(IMHO)...bagi saya sebuah Karya Foto adalah sebuah "foto" yang didalamnya ada pencerminan jiwa si pembuatnya (fotografernya),yang selalu berangkat dari pendalaman ide melalui konsep berpikir yang kreatif. Tanpa ada ikatan atas kepentingan kepentingan lainnya. dalam hal ini, kembali menurut saya, sebuah karya foto harusnya bebas sebebas bebasnya, bebas dari ikatan teknis yang di amini semua orang, bebas dalam penyajiannya, bebas dalam segala hal, bahkan dari ikatan yang terkecil sekalipun. Dan karena penyampaian bentuk ekspresi yang sangat pribadi tersebutlah, mengapa terkadang ada karya yang lebih mirip seperti sebuah teka-teki (khususnya dalam teknis pembuatannya dan maknanya). Dan memang tidak semua "karya foto", selalu dibuat atau terbuat bernuansa teka-teki...ada juga "karya foto " yang hadir begitu sederhana dan sangat mudah dimengerti. itu semuanya kembali kepada sipembuatnya...atau tergantung dengan cerminan jiwa si pembuat saat "karya" tersebut dibuat