Oleh: Arbain Rambey (103716) 21 tahun yang lalu
Sering ada komentar yang berbunyi kira-kira begini: "Dari foto, tidak tergambar kalau itu di istana..." atau komentar lain yang menanyakan kelengkapan data dalam sebuah foto di FN. Sebenarnya begini. Dalam dunia foto jurnalistik (setidaknya ini yang dicamkan pada fotografer baru di Kompas), sebuah foto sebaiknya menonjolkan kesederhanaan visual. Dengan demikian, ia menjadi menarik. Sedangkan agar foto itu lengkap (what, where, when, who, why dan how), ada sarana untuk melengkapi yaitu teksnya. Pada berita, 5W dan 1H semua harus ada dalam badan berita. Dalam foto, itu tidak perlu. Yang penting foto itu jadi simpel. Bayangkan kalau untuk menceriterakan "where", ada elemen tempat yang dipaksakan masuk. MIsalnya mau bilang bahwa foto itu dibuat di Klaten, lalu dipaksakan papan nama kecamatan terfoto. Itu saja. Saya cuma ingin ada pemahaman yang benar pada pemilihan judul sebuah foto. Judul tidak harus mewakili isi foto secara keseluruhan. Judul bisa lepas dari isi foto karena judul juga bagian dari keinginan pemotret agar fotonya dilihat orang. Sebagai contoh, foto singa kehujanan sah sah saja kalau diberi judul "Singa Tau Ming She" seperti usulan sebuah komentar yang lalu dipakai beneran. Kan terlalu kaku kalau judulnya "Singa Ini Kehujanan"
Oleh: Tsamroh Barokah Lastri (2029) 21 tahun yang lalu
setuju :P
Oleh: D. Setiadi (81319) 21 tahun yang lalu
Tekad saya untuk cuti dulu dari FN makin besar...Ketawa terus bawaannya...8-}Komentarnya pada lucu-lucu...
Oleh: Darius Manihuruk (51305) 21 tahun yang lalu
setuju bang arbain...masalahnya juga, kita harus maklum bang ngga smua member fn tahu standart foto jurnalistik dan ngga smua juga mendalami fotografi, smoga aja dg topik ini menambah pengetahuan untuk member yang lain..
Oleh: Yudhy Fajar (2998) 21 tahun yang lalu
Ha ha ha ... Saya juga mau cuti dulu nih dari FN ... Week End ke Bali yuk kak D.setiadi 8-}
Oleh: M afandi (60) 21 tahun yang lalu
mas yang terbaru esei fotonya tentang apa mas? dan setuju banget jika dibilang semuanya tergantung si fotografer!
Oleh: Afriadi Hikmal (12144) 21 tahun yang lalu
Yap, terkadang mudah untuk menilai tanpa mempelajari dulu. :D
Oleh: Hedwigus Windarto DA (6626) 21 tahun yang lalu
jatah cuti adalah 14 hari dalam setahun, cuti harus diambil minimal 5 hari kerja berturut-turut, permohonan cuti harus dibuat minimal 15 hari sebelumnya :)
....di FN ada uang cuti gak ya ?.........
Oleh: Aryono Huboyo DJATI (127032) 21 tahun yang lalu
Kamu dapat pahala arbain, dengan membagi info ke kita semua. Thx for sharing.
Oleh: Rochim Hadisantosa (104553) 21 tahun yang lalu
Setuju bung Arbain, bhw judul tidak harus mewakili isi foto secara keseluruhan. Bahwa isi foto pun nggak harus serta merta memuat semua hal, yg disajikan dalam cerita, keterangan, atau judul dalam foto. Beberapa komentar kerap melenceng dr tema pokok. "Dari foto tidak tergambar kalau mereka usia senja". Padahal usia senja tidak harus diperlihatkan oleh keriput muka, bisa juga perawakan tubuh, cara berpakaian dsb. "Kok wajahnya nggak kelihatan?" Padahal saya tengah membuat bayang, siluet, sesuai tema. "Gimana kalo yg diambil lanskapnya saja?". Padahal foto tsb foto orang, lanskap hanyalah sbg background, aktivitas orang lah yg jadi poi-nya, sesuai judul. Tampaknya memang untuk mengapresiasi suatu foto butuh memilah mana yg pokok yg ingin diajukan si fotografer, dan mana hal2 yg sekunder.
Oleh: Yusuf Paulus (31587) 21 tahun yang lalu
Setuju Bang. Khusus mengenai data teknis, buat saya adalah satu hal yang hampir mustahil untuk menulis ataupun mengingat data teknis. Karena saya tidak pernah menulisnya dan rasanya dari cara saya memotret hampir mustahil untuk mengingatnya. Teman-teman yang pernah hunting bareng dengan saya sudah tahu semua bagaimana saya motret. Mereka bilang: "saya memotret seperti menggunakan senjata mesin". Jadi, kalau ada yang memberi komentar atas foto saya, "tolong donk data teknisnya dicantumkan"; mohon maaf, saya tidak bisa memberikannya. Bukan karena saya mau menyembunyikan data teknis tetapi daripada saya kira kira dan kemungkinan besar bisa salah, lebih baik saya kosongkan saja. Salam
...iya....intinya, foto adalah dunia visual. Pesan apa pun disampaikan lewat mata yang melihat foto. Dari mata, barulah otak bekerja. Maka, sukur-sukur kalau pesan bisa nyampe dengan benar. Kalau pesan melenceng, itu wajar, dan tidak usah dimasalahkan. Latar belakang pikiran yang melihat dan latar belakang yang memotret tidak selalu sama.
Oleh: Wahyu Nahdianto (2576) 21 tahun yang lalu
terima kasih banyak, Guruku!!! mohon ajari saya, sebanyak-banyaknya... semoga amal anda dibalas Yang Kuasa...:)
Oleh: Hadie Santoso (3246) 21 tahun yang lalu
Aku setuju sekali dgn adanya unsur 5W 1H pada sebuah karya foto, hmnn terutama karya foto berbau jurnalistik.. :-?
Oleh: Kartika Bagus C. (2104) 21 tahun yang lalu
Dear All, Dalam sebuah foto jurnalistik terutama harus mengandung unsur diatas, namun memang tidak harus semuanya masuk dalam frame. Saya sependapat, jika sebuah foto hanya mengatakan siapa dan mengapa saja. Sedangkan selebihnya bisa kita ceritakan didalam caption ataupun keterangan foto tersebut. Sedang jika mau menulis How-nya, memang itu ada di foto essay, dimana kita bisa memasukan unsur sejarah, psikologi dan sosiologi dari onyek yang kita foto. Sekedar menambahi... bukan bermaksud menggurui.
Oleh: Eka Alam Sari (9096) 21 tahun yang lalu
Oh saya baru tahu foto jurnalistik harus begitu. Thx atas bagi2 ilmunya. Berarti tetap biarkan foto yang bicara ya? Iya saya sudah lihat foto obrolan istana, itu juga gak mesti ada istananya. Mungkin lebih baik kalo sudut istana yg umum iketahui org terekam, tapi kalo gak gpp daripada fotonya ruwet. Buat D. Setiadi, sama dong sama suami aku. Dia juga senang baca forum FN krn suka banget sama komentarnya yg lucu2. Kadang jam satu malam dia bangunin aku, ngajak ke warnet cuma buat buka komentar dan dia tertawa keras2. Thx to FN dan teman2, telah membuat kami riang.
Oleh: ferdy siregar (5173) 21 tahun yang lalu
wah ... makin pintar aja anak muda (arbain) ini ya,,, sejak lulus dari "Vivitar School Photography" punya Deo, semakin mantap aja foto-foto jurnalistiknya ya.... aku sarankan setiap minggunya ada tulisan, artikel, ato apalah namanya yang membahas tentang foto-foto jurnalistik dengan pemakalah Arbain Rambey..... cemmana setuju???
Oleh: Suryo Wibowo (25088) 21 tahun yang lalu
terimakasih pak Arbain..... :D
Oleh: Yudi Febrianda (9934) 21 tahun yang lalu
Nah, masukan yang kayak gini yang dibutuhkan biar yang masih ijo kayak saya punya arahan untuk bertindak jadi gak seenaknya...yang akhirnya sering bikin masalah di FN :D
tambahan... di FN kayaknya, nuansa pendidikan agar lebih diperbanyak porsi nya bagi yang udah bisa, kasih tau yang belum bisa dengan seadanya karena bagaimana pun disini proses belajar gak cuma dari liat2 foto, komentar2, dll, tanpa ada bekal yang jelas. :( sedih geu liat bagian artikel di FN kurang banget informasi dari bang arbain diatas adalah contoh. bisa dijadikan acuan untuk memberikan penilaian thd suatu foto
Oleh: Muliady Karimun (908) 21 tahun yang lalu
Makasih mas buat masukannya... saya setuju sekali kok...
Oleh: Wilson Hidayat (5565) 21 tahun yang lalu
Thx sekali utk artikelnya. Saya memang tertarik dg foto2 jurnalistik karena mereka tdk sekedar mereka gambar, tapi ada pesan tertentu yg lebih dalam daripada hanya sebuah image. Kalau saya tarik 5W1H ini bisa diaplikasikan juga ke foto dokumentari dan terutama utk holiday Photography.Di Singapura ada kursus yg mengajarkan holiday photography juga yang saya tebak pasti mengajarkan element ini juga. Memang tdk mudah belajar foto hanya dari sebuah artikel..krn spt belajar art, kita harus berani salah dan melakukannya terus menerus.Pak Arbain bisa share ke kita2 thd masalah etika dalam fotojurnal? Rgds,Wilson
Oleh: AB Seta (5486) 21 tahun yang lalu
iya oom Arbain, bagi-bagi dong ilmunya... :D
Oleh: Indra D. Prasetya, Depe (1101) 21 tahun yang lalu
Iya bag Arb, bagi donk "etika fotojurnal"nya ... Pleeeeeeease. :)
Oleh: Hillaryo Oscar (5752) 21 tahun yang lalu
wah abang harus nya bikin buku tentang perjalanan jurnalistik abang..........pasti menarik sekali